Kasih, Suatu Pilihan dan Komitmen
Ayat bacaan: Ulangan 30:11-20
“Karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya.” (Ulangan 30:11-20)
Cinta itu buta—adalah sebuah ungkapan yang diterima bahkan dipercaya oleh banyak orang pada masa kini. Dengan alasan tersebut, banyak hal yang kemudian dimaklumkan atau dibenarkan terjadi, jika seseorang sedang dimabuk cinta. Ada banyak mitos tentang cinta di tengah kehidupan manusia, seolah-olah cinta adalah sesuatu yang terjadi begitu saja dalam diri kita. Ketika seseorang sedang jatuh cinta, kita tidak mengerti mengapa tiba-tiba menjadi salah tingkah dan jantung berdebar kencang, ketika bertemu dengan orang yang membuatnya jatuh cinta. Ada sesuatu hal terjadi yang mempengaruhi metabolisme tubuh orang tersebut sehingga tingkah lakunya berbeda dari biasanya. Maka dari itu, seringkali orang berucap, “Ya harap maklum saja, ‘kan lagi jatuh cinta.”
Ketika menggunakan istilah “jatuh cinta”, sebenarnya kata yang lebih tepat adalah rasa “tertarik.” Ketertarikan tentu nantinya akan memimpin kepada kasih, tetapi, ketertarikan itu bukanlah kasih. Makanya tidak heran, ada pasangan yang berpisah atau bercerai karena unsur ketertarikannya kepada pasangannya sudah hilang seiring dengan berjalannya waktu. Tapi, berbeda dengan orang yang mengasihi, ia tetap akan mengasihi karena mengasihi adalah suatu pilihan yang dibuat dengan penuh kesadaran dan komitmen sebagai dasarnya.
Pada bacaan hari ini, kita menemukan suatu tantangan yang diajukan oleh Musa kepada bangsa Israel. Musa memerintahkan agar bangsa Israel memilih, mau mengasihi dan mendengarkan suara Allah, atau tidak. Tuhan tidak memaksa umat-Nya untuk mengasihi-Nya, itu sepenuhnya diserahkan kepada manusia untuk menentukan pilihannya. Walaupun kita memilih untuk tidak mengasihi Allah, dan hidup kita mengalami kehancuran, Allah tetap takkan pernah memaksa kita untuk mengasihi-Nya. Seperti halnya bangsa Israel, tantangan yang sama sedang diajukan kepada kita, maukah kita mengasihi Tuhan, Allah kita, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya? (EL)
Mengasihi adalah sebuah pilihan dan sebuah komitmen. Oleh karena itu, setiap kita diperhadapkan pada pilihan, apakah kita mau mengasihi atau tidak mau.
0 komentar:
Post a Comment