Mengajar Anak Berdoa Sebelum Belajar

Paulus menulis pada rekan sekerjanya, Timotius, tentang sifat yang harus dimiliki dalam Kristus Yesus. Ia berkata, "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7). Lukas menggambarkan Yesus ketika masih kecil "makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia." (Lukas 2:52)

Tujuan yang harus kita tunjukkan pada anak kita adalah mereka mempunyai pikiran sehat, yang bisa membedakan antara kejahatan dan kebaikan, dan yang ditetapkan oleh Tuhan. Kita harus selalu menunjukkan pada anak- anak kita untuk meraih hikmat, kemampuan untuk berpikir, dan menggunakan rasio dalam situasi apa saja seperti cara berpikir Yesus.

Untuk mendapatkan ini, kita bisa mendorong anak-anak kita untuk berdoa, "Jadikan pikiran saya untuk berpikir dengan cara Engkau merancangnya, Tuhan!" Terutama, anak Anda bisa berdoa untuk kemampuan berkonsentrasi.

"Bantu saya, Bapa di sorga, untuk bisa memusatkan perhatian pada satu topik. Tolong saya untuk berkonsentrasi penuh untuk mempelajari bahan ini."

Anak Anda bisa juga berdoa untuk kemampuan menimbang dan menelusuri sebuah hal.

"Tolong saya, Bapa di sorga, untuk melihat masalah ini dari sudut pandang-Mu. Bimbing pikiran saya, Tuhan. Jangan biarkan pikiran saya melantur."

Ajari anak Anda bahwa pikirannya adalah ciptaan dan karunia Allah, dan Allah ingin kita memakai pikiran kita untuk memikirkan hal-hal yang baik dan memecahkan masalah, supaya dunia ini menjadi tempat yang lebih baik bagi semua orang.

Ajari anak Anda Filipi 4:8 dan jadikan ayat itu sebagai doa. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

"Tolong saya, Bapa di sorga, untuk melihat kebenaran-Mu di dalam hal ini. Tolong saya untuk melihat hal-hal mulia dalam pelajaran sejarah ini, untuk memusatkan pada aspek yang baik dalam kisah ini, untuk mencari keindahan dalam pelajaran sains ini."

Akhirnya, dorong anak Anda untuk berdoa sebelum memilih pelajaran baru, ulangan, atau mengerjakan pekerjaan rumah:

"Bantu saya untuk mempelajari ini semampu saya, untuk mengerti bahan ini dan bisa melihat bagaimana saya bisa menggunakannya suatu hari. Tolong saya bertanya ketika saya tidak mengerti. Beri guru saya hikmat untuk mengajar pelajaran ini, dan tolong mereka untuk bersabar ketika kami mempelajarinya. Terima kasih karena Engkau memberi saya kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang ciptaan-Mu dan prinsip-prinsip yang Kau tetapkan untuk kehidupan saya.

By Roberta Hromas
Sumber: 52 Cara Sederhana Mengajar Anak Anda Berdoa/Karisma/2009

Read more...

Warisan Seorang Ibu bagi Anaknya

Sadon hanya dapat duduk di dalam mobilnya memandang dari kejauhan pesta pernikahan anak perempuannya. Ia khawatir kehadirannya akan membuat para undangan merasa terganggu karena ia mantan penderita kusta. Ia sudah terbiasa dengan penolakan dan dianggap "najis" akibatnya penyakitnya. Sejak kecil ia menjadi bahan olokan anak-anak yang lain. Sadon juga tidak bebas berpergian karena pengemudi bis sering mengusirnya. Diperlakukan seperti sampah adalah hal yang lazim baginya.

Sadon telah banyak menderita akibat dari penyakit kusta maka sangatlah mengherankan mendengarnya berkomentar, "Saya harus berkata bahwa saya bahagia karena mendapat penyakit ini." Philip Yancey penulis buku Kristen tersohor yang sedang mewawancarainya tersentak dan kembali bertanya, "Bahagia?"

"Ya, jika bukan karena penyakit kusta, saya akan menjadi seorang pria yang mempunyai keluarga yang normal, mengejar kekayaan dan status yang lebih tinggi di dalam masyarakat. Saya tidak akan pernah mengenal orang-orang mengagumkan seperti Dr Paul Brand, dan saya tidak akan pernah mengenal Tuhan yang hidup di dalam dia."

Siapakah Dr Paul Brand yang membuat seorang penderita kusta merasa bahagia mendapat kusta karena lewat penyakitnya yang mengerikan itu ia dapat mengenal dia?

Dr Paul Brand adalah misionaris yang melayani di Sekolah Tinggi Kedokteran dan Rumah Sakit Kristen di Vellore, India selama sekitar 18 tahun. Walaupun sudah meninggalkan India dari tahun 1965, kasih dan pelayanannya bersama istrinya, Margaret meninggalkan kesan yang begitu mendalam di hati mantan pasien kusta yang dilayaninya. Seorang lagi mantan pasien yang bernama Namo menggantung foto Paul di rumahnya dengan catatan yang berbunyi, "Kiranya semangat yang ada di dalam dirinya hidup di dalam diriku."

Dr Paul Brand banyak dikenali melalui buku karangan Philip Yancey, In His Image (Sesuai Gambarnya) dan Wonderfully and Fearfully Made (Diciptakan dengan Dahsyat dan Ajaib). Konsep asli kedua buku tersebut diambil dari pengamatan dan pengalaman Paul sebagai ahli bedah dan ahli biologi. Brand merupakan salah satu tokoh yang hebat di dalam dunia medis karena sumbangannya dalam riset penyakit kusta dan prosedur pembedahan tangan yang disebut dengan namanya sebagai penghormatan atas jasanya. (Tulisan Philip Yancey tentang Dr Paul Brand dapat dibaca di dalam buku Soul Survivor.)

Siapa Paul Brand itu tidak dapat dipisahkan dari warisan kedua orang tuanya. Paul dilahirkan pada tahun 1914 di pergunungan Kolli Malai, di selatan India tempat orang tuanya, Evelyn dan Jessie Brand melayani sebagai misionaris di pergunungan terpencil yang disebut Pergunungan Maut. Di desa yang kumuh dan terbelakang, tanpa sekolah elit yang bagus Paul menemukan pendidikan awalnya dalam bidang medis. Ia sering harus membantu kedua orang tuanya merawat dan mengobati penduduk desa yang miskin dengan peralatan medis yang minim. Namun uniknya, pengalaman awalnya dengan darah dan nanah membuat Paul merasa mual dan takut. Selama bertahun-tahun ia mengelak untuk belajar kedokteran karena tidak berani untuk berurusan dengan darah, nanah dan penyakit.

Setelah ayahnya meninggal dunia di pergunungan itu karena berulang kali terserang penyakit malaria, ibunya coba membujuk Paul untuk menekuni bidang medis. Kata ibunya, "Ayahmu selalu berharap memiliki gelar dokter, bukannya hanya mengandalkan kursus pelatihan singkat. Jika saja ia memilikinya…siapa tahu, mungkin ia masih bersama kita. Ia akan tahu cara mengobati malaria itu." Ibunya meneruskan untuk memberitahu peraturan baru di India yang melarang semua orang kecuali dokter berijazah untuk praktek. Ibunya mengakhiri diskusi tentang masa depannya dengan berkata, "Paul, ayahmu selalu bermimpi kau akan meneruskan apa yang ia tinggalkan, dan kembali ke India sebagai dokter sungguhan."

Dengan tegas Paul memotong percakapan ibunya, "Tidak, saya tidak mau menjadi dokter. Saya tidak suka pekerjaan medis. Saya lebih suka bekerja di bidang bangunan. Saya bisa membangun rumah, sekolah dan bahkan rumah sakit." Paul tahu ia telah mengecewakan ibu dan almarhum ayahnya, tetapi ia masih belum bisa memberitahu ibunya dan mungkin juga belum bisa mengakui pada dirinya sendiri bahwa ia bereaksi pada darah dan nanah. Jadi akhirnya selama 4 tahun, Paul menekuni bidang bangunan, ia magang sebagai tukang kayu, tukang batu, tukang cat dan penyusun bata dan ia sangat menyukainya. Paul tidak sabar untuk kembali ke India untuk mempraktekkan keahliannya. Sebelum ia berangkat badan misi yang mengutusnya menasihatinya untuk mengambil kursus tentang higiene dan penyakit tropis seperti yang pernah diambil ayahnya.

Di sinilah tangan Tuhan mulai berkarya. Suatu malam saat ia ditugaskan untuk membantu di rumah sakit seorang gadis muda korban kecelakaan didorong ke unit gawat darurat. Di bawah lampu yang terang benderang gadis itu kelihatan sangat pucat sama seperti patung lilin karena telah kehilangan banyak darah. Paul sama sekali tidak mendeteksi denyutan di pergelangan gadis itu dan tampaknya ia juga sudah tidak bernafas. Paul yakin gadis itu sudah tewas. Seorang perawat memasang sebotol darah ke tiang logam dan seorang dokter memasukkan jarum ke vena gadis itu. Paul disuruh untuk mengamati botol darah yang mulai mengalir sementara mereka bergegas untuk mengambil lebih banyak darah.

Dengan tangan yang gemetaran Paul memegangi pergelangan tangan gadis itu dan tiba-tiba ia dapat merasakan denyut yang samar, satu getaran yang nyaris tidak terasa. Botol darahnya berikutnya tiba, dan setelah dipasang—sebuah bintik merah jambu muncul di pipi gadis itu. Perlahan-lahan bintik kecil itu menyebar menjadi kemerahan yang indah. Tubuhnya mulai bergetar dan kemudian kelopak matanya bergerak dan terbuka. Akhirnya gadis itu memandang ke Paul dan dengan sangat terkejut ia mendengar gadis itu berbicara, "Minta air."

Hal itu merupakan satu mukjizat bagi Paul. Orang mati dibangkitkan, darah dan kedokteran dapat melakukan ini! Tuhan pada malam itu dalam waktu satu jam sudah mengubah Paul, sesuai dengan doa dan pengharapan ibunya, dan ketika ia menyelesaikan kursus singkat hatinya sudah begitu didorong oleh keinginan batin untuk menekuni bidang medis.

Evelyn pernah menulis bahwa saat yang paling sulit baginya adalah ketika ia harus mengucapkan selamat tinggal kepada kedua anaknya yang harus ditinggalkan di Inggris untuk meneruskan pendidikan mereka. Katanya, "sesuatu mati di dalam saya" di hari saya harus mengucapkan selamat tinggal kepada mereka. Hal itu merupakan ujian ketaatan yang paling sulit dari Tuhan untuknya. Tetapi dengan berat hati ia tahu ia harus melakukannya dan menyerahkan kesejahteraan anak-anaknya ke dalam tangan Tuhan. Dan Tuhan memang telah dengan baik merawat dan membimbing jalan hidup kedua anaknya walaupun sejak Paul berumur 9 tahun ia harus berpisah dari orang tua.

Evelyn meninggal dunia di pergunungan di India di usia 95 tahun, di masa hidupnya ia berkesempatan menyaksikan bagaimana Paul bukan saja mengikuti jejak ayahnya menjadi misionaris di India tetapi berkat kejeniusannya dalam teknik bedah dan riset telah membuat banyak terobosan baru yang membuat hidup banyak penderita kusta menjadi lebih berarti. Tuhan telah melakukan jauh lebih banyak dari yang pernah didoakan Evelyn buat anaknya dan sesuai dengan janjiNya, Tuhan bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. (Roma pasal 8, ayat 28)

Evelyn pasti akan sangat senang jika ia dapat mendengar komentar Yancey tentang anaknya di bukunya Soul Survivor. Sebagai jurnalis, Yancey sudah mewawancarai banyak tokoh yang terkenal: peraih hadiah Nobel, Pulitzer, atlet Olympiade, musisi, politikus, pengusaha yang sukses tetapi saat ia bertemu dengan Paul merupakan pertama kalinya ia menemukan kerendahan hati yang tulus. Seorang yang jenius tetapi sangat rendah hati, yang dengan keahlian sebagai ahli bedah ternama mengabdikan diri bukan untuk memperkaya diri sendiri tetapi membantu kaum papa yang tidak dapat membalasnya dengan kekayaan materil. Kata Yancey di lain kesempatan, "Anda hanya perlu menemukan satu orang kudus untuk percaya. Dan saya sudah menemukannya." (CPM)

Read more...

Hati-hati Saat Dandani Anak Seperti Putri Raja

Mengenakan buah hati dengan gaun, sepatu cantik, lengkap dengan mahkota berhias manik-manik, mungkin terlihat wajar. Namun, menurut seorang psikolog, hal ini bisa berdampak negatif pada perkembangan psikologisnya karena menyampaikan pesan berbahaya.

Yaitu, membuat putri Anda mempercayai sebuah dongeng yang ceritanya selalu berakhir bahagia selamanya. Menurut Dr. Jennifer L. Hardstein, penulis buku 'Princess Recovery: A How-To Guide to Raising Strong, Empowered Girls Who Can Create Their Own Happily Ever Afters', seseorang yang mengadaptasi ide dari buku dongeng dapat berdampak langsung pada tingkat kepercayaan dirinya.

Ia mencontohkan, seperti dongeng klasik Sleeping Beauty dan Cinderella, yang sebenarnya menggambarkan ide kalau seseorang yang cantik dan memiliki banyak busana dan sepatu bagus, akan bisa dengan mudah menemukan cinta dan popularitas. Kondisi ini oleh Hardstein digambarkan sebagai 'Princess Syndrome'.

Pesan semacam ini, menurut Hardstein, memiliki dampak besar pada kepercayaan diri seorang gadis dan membuat sulit bagi anak untuk memahaminya saat tumbuh dewasa. Bahwa kecerdasan, kemurahan hati dan keinginan besar merupakan nilai yang lebih penting.

"Para gadis mendapatkan pesan ini di mana-mana. Nilai yang mereka pahami didasarkan pada bagaimana mereka melihat hal-hal yang mereka miliki dan itu sangat dangkal," Dr. Jennifer L. Hardstein, dikutip Daily Mail.

Ia juga memperingatkan tentang pengaruh mainan, seperti boneka barbie atau tokoh lain, yang mengenakan riasan tebal. Hal ini akan memberikan ide yang buruk pada anak-anak terkait penampilan. (Vivanews)

Read more...

Should Kids Be Taught to Pray?

Should children be taught to pray even if they haven't professed faith? Yes. I think we should teach our children to pray as soon as they can say anything. The first words they should say are, "Dear Jesus, thank you."

I say this is because I can't discern when a child is being spiritually wrought upon by the Lord. I don't put much stock in children's professions of faith. They seem to come and go. What matters is whether or not they have been born again.

I don't know when a child is born again. I don't assume that a child must become a blatant rebellious unbeliever before he is regenerated. He can start to believe at a young age. And because he can believe at a young age, and because I can't tell precisely when his faith becomes his own and authentic, I don't want to wait too long before I start treating him as a believer.

Also, practically, it seems right to put the vocabulary of prayer into a child's mouth from the very beginning. That way, when his faith is born, he has a whole vocabulary, orientation, and habit that the Lord can use.

It would be very awkward or even cruel to leave your child out of family worship or prayer. You should take his hand around the dinner table and have him bow his head too. You would never tell your child that he isn't included in the prayer because he is a pagan. You can't treat your children that way.

You have to build the disciplines of the Christian life into your children from the beginning, all the while praying that they are going to grow up and mean what they say. They may mean it at age 2. You just don't know.

By John Piper

Read more...

How Effective Is Spanking as Discipline For Children?

A more definitive question would be: "How should spanking be used as discipline for children?" When clearly defined guidelines are practiced, spanking is both effective and biblical. It is possible to be too strict. For that reason, parents need to establish a balance between two requirements: consistency in enforcing good behavior, while obeying God's command that we love our children. "Don't fail to correct your children. They won't die if you spank them. Physical discipline may well save them from death" (Proverbs 23:13-14, NLT). Spanking is an act of parental love established to change a child's behavior.

Children respond to the world differently from an adult. A child develops within boundaries that need to be filled with parental love. It is important that children learn the consequences of crossing those boundaries when they rebel or disregard authority. As adults, we realize that the purpose of a speeding ticket is to get our attention and to restrain our behavior. Children learn that the reason for their discipline is to get their attention and to change their behavior.

How effective is spanking as a discipline for children when parents are angry? The purpose of spanking is not for parents to express their anxiety or frustration. Anger places destructive fear into discipline. ". . .Everyone should be quick to listen, slow to speak and slow to become angry, for man's anger does not bring about the righteous life that God desires" (James 1:19-20). Spanking is never used to humiliate a child. One parent made a habit of spanking their sons in front of the other brothers. The intent was to illustrate the consequences of disobedience. The results proved ineffective and even caused ridicule and disrespect among the brothers.

Parents who discipline effectively spank on a basis of clearly defined rules, not on their feelings at that particular moment. They spank for acts of disobedience, defiance, and rebellion. Just like a police officer, they do not need to be angry to enforce a rule or law. Effective parenting is accomplished when God's moral laws are enforced. "Discipline your children while there is hope. If you don't you will ruin their lives" (Proverbs 19:18, NLT).

How effective is spanking as discipline for children when biblical principles are followed? Spanking is effective as a method of correction when it follows God's Word and also focuses on instruction beyond punishment. Wouldn't it be terrible if God changed His rules daily? Fortunately, God is not vague concerning punishment and sin. Children need clear explanation of the wrong behavior, the reason for the punishment, and your expectations for their future behavior. Focus on positive behavior rather than directing negative attitudes toward children. It helps parents to respond appropriately when the right questions are asked:

• What was wrong about my child's behavior?
• Was the behavior dangerous or sinful? Or was the behavior just a childish, natural response that was inconvenient to me?
• What motivated my child's behavior?
• What is the best method to correct this specific behavior so that I can encourage more positive actions in the future?

How effective is spanking as discipline for children? The Scriptures do not give parents permission or a command to yell at or hit a child. Hitting is an uncontrolled emotional response. Spanking is a calm application of discipline that is appropriate to a specific behavior. Often parents will ask, "How many times do I have to tell you that?" If simply telling a child made them obey, we wouldn't have to repeat ourselves so many times. Spanking is only one tool in disciplining children. Always think beyond the spanking to the goal of long-lasting results of godly obedience.

"Children, obey your parents because you belong to the Lord, for this is the right thing to do" (Ephesians 6:1, NLT).

Source: All About Parenting

Read more...

Melihat dan Belajar

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya. —Amsal 22:6a

Saat seorang wasit berdiri di belakang plate pada suatu pertandingan softball putri, ia mendengar ibu dari seorang pemain mulai berteriak: “Ganti wasitnya! Ganti wasitnya!” Dengan segera, orangtua lain mengikuti teriakan itu.

Wasit itu tersenyum, lalu berbalik ke arah kerumunan penonton dan membalas teriakan mereka, “Ganti orangtuanya! Ganti orangtuanya!” Kecaman para orangtua itu pun langsung berhenti.

Betapa penting orangtua memberikan contoh yang baik, karena anak-anaknya memperhatikan mereka. Orangtua Kristen dapat mendorong kebiasaan dan perilaku yang baik dengan melakukan hal-hal berikut ini:

Berdoa untuk dan dengan mereka—supaya mereka belajar bagaimana berbicara kepada Allah. “Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur (Kolose 4:2).

Membaca dan mengajarkan Alkitab kepada mereka—sehingga mereka belajar tentang kebenaran Allah. “Haruslah engkau mengajarkannya [semua perintah Allah] berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apa bila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ulangan 6:7).

Menceritakan tentang Yesus kepada mereka—dan memimpin mereka untuk beriman kepada-Nya. “Sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yoh. 3:3).

Cara terbaik untuk memberikan contoh yang baik bagi anak-anak kita adalah dengan hidup sesuai iman kita di hadapan mereka. Ketika mereka memperhatikan kita—mereka belajar tentang nilai hidup utama yang kita pegang.

Perhatikanlah dirimu dan pikirkan anakmu—
Waktumu dan pikiranmu adalah haknya;
Bagaimana kau menjawab Tuhan ketika Dia bertanya,
“Orangtua seperti apakah dirimu?”—NN.


Anak-anak mungkin tak mewarisi bakat orangtuanya, tetapi akan menyerap nilai hidup mereka.

(disadur dari Renungan Our Daily Bread 30 Januari 2011)

Read more...

Menonton TV Sebabkan Masalah Psikologi Anak

Dalam sebuah studi yang melibatkan sekitar 1.013 anak berusia di antara 10-11 tahun, ditemukan bahwa mereka yang menonton televisi, menatap layar komputer, atau kombinasinya, lebih dari 2 jam per hari akan mengalami masalah psikologi.

Masalah psikologi yang dimaksud adalah kesulitan menjalin pertemanan, sulit berempati dengan teman, dan dilaporkan merasa tidak bahagia. Penelitian dilakukan dengan mengikatkan alat pengukur accelerometer, sebuah alat untuk mengukur aktivitas si anak setiap 10 detik selama ia terjaga selama 7 hari.

Kemudian para anak diminta untuk menceritakan seberapa lama mereka menonton televisi atua menggunakan komputer di luar waktu harus mengerjakan pekerjaan rumahnya. Mereka juga diminta menjawab pertanyaan seperti, seberapa sering mereka merasa tidak bahagia, mood berantakan, ingin menangis, atau kesepian.

Jawaban para responden ini dikombinasikan untuk memeroleh nilai keseluruhan yang mengindikasikan apakah si anak memiliki masalah signifikan.

Angie S. Page, PhD, dari University of Bristol di Inggris mengatakan bahwa tak ada hubungan antara waktu mereka bergerak atau tidak dengan kesehatan psikologi anak. Nampaknya apa yang dilakukan saat itulah yang penting. Misal, jika Anda memilih menonton televisi untuk hiburan, maka ini akan berkaitan dengan kesehatan mental yang negatif.

Dikutip dari WebMD, Page mengatkan bahwa kita tidak bisa mengandalkan aktivitas fisik untuk mengkompensasi lamanya waktu menatap layar televisi atau komputer. Menonton televisi atau bermain permainan komputer lebih dari 2 jam per hari sangat berhubungan dengan permasalahan psikologi, sulit menghormati orang lain, dan tingkat aktif anak.

Para orangtua harus mendorong anak untuk melakukan aktivitas fisik agar anaknya mengurangi waktu menonton televisi atau menatap layar komputer. Page menekankan bahwa studi tersebut memang menemukan konsekuensi pada anak yang menatap layar komputer dan televisi lebih dari dua jam, dalam hal fisik dan mental. Anak yang melakukan aktivitas fisik, secara umum dinilai memiliki kesehatan psikologi yang lebih sehat. (Kompas)

Read more...

Komunikasi Tepat supaya Anak Bersikap Baik

Jika Anda ingin si kecil bersikap dengan baik, perhatikan cara Anda mengomunikasikan keinginan Anda itu. Menurut pengarang How to Behave So Your Preschooler Will, Too!, Sal Severe PhD, komunikasi adalah faktor terpenting agar si kecil bisa belajar bersikap dengan baik. Cara Anda mengomunikasikan ekspektasi dan keinginan akan membuat banyak perbedaan.


Bayangkan diri Anda ada di posisi si kecil. Jika ia mendengar suara orangtuanya mengatakan sesuatu dengan nada melengking atau tidak menyenangkan, apakah pesan yang disampaikan bisa dimengerti? Tentu sulit untuk dicerna. Tetapi kadang, dengan nada lembut pun si kecil seakan tidak mau mengerti. Bagaimana cara berkomunikasi yang efektif dengan anak? Dr Severe menyarankan beberapa langkah, antara lain:

Nada positif
Katakan pada si kecil apa yang Anda ingin ia lakukan ketimbang apa yang Anda tak ingin ia lakukan. Misal, "Tolong keringkan air mata kamu," ketimbang, "Jangan cengeng!" atau "Berhenti nangis!" Contoh lainnya, ketimbang mengatakan, "Berhenti mengeluh", katakan, "Mintanya dengan nada sopan, dong." Saat anak Anda mengikuti instruksi Anda, berikan pujian. Ingat untuk memuji sikapnya, bukan anak secara keseluruhan. Jika Anda mengatakan, "Kamu anak yang baik saat kamu main manis sama adik kamu," pesan yang ditangkap anak adalah ia bukan anak baik kalau tidak main manis dengan adiknya. Alih-alih, katakan, "Mama bangga dengan cara kamu berbagi sama adik kamu. Pilihan kamu bagus, Nak."

Rencanakan sikap bagus
Anak-anak perlu tahu ekspektasi yang Anda harapkan darinya sejak dini. Biarkan ia tahu ke mana Anda dan ia akan pergi, apa aturannya, dan apa yang akan terjadi jika ia bersikap baik atau nakal. Jika ia tahu keadaan apa yang akan ia hadapi, ia akan jauh lebih baik dalam mengikuti instruksi Anda.

Jangan lupa untuk membawa tas aktivitas untuk si kecil jika Anda berencana pergi jauh, ke restoran, atau tempat lainnya yang membutuhkan si kecil untuk banyak duduk. Jika Anda membawa mainan atau hal lain yang membuat si kecil sibuk, Anda akan menghindari banyak problem potensial. Menurut dr Severe, barang-barang yang dibawa akan lebih efektif jika barangnya masih baru untuk anak. Jika Anda sempat, berbelanjalah mainan atau buku anak dalam jumlah banyak, dan simpan. Keluarkan satu per satu jika Anda ingin si kecil tenang.

Pesan positif
Anak-anak percaya apa pun yang dikatakan oleh orangtua mereka. Jika Anda mengatakan bahwa si kecil susah belajar mendengarkan, ia akan berlaku seperti itu. Jika Anda katakan bahwa Anda yakin ia bisa belajar mendengarkan dan patuh sama apa kata mama, ia akan berusaha membuktikan Anda benar. Tanamkan ide dalam dirinya bahwa ia bisa melakukan apa yang Anda minta. Mereka akan belajar untuk memenuhi permintaan Anda.

Berikan pujian atas hal-hal bagus yang ia lakukan. Semakin banyak Anda mendorong ia melakukan sikap yang baik, makin ia ingin membuat Anda bangga. Kebanyakan anak ingin melakukan hal-hal yang benar setiap saat. Fokuskan pada hal-hal yang positif dan Anda akan melihat tingkah positif itu lebih sering.

Contohkan
Setiap orangtua pasti ingin anaknya patuh sejak pertama diminta. Tetapi banyak pula orangtua yang mengatakan "Nanti dulu," atau, "Sebentar" atau mendengar si anak bicara tetapi tidak seksama? Jika Anda ingin si kecil menjadi pendengar yang baik, maka contohkan bagaimana menjadi pendengar yang baik. Anda harus mencontohkan hal-hal semacam ini. Sebisa mungkin, setiap kali anak Anda mengajak bicara, berhenti melakukan apa yang sedang Anda lakukan, buat kontak mata dengan si kecil, dan dengarkan sungguh-sungguh apa yang ia katakan. Tak hanya ia akan berlaku sama kepada Anda, hal ini juga akan membangun kepercayaan dirinya, dan membuatnya merasa dihargai.

Putar kembali
Akan membantu untuk Anda belajar mengerti jika Anda memintanya mengatakan kembali apa yang Anda ingin ia lakukan. Contoh, "Kita mau main ke tempat Tante Rina, di sana kamu boleh main di taman belakangnya sama Bella. Tapi, kita cuma setengah jam saja di sana. Kalau Mama panggil kamu untuk pulang, kamu datangi mama, dan kita siap-siap pulang ya? Nah, coba kamu ulangi apa yang mama bilang tadi." Ia akan mencoba mengulang instruksi Anda. Ini akan memastikan si kecil mengerti apa yang diharapkan dari dia.

Harapan yang realistis
Ingat, anak Anda adalah anak-anak. Anak balita atau usia prasekolah butuh banyak waktu Anda untuk diperhatikan. Ingat juga bahwa perubahan akan memakan waktu. Tetap positif dan konsisten dan Anda akan melihat perubahan pada sikap anak.

Belajar untuk berkomunikasi secara efektif dengan si kecil adalah hal krusial untuk meminta si anak melakukan apa yang Anda inginkan. Dengan kesabaran dan praktik, komunikasi Anda akan membaik, begitu pun sikap si anak. (Kompas)

Read more...

13 Tips Jauhkan Anak dari Pornografi

Kasus video porno artis sempat mengguncangkan masyarakat. Tak hanya orang dewasa, anak-anak kecil pun kerap mendengar mengenai masalah itu, antara lain lewat tayangan media, teman-teman, atau orang sekitar. Tak heran jika para orangtua merasa khawatir anaknya terekspos materi pornografi yang sudah sangat bebas. Di bawah ini adalah beberapa poin yang bisa Anda terapkan supaya anak terhindar dari pornografi:

1. Tunjukkan wewenang Anda sebagai orangtua.
Lakukan hal ini secara bijaksana dan lembut. Tunjukkan bahwa Anda tetap orangtuanya walau hubungan Anda dengannya terjalin seperti sahabat.

Sebagai orangtua, Andalah yang berhak mengambil keputusan akhir tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan keamanan anak. Anda berhak mengetahui siapa saja temannya, di mana ia berada, dan apa yang sedang ia lakukan.

2. Berikan contoh yang baik.
Orangtua adalah yang pertama kali akan dicontoh anak di rumah. Jika ingin anak berperilaku baik, Anda juga harus melakukan hal yang sama. Jangan malah ikut-ikutan mengunduh video porno.

3. Pasang pengaman di komputer atau televisi.
Saat ini tersedia banyak software yang bisa digunakan untuk mencegah dibukanya situs-situs porno di internet atau saluran-saluran khusus dewasa di televisi. Pasanglah software itu di rumah sebagai pengamanan.

4. Kontrol "password" internet.
Jangan berlakukan sistem otomatis pada sambungan internet di rumah, melainkan terapkan sistem manual. Saat anak masih kecil, yang boleh mengetahui password ini hanya Anda dan suami. Ganti password secara teratur supaya keamanannya terjaga.

5. Letakkan komputer atau televisi di ruang publik.
Maksudnya, ruangan yang dipakai bersama-sama anggota keluarga lain, misalnya ruang keluarga. Dengan demikian, Anda bisa mengawasi apa saja yang sedang ditonton atau diakses anak.

Hindari memberikan komputer atau televisi pribadi sepanjang anak belum membutuhkannya. Namun, jika ia memilikinya, Anda harus mengetahui password komputer atau akun jaringan sosialnya supaya tetap bisa melakukan pengawasan terhadap anak.

6. Buat aturan soal internet.
Selain menentukan waktu pemakaian internet, tentukan juga apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menggunakan internet. Poin-poin berikut ini, dari www.protectyourkids.info, bisa Anda terapkan padanya:
* Jangan pernah memberikan informasi pribadi di forum umum.
* Jangan membalas e-mail, obrolan, atau diskusi yang membuatnya merasa tidak nyaman.
* Jangan memberikan informasi atau foto kepada orang tak dikenal.
* Jangan memberikan password kepada orang lain, kecuali orangtua.
* Jangan klik link apa pun dari orang tak dikenal.
* Jangan langsung memercayai orang yang baru saja dikenal. Mereka bisa saja berbohong. Jadi,
ia mesti selalu berhati-hati.
* Jangan mau diajak bertemu secara langsung oleh orang yang dikenal lewat internet.
* Jangan membeli barang apa pun atau memberikan informasi tentang kartu kredit tanpa seizin
orangtua.
* Selalu beri tahu orangtua jika ada seseorang atau suatu hal di internet yang membuatnya tidak
nyaman.
* Selalu ikuti aturan penggunaan internet dari orangtua.

7. Jangan berikan ponsel canggih.
Kalau anak memang membutuhkan ponsel, berikan ponsel yang paling sederhana, tanpa kamera, video, ataupun internet. Ponsel seperti itulah yang ia butuhkan saat ini. Katakan padanya bahwa fungsi utama ponsel adalah untuk berkomunikasi. Jika memerlukan internet, ia bisa gunakan komputer di rumah.

8. Dampingi saat menonton televisi atau menggunakan internet, terutama untuk yang masih kecil.
Sebaiknya Anda yang memegang remote control-nya. Setiap kali muncul adegan yang kurang pantas, segera ganti salurannya dan tunjukkan ketidaksukaan Anda. Tujuannya agar anak menjadi terbiasa dan tahu bahwa yang seperti itu memang tidak pantas. Ia pun tak akan tertarik pada hal-hal semacam itu meskipun sedang tidak berada dalam pengawasan Anda. Lakukan tindakan yang sama pada media lain. Ketika ia sudah lebih besar, Anda bisa berdiskusi soal seks dan memberikan penjelasan lebih mendalam.

9. Sediakan waktu untuk keluarga.
Banyak orang mengakses pornografi karena merasa bosan dan tidak memiliki kegiatan lain. Inilah sebabnya keluarga sebaiknya menghabiskan waktu bersama-sama, setidaknya sekali seminggu. Ajak anak ke taman, makan di luar, atau yang lainnya, supaya ia terhibur. Diskusikanlah dengannya supaya ia terhibur. Diskusikanlah dengannya mengenai kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi rasa bosan. Dengan demikian, ia tidak berpaling ke televisi atau internet untuk mencari hiburan.

10. Sertakan mereka dalam kegiatan bermanfaat.
Daftarkan anak dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Pilihan lain adalah bekerja sama dengan para orangtua di sekolah atau lingkungan rumah. Anda bisa menyediakan aktivitas kecil-kecilan untuk mereka, misalnya, mendirikan klub membaca atau melukis.

11. Periksa teman anak.
Bukan tidak mungkin anak mendapatkan materi pornografi dari temannya. Jadi, tidak ada salahnya jika Anda cermat memilih dengan siapa ia bisa bergaul. Kalau tahu bahwa teman anak suka dengan hal-hal berbau pornografi, bicaralah dengan orangtua teman anak tersebut.

Sebagai sesama orangtua, katakan bahwa Anda menginginkan yang terbaik untuk masa depan kedua anak. Apabila cara ini tidak berhasil, jauhkan anak dari sang teman.

12. Libatkan diri dalam kegiatan akademis anak.
Cari tahu apa saja yang diajarkan dan yang sedang terjadi di sekolah. Anda bisa berbicara dengan wali kelasnya. Utarakan keprihatinan Anda tentang isu pornografi. Bekerja samalah dengannya beserta orangtua lain untuk mencegah murid-murid terekspos pada hal itu di sekolah. Contohnya, dengan memasang sistem pengaman pada komputer-komputer di sekolah.

13. Beri penjelasan secara baik-baik dan dengan tenang.
Jika anak ketahuan sedang melihat materi pornografi, jangan langsung marah. Tanyakan baik-baik alasannya. Berilah penjelasan mengapa hal itu tidak pantas untuknya.

(Majalah Sekar/Tassia Sipahutar)

Read more...

Pornografi Merusak Otak Anak

Pornografi menjadi keprihatinan para orangtua. Betapa tidak? Kecanggihan teknologi seperti internet, bahkan telepon seluler berperangkat multimedia, membuat pornografi dengan mudah berada dalam genggaman tangan dan masuk ruang pribadi anak. Keprihatinan tersebut tidak berlebihan mengingat pornografi menimbulkan kerusakan.

Sejauh mana pornografi mengganggu otak anak? Kepala Subbidang Pemeliharaan dan Peningkatan Kemampuan Intelegensia Anak Kementerian Kesehatan yang juga meneliti tentang itu, Gunawan Bambang, mencatat, ada dua sistem dalam otak manusia, yakni responder (pada sistem limbik) dan director (bagian otak depan atau prefrontal cortex/PFC).

Sistem direktori (director) terkait dengan kemampuan berpikir rasional. PFC, antara lain, bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan, menentukan prioritas, menimbang risiko, kemampuan penilaian, dan analisis. Namun, PFC belum sepenuhnya berkembang pada masa remaja. Bagian itu baru sepenuhnya berkembang saat seseorang mencapai usia 24-25 tahun.

Sementara sistem limbik yang berada di perbatasan dengan struktur di sekeliling regio basal serebrum bertanggung jawab, antara lain, mengatur perilaku, hasrat, emosi, memori, motivasi, dan homeostasis.

Sistem responder antara lain mengajak seseorang untuk senang, memuaskan diri, dan merasakan kenikmatan. ”Bagi anak, stimulasi sangat mudah karena anak dominan belajar dengan melihat ketimbang rangsang berpikir. Itu pula yang membuat anak sulit membedakan antara fakta dan fantasi serta tindakan yang boleh dan tidak boleh,” ujar Gunawan, akhir pekan lalu.

Saat seorang anak menyaksikan materi pornografi, sistem responder lebih banyak berperan dan jauh lebih besar peluang berkembangnya. Hal itu karena pornografi lebih ke arah kesenangan, sedangkan otak depan masih kurang berkembang. Dalam pembuatan keputusan pada otak anak terkait pornografi bisa diibaratkan pertarungan antara sistem responder dan direktori yang belum komplet berkembang.

Dalam sebuah seminar internasional dan pelatihan bertajuk ”Penanggulangan Adiksi Pornografi; Meningkatkan Kesadaran Masyarakat untuk Memelihara Kesehatan Otak dari Bahaya Pornografi”, pakar adiksi pornografi dari Amerika, Mark Kastleman, mengungkapkan, stimulasi oleh pornografi merangsang pelepasan hormon dopamin dan endorfin. Jumlah reseptor di dalam otak juga terus bertambah yang dapat menggiring seseorang menjadi kecanduan.

Kedua bahan kimia otak itu menimbulkan perasaan senang dan lebih baik melalui repetisi dan stimulasi neurotransmiter. Jika paparan pornografi diteruskan, otak akan membutuhkan dopamin semakin besar guna mempertahankan kadar rasa senang yang sama. ”Sama saja dengan adiksi lain, seperti alkohol dan heroin. Mereka menjadi mengidamkan kembali perasaan itu. Keadaan normal (tanpa pornografi) membuat mereka ’sakau’ dan depresi. Biasanya mereka merasa malu dan bersalah sehingga ingin berhenti tetapi tidak bisa,” ujarnya.

Dopamin dan endorfin akan sangat bermanfaat untuk membuat orang sehat dan menjalankan hidup dengan lebih baik saat normal. Namun, terkait pornografi, otak mengalami rangsangan berlebihan. Otak tak bekerja dengan normal dan tidak dapat merespons lagi, akibatnya otak mengecil. Pada anak dan remaja yang bagian otak logikanya belum berkembang, pornografi akan sangat berpengaruh dan rentan menyebabkan adiksi (kecanduan) serta merusak tumbuh kembang otak anak.

Tanda tanda

Dalam sebuah seminar yang sama, Randall F Hyde PhD dari Department of Clinical Psychology, Brigham Young University, Amerika, mengatakan, terdapat perubahan-perubahan pada anak yang mengalami masalah dengan pornografi. Tanda-tanda adanya pornografi dalam kehidupan anak antara lain anak menjadi depresi, mudah tersinggung, menarik diri, dalam berbahasa menjadi lebih mengarah pada seks, dan mengisolasi diri.

Randall mengatakan, dapat dikatakan seseorang kecanduan jika seks atau pornografi menjadi faktor menentukan untuk membentuk hidup seseorang. Adiksi terjadi jika kebutuhan itu harus dipenuhi secara reguler dan pengurangan tak lagi dapat ditoleransi. Orang adiksi tak dapat merasakan kesenangan normal dan harus mendapatkan ”candu”-nya agar dapat senang kembali. ”Saat itu, seseorang ingin berhenti, tetapi tidak bisa,” ujarnya.

Namun, menurut Randall, kecanduan pornografi dan keseimbangan fungsi otak dapat dipulihkan melalui berbagai terapi dan biasanya tidak dibutuhkan obat-obatan. ”Berbeda dengan kecanduan narkotika yang bersifat toksik sehingga racun harus dikeluarkan dari tubuh,” ujarnya.

Mark berpendapat senada, pada dasarnya otak dapat dibentuk dan berubah (neuro-plastic). Orang yang sudah kecanduan pornografi biasanya merasa cuma ada dua pilihan, yakni melawan keinginan itu atau menyerah pada pornografi. Kedua cara itu tidak efektif dan membuat mereka justru semakin terjebak.

Adiksi merupakan gejala permukaan. Harus dipelajari pemicu yang berasal dari lingkungan dan emosi. Setelah pemicu tersebut diketahui dan dapat dikontrol, orang itu dapat mulai menggali permasalahan yang lebih dalam, seperti citra diri, perawatan diri, masalah relasi, dan memotivasi kerja sistem responder otak antara lain dengan mencari aktivitas pengganti lebih baik guna mengalihkan diri dari godaan.

Guna menangkal pornografi, pendidikan dan pola asuh juga sangat berpengaruh untuk melatih sistem direktori anak agar memahami kesehatan seksual, batasan-batasan, akuntabilitas, dan keamanan. Di sisi lain, kebutuhan sistem responder juga perlu dipenuhi agar anak tidak mendapatkannya dari tempat lain, termasuk pornografi.

Kebutuhan ini dapat dipenuhi, antara lain, dengan koneksi dan relasi yang baik antara individu dan orang lain sekitarnya. Perlu juga disediakan outlet kesenangan yang positif, pengalaman yang kaya, dan yang menyenangkan bagi anak.
Kompas-Indira Permanasari)

Read more...

recent comments


Cari di ezramos.blogspot.com...

recommended links

     » Christian Men's Network Indonesia
     » Wanita Bijak
     » Christian Parent
     » All About Parenting
     » Focus On The Family
     » Children’s Ministry Online
     » Jesus for Children
     » Salvation Kids
     » Kid Explorers
     » CBH (Children's Bible Hours)
» Blog ini didedikasikan untuk kedua anak yang kami kasihi, Ezra dan Amos serta kepada seluruh orangtua Kristen yang memiliki anak-anak agar mereka tetap memegang teguh komitmen dan tanggung jawab atas kehidupan anak-anak yang telah Tuhan percayakan kepada mereka. God bless you!

"Hai anakku, jika hatimu bijak, hatiku juga bersukacita." (Ams. 23:15)

meet the parents

Add me Add me

  © 2008 Blogger template by Ourblogtemplates.com

Back to TOP