Showing posts with label pengaruh media. Show all posts
Showing posts with label pengaruh media. Show all posts

Menonton TV Sebabkan Masalah Psikologi Anak

Dalam sebuah studi yang melibatkan sekitar 1.013 anak berusia di antara 10-11 tahun, ditemukan bahwa mereka yang menonton televisi, menatap layar komputer, atau kombinasinya, lebih dari 2 jam per hari akan mengalami masalah psikologi.

Masalah psikologi yang dimaksud adalah kesulitan menjalin pertemanan, sulit berempati dengan teman, dan dilaporkan merasa tidak bahagia. Penelitian dilakukan dengan mengikatkan alat pengukur accelerometer, sebuah alat untuk mengukur aktivitas si anak setiap 10 detik selama ia terjaga selama 7 hari.

Kemudian para anak diminta untuk menceritakan seberapa lama mereka menonton televisi atua menggunakan komputer di luar waktu harus mengerjakan pekerjaan rumahnya. Mereka juga diminta menjawab pertanyaan seperti, seberapa sering mereka merasa tidak bahagia, mood berantakan, ingin menangis, atau kesepian.

Jawaban para responden ini dikombinasikan untuk memeroleh nilai keseluruhan yang mengindikasikan apakah si anak memiliki masalah signifikan.

Angie S. Page, PhD, dari University of Bristol di Inggris mengatakan bahwa tak ada hubungan antara waktu mereka bergerak atau tidak dengan kesehatan psikologi anak. Nampaknya apa yang dilakukan saat itulah yang penting. Misal, jika Anda memilih menonton televisi untuk hiburan, maka ini akan berkaitan dengan kesehatan mental yang negatif.

Dikutip dari WebMD, Page mengatkan bahwa kita tidak bisa mengandalkan aktivitas fisik untuk mengkompensasi lamanya waktu menatap layar televisi atau komputer. Menonton televisi atau bermain permainan komputer lebih dari 2 jam per hari sangat berhubungan dengan permasalahan psikologi, sulit menghormati orang lain, dan tingkat aktif anak.

Para orangtua harus mendorong anak untuk melakukan aktivitas fisik agar anaknya mengurangi waktu menonton televisi atau menatap layar komputer. Page menekankan bahwa studi tersebut memang menemukan konsekuensi pada anak yang menatap layar komputer dan televisi lebih dari dua jam, dalam hal fisik dan mental. Anak yang melakukan aktivitas fisik, secara umum dinilai memiliki kesehatan psikologi yang lebih sehat. (Kompas)

Read more...

13 Tips Jauhkan Anak dari Pornografi

Kasus video porno artis sempat mengguncangkan masyarakat. Tak hanya orang dewasa, anak-anak kecil pun kerap mendengar mengenai masalah itu, antara lain lewat tayangan media, teman-teman, atau orang sekitar. Tak heran jika para orangtua merasa khawatir anaknya terekspos materi pornografi yang sudah sangat bebas. Di bawah ini adalah beberapa poin yang bisa Anda terapkan supaya anak terhindar dari pornografi:

1. Tunjukkan wewenang Anda sebagai orangtua.
Lakukan hal ini secara bijaksana dan lembut. Tunjukkan bahwa Anda tetap orangtuanya walau hubungan Anda dengannya terjalin seperti sahabat.

Sebagai orangtua, Andalah yang berhak mengambil keputusan akhir tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan keamanan anak. Anda berhak mengetahui siapa saja temannya, di mana ia berada, dan apa yang sedang ia lakukan.

2. Berikan contoh yang baik.
Orangtua adalah yang pertama kali akan dicontoh anak di rumah. Jika ingin anak berperilaku baik, Anda juga harus melakukan hal yang sama. Jangan malah ikut-ikutan mengunduh video porno.

3. Pasang pengaman di komputer atau televisi.
Saat ini tersedia banyak software yang bisa digunakan untuk mencegah dibukanya situs-situs porno di internet atau saluran-saluran khusus dewasa di televisi. Pasanglah software itu di rumah sebagai pengamanan.

4. Kontrol "password" internet.
Jangan berlakukan sistem otomatis pada sambungan internet di rumah, melainkan terapkan sistem manual. Saat anak masih kecil, yang boleh mengetahui password ini hanya Anda dan suami. Ganti password secara teratur supaya keamanannya terjaga.

5. Letakkan komputer atau televisi di ruang publik.
Maksudnya, ruangan yang dipakai bersama-sama anggota keluarga lain, misalnya ruang keluarga. Dengan demikian, Anda bisa mengawasi apa saja yang sedang ditonton atau diakses anak.

Hindari memberikan komputer atau televisi pribadi sepanjang anak belum membutuhkannya. Namun, jika ia memilikinya, Anda harus mengetahui password komputer atau akun jaringan sosialnya supaya tetap bisa melakukan pengawasan terhadap anak.

6. Buat aturan soal internet.
Selain menentukan waktu pemakaian internet, tentukan juga apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menggunakan internet. Poin-poin berikut ini, dari www.protectyourkids.info, bisa Anda terapkan padanya:
* Jangan pernah memberikan informasi pribadi di forum umum.
* Jangan membalas e-mail, obrolan, atau diskusi yang membuatnya merasa tidak nyaman.
* Jangan memberikan informasi atau foto kepada orang tak dikenal.
* Jangan memberikan password kepada orang lain, kecuali orangtua.
* Jangan klik link apa pun dari orang tak dikenal.
* Jangan langsung memercayai orang yang baru saja dikenal. Mereka bisa saja berbohong. Jadi,
ia mesti selalu berhati-hati.
* Jangan mau diajak bertemu secara langsung oleh orang yang dikenal lewat internet.
* Jangan membeli barang apa pun atau memberikan informasi tentang kartu kredit tanpa seizin
orangtua.
* Selalu beri tahu orangtua jika ada seseorang atau suatu hal di internet yang membuatnya tidak
nyaman.
* Selalu ikuti aturan penggunaan internet dari orangtua.

7. Jangan berikan ponsel canggih.
Kalau anak memang membutuhkan ponsel, berikan ponsel yang paling sederhana, tanpa kamera, video, ataupun internet. Ponsel seperti itulah yang ia butuhkan saat ini. Katakan padanya bahwa fungsi utama ponsel adalah untuk berkomunikasi. Jika memerlukan internet, ia bisa gunakan komputer di rumah.

8. Dampingi saat menonton televisi atau menggunakan internet, terutama untuk yang masih kecil.
Sebaiknya Anda yang memegang remote control-nya. Setiap kali muncul adegan yang kurang pantas, segera ganti salurannya dan tunjukkan ketidaksukaan Anda. Tujuannya agar anak menjadi terbiasa dan tahu bahwa yang seperti itu memang tidak pantas. Ia pun tak akan tertarik pada hal-hal semacam itu meskipun sedang tidak berada dalam pengawasan Anda. Lakukan tindakan yang sama pada media lain. Ketika ia sudah lebih besar, Anda bisa berdiskusi soal seks dan memberikan penjelasan lebih mendalam.

9. Sediakan waktu untuk keluarga.
Banyak orang mengakses pornografi karena merasa bosan dan tidak memiliki kegiatan lain. Inilah sebabnya keluarga sebaiknya menghabiskan waktu bersama-sama, setidaknya sekali seminggu. Ajak anak ke taman, makan di luar, atau yang lainnya, supaya ia terhibur. Diskusikanlah dengannya supaya ia terhibur. Diskusikanlah dengannya mengenai kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi rasa bosan. Dengan demikian, ia tidak berpaling ke televisi atau internet untuk mencari hiburan.

10. Sertakan mereka dalam kegiatan bermanfaat.
Daftarkan anak dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Pilihan lain adalah bekerja sama dengan para orangtua di sekolah atau lingkungan rumah. Anda bisa menyediakan aktivitas kecil-kecilan untuk mereka, misalnya, mendirikan klub membaca atau melukis.

11. Periksa teman anak.
Bukan tidak mungkin anak mendapatkan materi pornografi dari temannya. Jadi, tidak ada salahnya jika Anda cermat memilih dengan siapa ia bisa bergaul. Kalau tahu bahwa teman anak suka dengan hal-hal berbau pornografi, bicaralah dengan orangtua teman anak tersebut.

Sebagai sesama orangtua, katakan bahwa Anda menginginkan yang terbaik untuk masa depan kedua anak. Apabila cara ini tidak berhasil, jauhkan anak dari sang teman.

12. Libatkan diri dalam kegiatan akademis anak.
Cari tahu apa saja yang diajarkan dan yang sedang terjadi di sekolah. Anda bisa berbicara dengan wali kelasnya. Utarakan keprihatinan Anda tentang isu pornografi. Bekerja samalah dengannya beserta orangtua lain untuk mencegah murid-murid terekspos pada hal itu di sekolah. Contohnya, dengan memasang sistem pengaman pada komputer-komputer di sekolah.

13. Beri penjelasan secara baik-baik dan dengan tenang.
Jika anak ketahuan sedang melihat materi pornografi, jangan langsung marah. Tanyakan baik-baik alasannya. Berilah penjelasan mengapa hal itu tidak pantas untuknya.

(Majalah Sekar/Tassia Sipahutar)

Read more...

Pornografi Merusak Otak Anak

Pornografi menjadi keprihatinan para orangtua. Betapa tidak? Kecanggihan teknologi seperti internet, bahkan telepon seluler berperangkat multimedia, membuat pornografi dengan mudah berada dalam genggaman tangan dan masuk ruang pribadi anak. Keprihatinan tersebut tidak berlebihan mengingat pornografi menimbulkan kerusakan.

Sejauh mana pornografi mengganggu otak anak? Kepala Subbidang Pemeliharaan dan Peningkatan Kemampuan Intelegensia Anak Kementerian Kesehatan yang juga meneliti tentang itu, Gunawan Bambang, mencatat, ada dua sistem dalam otak manusia, yakni responder (pada sistem limbik) dan director (bagian otak depan atau prefrontal cortex/PFC).

Sistem direktori (director) terkait dengan kemampuan berpikir rasional. PFC, antara lain, bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan, menentukan prioritas, menimbang risiko, kemampuan penilaian, dan analisis. Namun, PFC belum sepenuhnya berkembang pada masa remaja. Bagian itu baru sepenuhnya berkembang saat seseorang mencapai usia 24-25 tahun.

Sementara sistem limbik yang berada di perbatasan dengan struktur di sekeliling regio basal serebrum bertanggung jawab, antara lain, mengatur perilaku, hasrat, emosi, memori, motivasi, dan homeostasis.

Sistem responder antara lain mengajak seseorang untuk senang, memuaskan diri, dan merasakan kenikmatan. ”Bagi anak, stimulasi sangat mudah karena anak dominan belajar dengan melihat ketimbang rangsang berpikir. Itu pula yang membuat anak sulit membedakan antara fakta dan fantasi serta tindakan yang boleh dan tidak boleh,” ujar Gunawan, akhir pekan lalu.

Saat seorang anak menyaksikan materi pornografi, sistem responder lebih banyak berperan dan jauh lebih besar peluang berkembangnya. Hal itu karena pornografi lebih ke arah kesenangan, sedangkan otak depan masih kurang berkembang. Dalam pembuatan keputusan pada otak anak terkait pornografi bisa diibaratkan pertarungan antara sistem responder dan direktori yang belum komplet berkembang.

Dalam sebuah seminar internasional dan pelatihan bertajuk ”Penanggulangan Adiksi Pornografi; Meningkatkan Kesadaran Masyarakat untuk Memelihara Kesehatan Otak dari Bahaya Pornografi”, pakar adiksi pornografi dari Amerika, Mark Kastleman, mengungkapkan, stimulasi oleh pornografi merangsang pelepasan hormon dopamin dan endorfin. Jumlah reseptor di dalam otak juga terus bertambah yang dapat menggiring seseorang menjadi kecanduan.

Kedua bahan kimia otak itu menimbulkan perasaan senang dan lebih baik melalui repetisi dan stimulasi neurotransmiter. Jika paparan pornografi diteruskan, otak akan membutuhkan dopamin semakin besar guna mempertahankan kadar rasa senang yang sama. ”Sama saja dengan adiksi lain, seperti alkohol dan heroin. Mereka menjadi mengidamkan kembali perasaan itu. Keadaan normal (tanpa pornografi) membuat mereka ’sakau’ dan depresi. Biasanya mereka merasa malu dan bersalah sehingga ingin berhenti tetapi tidak bisa,” ujarnya.

Dopamin dan endorfin akan sangat bermanfaat untuk membuat orang sehat dan menjalankan hidup dengan lebih baik saat normal. Namun, terkait pornografi, otak mengalami rangsangan berlebihan. Otak tak bekerja dengan normal dan tidak dapat merespons lagi, akibatnya otak mengecil. Pada anak dan remaja yang bagian otak logikanya belum berkembang, pornografi akan sangat berpengaruh dan rentan menyebabkan adiksi (kecanduan) serta merusak tumbuh kembang otak anak.

Tanda tanda

Dalam sebuah seminar yang sama, Randall F Hyde PhD dari Department of Clinical Psychology, Brigham Young University, Amerika, mengatakan, terdapat perubahan-perubahan pada anak yang mengalami masalah dengan pornografi. Tanda-tanda adanya pornografi dalam kehidupan anak antara lain anak menjadi depresi, mudah tersinggung, menarik diri, dalam berbahasa menjadi lebih mengarah pada seks, dan mengisolasi diri.

Randall mengatakan, dapat dikatakan seseorang kecanduan jika seks atau pornografi menjadi faktor menentukan untuk membentuk hidup seseorang. Adiksi terjadi jika kebutuhan itu harus dipenuhi secara reguler dan pengurangan tak lagi dapat ditoleransi. Orang adiksi tak dapat merasakan kesenangan normal dan harus mendapatkan ”candu”-nya agar dapat senang kembali. ”Saat itu, seseorang ingin berhenti, tetapi tidak bisa,” ujarnya.

Namun, menurut Randall, kecanduan pornografi dan keseimbangan fungsi otak dapat dipulihkan melalui berbagai terapi dan biasanya tidak dibutuhkan obat-obatan. ”Berbeda dengan kecanduan narkotika yang bersifat toksik sehingga racun harus dikeluarkan dari tubuh,” ujarnya.

Mark berpendapat senada, pada dasarnya otak dapat dibentuk dan berubah (neuro-plastic). Orang yang sudah kecanduan pornografi biasanya merasa cuma ada dua pilihan, yakni melawan keinginan itu atau menyerah pada pornografi. Kedua cara itu tidak efektif dan membuat mereka justru semakin terjebak.

Adiksi merupakan gejala permukaan. Harus dipelajari pemicu yang berasal dari lingkungan dan emosi. Setelah pemicu tersebut diketahui dan dapat dikontrol, orang itu dapat mulai menggali permasalahan yang lebih dalam, seperti citra diri, perawatan diri, masalah relasi, dan memotivasi kerja sistem responder otak antara lain dengan mencari aktivitas pengganti lebih baik guna mengalihkan diri dari godaan.

Guna menangkal pornografi, pendidikan dan pola asuh juga sangat berpengaruh untuk melatih sistem direktori anak agar memahami kesehatan seksual, batasan-batasan, akuntabilitas, dan keamanan. Di sisi lain, kebutuhan sistem responder juga perlu dipenuhi agar anak tidak mendapatkannya dari tempat lain, termasuk pornografi.

Kebutuhan ini dapat dipenuhi, antara lain, dengan koneksi dan relasi yang baik antara individu dan orang lain sekitarnya. Perlu juga disediakan outlet kesenangan yang positif, pengalaman yang kaya, dan yang menyenangkan bagi anak.
Kompas-Indira Permanasari)

Read more...

Ajarkan Anak Etika Ber-SMS

Sekarang banyak anak-anak menggunakan telepon selular. Alat komunikasi tersebut dapat pula berfungsi untuk alat bersosialisasi bagi anak Anda.

Namun, anak-anak perlu diajari bertanggungjawab menggunakan benda pintar itu. Berikut lima etika ber-SMS yang perlu diajarkan kepada buah hati Anda.

1. Penggunaan ponsel jangan sampai menggantikan percakapan
seringkali anak Anda menggunakan ponsel untuk berkirim pesan pendek, baik kepada teman sekolah, kakak, adik, atau mungkin kepada Anda. Jangan sampai keasyikan ber-SMS mereka menggantikan waktu interaksi mereka dengan sekitarnya.

2. Hindari SMS sambil bicara
Berbicara sembari menegetik sms sama kasarnya dengan menjawab kasar lawan bicara melalui telepon. Coba tanyakan kepada putra-putri anda, bagaimana rasanya jika seseorang memotong pembicaraan mereka. Atau, ketika mereka bicara dan yang diajak bicara justru asyik ber- SMS.

3. Jangan membalas sms ketika sedang kesal
Anak Anda perlu memahami, ketika mengirim sms itu artinya mereka tak dapat menarik kembali pesan yang dikirim. Mintalah mereka untuk bersikap tenang sebelum membalas SMS. salah-salah kalimat yang dikirim anak Anda mengandung kata-kata kasar. Minta dia tenang sebelum datang komentar sinis.

4. Jangan meminta maaf lewat sms
Jangan biasakan buah hati untuk meminta maaf kepada orang lain lewat SMS. Biasakan mereka meminta maaf dengan bertemu dan bertatap muka langsung. Beri pengertian padanya, meminta maaf lewat SMS bukan hanya tak baik, namun ada kesan kurang tulus apabila permintaan maaf itu dikirim lewas SMS. Ini juga bisa membantu pembentukan karakter anak Anda dan membangun rasa percaya diri.

5. Ada waktu dan tempat untuk ber-SMS
Tak seharusnya mengirim SMS ketika belajar dalam kelas, di tempat ibadah, saat makan malam, atau di bisokop. Ajari pula anak untuk tidak mengirim SMS saat mengemudi atau berkendara. (VIVAnews)

Read more...

Aturan Main Facebook untuk Anak

Di jaman serba instan, semakin sulit orangtua melakukan komunikasi dengan anak. Para orangtua saat ini justru banyak disibukkan dengan segudang aktivitas kantor. Alhasil buah hati Anda tidak punya tempat untuk bercerita atau sekadar berkeluh kesah yang pada akhirnya menuangkan unek-unek melalui kecanggihan teknologi, seperti situs jejaring sosial, salah satunya facebook. Kerapkali facebook justru menjadi teman curhat yang lebih mengerti dunia anak dan remaja ketimbang orangtua.

Jika buah hati Anda salah satu dari pengguna facebook dan seringkali menjadikan facebook sebagai ajang curhatnya, apa yang harus Anda lakukan? Berikut tips dari beberapa pemerhati anak, Kak Seto dan psikolog, Alexander Sriewijono yang juga penulis serta pendiri 'TALK-inc, Daily Meaning' dan 'Talkinc Points for Kids & Parents'. Mereka memberikan tips bagaimana cara melakukan komunikasi yang efektif dengan anak.

Menurut Ketua komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Seto Mulyadi atau Kak Seto, seiring berkembangnya zaman dan teknologi, jangan pernah melarang anak menggunakan kecanggihan teknologi seperti facebook. “Jangan salahkan teknologinya. Sebagai orangtua kita harus ikut belajar mengerti dunia teknologi,” ujarnya saat ditemui dalam Launching Buku 'Talkinc Points for Kids & Parents' di Grand Indonesia, Selasa 23 Februari 2010.

Hal senada diungkapkan Alexander Sriewijono, cara paling efektif melakukan komunikasi dengan anak dan remaja adalah dengan memahami apa keinginannya. “Begitupula sebaliknya, jika buah hati telah memasuki dunia teknologi, Anda pun juga harus mengerti dulu apa itu facebook, jangan asal meluarkan kata larangan pada anak. Jadilah teman untuk anak Anda adalah prinsip utama yang harus dipegang agar komunikasi Anda dan anak bisa berjalan lancar,” katanya.

Dua pakar ini memiliki persepsi yang sama, bahwa berkomunikasi dengan anak memang gampang-gampang susah, tapi ada trik yang bisa Anda ikuti:

- Usahakan selalu melakukan komunikasi dengan anak, meski sesibuk apapun.
- Jadilah sahabat dari mereka , buang jauh fikiran bahwa Anda adalah orangtua yang harus
selalu dihormati.
- Turunkan ego Anda sebagai orangtua, saat melakukan komunikasi dengan anak.
- Jadilah pendengar yang baik
- Hormati apa yang menjadi pilihan mereka, namun bukan berarti Anda mengiyakan apapun
keinginannya.
- Beri pemahaman padanya apa yang baik dan apa yang buruk
- Meluangkan waktu seperti bermain bersama, bisa membuat hubungan orangtua dan anak
makin dekat
- Usahakan duduk bersama saat melakukan komunikasi. Jangan berdiri saat melakukan
komunikasi dengan anak, sementara buah hati duduk sambil menunduk. Dekati mereka
dengan duduk bersama, dengan begitu, apa yang menjadi keluhannya bisa dia keluarkan.

(VIVAnews)

Read more...

Mengapa Mereka Tergila-gila Facebook

Perkembangan teknologi komunikasi memang berpengaruh besar pada gaya hidup para remaja. Menurut penelitian, para remaja rata-rata mengirim pesan singkat atau SMS 10.000 teks per tahun.

Penelitian yang dilakukan Bebo, sebuah situs jaringan sosial populer Inggris, itu mengungkap, lebih dari 2/3 remaja menggunakan ponsel dan kamera digital untuk menyimpan gambar yang merekam kehidupan mereka. Hampir 75 persen dari responden memanfaatkan situs jaringan sosial untuk berbagi foto dan berhubungan dengan teman.

Lalu, sekitar 50 persen mengatakan, berhubungan dengan 250 teman secara teratur melalui internet. Sebagian besar remaja juga berujar, menghabiskan sebagian besar waktu luang mereka di internet. Hampir 1/3 dari responden mengatakan telah menyaksikan lebih dari 50 video online per minggu melalui situs-situs populer seperti YouTube dan Bebo, dan MySpace.

"Komunikasi dan sosilisasi adalah kesukaan yang paling populer di kalangan remaja hari ini," kata Sharon Gavin, Direktur Komunikasi Global Bebo, yang memiliki lebih dari 11 juta pengguna di Inggris, seperti dikutip dari Telegraph.co.uk. "Jika teknologi memungkinkan mereka untuk melakukan sosialisasi lebih mudah, pasti semuanya akan lebih menarik."

Penelitian terbaru menunjukkan, penggunaan situs jejaring sosial pada dasarnya memberi banyak manfaat, bahkan untuk anak-anak. Studi MacArthur Foundation di Amerika Serikat menyimpulkan, penggunaan situs-situs seperti Bebo, Facebook dan MySpace membantu kaum muda belajar banyak hal.

"Kesukaan mereka pada teknologi, memberi mereka keterampilan bahasa dan teknologi, yang mereka butuhkan untuk berhasil di dunia kontemporer. Tanpa disadari mereka juga belajar bagaimana bergaul dengan orang lain, mengelola identitas publik, serta membuat homepage," kata Mizuko Ito, salah satu peneliti dalam penelitian 'Living and Learning with New Media'. (VIVAnews)

Read more...

Awas, Pornografi Mengintai Anak Anda

Dampak negatif media, khususnya melalui internet tampaknya semakin memerlukan perhatian serius terutama bagi para orangtua. Namun demikian, bukan berarti kita harus menjauhkan internet dari anak-anak. Pengawasan dan pendampingan lebih intensif adalah saran yang dianjurkan.

Sebuah penelitian menemukan bahwa enam dari sepuluh anak laki-laki di Britania yang berumur di bawah 16 tahun telah menyaksikan tayangan pornografi, baik disengaja maupun tidak. Waktu rata-rata mereka menyaksikan tayangan porno di internet adalah 90 menit dalam seminggu.

Pada Desember 2009, peneliti University of Montreal juga meneliti tentang pornografi. Mereka menemukan bahwa kebanyakan anak laki-laki pertama kali menonton tayangan pornografi saat mereka berumur 10 tahun.

Michael Flood, yang melakukan studi di Australian Research Centre in Sex, Health, and Society mengatakan bahwa ada bukti kuat dari seluruh dunia yang memperlihatkan pornografi memiliki dampak negatif pada individu dan masyarakat. “Tayangan porno adalah pendidik seks yang sangat miskin karena menunjukkan cara-cara tidak realistis soal seks,” ujar Flood.

John Carr, sekretaris Children Charities Coalition on Internet Safety (CHIS), kepada Sunday Times mengatakan, “Kami punya kasus di Barat London, di mana seorang anak di tahun pertama sekolah dasar membawa foto ke sekolah dan melakukannya di taman bermain saat istirahat. Ternyata itu dia dapatkan dari komputer rumah yang didownload oleh ayahnya.”

“Ini bukan argumen untuk melarang, tapi argumen untuk menemukan cara yang lebih baik agar anak-anak sulit mendapatkan hal semacam itu,” kata John Carr.

“Anak-anak melihat tayangan pornografi bukan untuk kepuasan. Mereka melakukannya karena merasa bosan dan tidak diawasi. Sering kali, saat mereka menyaksikan adegan pornografi yang ekstrem mereka akan tertawa dan mengatakan betapa menjijikkan hal itu." (viva)

"Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu." (Amsal 29:17)

Read more...

recent comments


Cari di ezramos.blogspot.com...

recommended links

     » Christian Men's Network Indonesia
     » Wanita Bijak
     » Christian Parent
     » All About Parenting
     » Focus On The Family
     » Children’s Ministry Online
     » Jesus for Children
     » Salvation Kids
     » Kid Explorers
     » CBH (Children's Bible Hours)
» Blog ini didedikasikan untuk kedua anak yang kami kasihi, Ezra dan Amos serta kepada seluruh orangtua Kristen yang memiliki anak-anak agar mereka tetap memegang teguh komitmen dan tanggung jawab atas kehidupan anak-anak yang telah Tuhan percayakan kepada mereka. God bless you!

"Hai anakku, jika hatimu bijak, hatiku juga bersukacita." (Ams. 23:15)

meet the parents

Add me Add me

  © 2008 Blogger template by Ourblogtemplates.com

Back to TOP