Showing posts with label renungan. Show all posts
Showing posts with label renungan. Show all posts

Melihat dan Belajar

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya. —Amsal 22:6a

Saat seorang wasit berdiri di belakang plate pada suatu pertandingan softball putri, ia mendengar ibu dari seorang pemain mulai berteriak: “Ganti wasitnya! Ganti wasitnya!” Dengan segera, orangtua lain mengikuti teriakan itu.

Wasit itu tersenyum, lalu berbalik ke arah kerumunan penonton dan membalas teriakan mereka, “Ganti orangtuanya! Ganti orangtuanya!” Kecaman para orangtua itu pun langsung berhenti.

Betapa penting orangtua memberikan contoh yang baik, karena anak-anaknya memperhatikan mereka. Orangtua Kristen dapat mendorong kebiasaan dan perilaku yang baik dengan melakukan hal-hal berikut ini:

Berdoa untuk dan dengan mereka—supaya mereka belajar bagaimana berbicara kepada Allah. “Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur (Kolose 4:2).

Membaca dan mengajarkan Alkitab kepada mereka—sehingga mereka belajar tentang kebenaran Allah. “Haruslah engkau mengajarkannya [semua perintah Allah] berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apa bila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ulangan 6:7).

Menceritakan tentang Yesus kepada mereka—dan memimpin mereka untuk beriman kepada-Nya. “Sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yoh. 3:3).

Cara terbaik untuk memberikan contoh yang baik bagi anak-anak kita adalah dengan hidup sesuai iman kita di hadapan mereka. Ketika mereka memperhatikan kita—mereka belajar tentang nilai hidup utama yang kita pegang.

Perhatikanlah dirimu dan pikirkan anakmu—
Waktumu dan pikiranmu adalah haknya;
Bagaimana kau menjawab Tuhan ketika Dia bertanya,
“Orangtua seperti apakah dirimu?”—NN.


Anak-anak mungkin tak mewarisi bakat orangtuanya, tetapi akan menyerap nilai hidup mereka.

(disadur dari Renungan Our Daily Bread 30 Januari 2011)

Read more...

Merdeka Dalam Kristus

Ayat bacaan: Galatia 5:13-14
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13)

Dalam Galatia 5:1 dikatakan bahwa Kristus telah memerdekakan kita. Melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, kita bisa merdeka dari perbudakan dosa. Dalam Kristus, kita bisa mengatakan “TIDAK” kepada kebiasaan-kebiasaan yang memimpin kepada dosa. Dalam Kristus ada kuasa mengalahkan belenggu dosa.

Karena kita telah dipanggil untuk merdeka, dalam ayat 13, Rasul Paulus mengingatkan kepada kita agar menggunakan kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya. Kemerdekaan yang kita peroleh bukanlah lisensi agar kita terus hidup dalam dosa, bahkan sebaliknya. Kita dituntut agar bisa mempraktikkan dan mengaplikasikan kebenaran firman Tuhan dengan maksimal. Kita dipanggil untuk mengasihi.

Dalam ayat 13b dikatakan “layanilah seorang yang akan yang lain oleh kasih.” Di sini kita yang telah memperoleh kemerdekaan diperintahkan untuk melayani. Kita bisa melayani tetapi belum tentu lahir dari kasih. Mungkin saja pelayanan kita lahir karena motivasi-motivasi pribadi yang kita miliki. Mungkin saja pelayanan yang kita jalani saat ini karena terpaksa. Mungkin saja pelayanan yang kita jalani agar kita beroleh keuntungan. Tetapi barangsiapa memiliki kasih ilahi, secara otomatis pelayanan kita pasti lahir dari kasih kepada Tuhan dan kerinduan melayani sesama.

Perintah Tuhan ini nyata bahwa kita memiliki kesempatan, kemampuan dan keinginan untuk melakukan apa yang lahir dari kemerdekaan sejati yaitu “mengasihi.” Melayani dengan kasih bukanlah pilihan, tetapi merupakan satu perintah. Karena dengan sangat jelas dikatakan dalam ayat 14 bahwa “seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!’” Dengan kata lain, ketika kita dipanggil untuk merdeka kita dipanggil untuk melayani dengan kasih.

Tentu tidak mudah. Kita akan bergumul dengan kedagingan kita. Kita akan menghadapi tantangan dan kesulitan. Tetapi dengan bersandarkan pertolongan Tuhan, kita akan dimampukan untuk melayani dengan kasih. (EL)

Read more...

Berhati-hatilah!

Ayat Bacaan: Efesus 5:15-17
“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.” (Efesus 5:15)

Sebuah stiker menarik yang tertempel di kaca belakang mobil bertuliskan, “Life is fragile, handle with care” (Hidup itu rentan, jagalah dengan hati-hati). Tulisan ini merupakan plesetan dari kata-kata peringatan yang sering tercantum di sebelah luar kotak kemasan berisi barang pecah belah. Biasanya kata-kata itu ditulis dengan warna merah atau dengan tampilan yang mudah terlihat dengan maksud agar orang berhati-hati ketika membawa barang tersebut agar isinya tidak pecah.

Tulisan pada stiker tadi mengingatkan kita pada nasihat rasul Paulus bagi jemaat di Efesus, “perhatikanlah dengan saksama” (ay. 15). Apa artinya? Alkitab New International Version menuliskannya dengan kata “be very careful” (sangat berhati-hatilah). Hal ini menunjukkan pada kita untuk memberikan perhatian serius atau berkonsentrasi secara penuh dalam menjalani hidup dengan berlaku seperti orang arif. Bagaimana caranya?

Pertama, pergunakanlah setiap kesempatan yang ada dengan baik (ay. 16). Kesempatan yang dimaksud di sini adalah waktu, kesehatan, kekuatan, kelimpahan dan segala yang melekat dalam diri kita saat ini, pergunakanlah itu sebaik-baiknya untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan untuk memuliakan nama Tuhan. Alkitab memperingatkan bahwa “hari-hari ini adalah jahat”—ada suatu pengaruh jahat yang siap menerkam dan menyeret kita agar menjauh dari-Nya. Jadi, jika kita masih diberi kesempatan untuk menjalani hidup, pergunakanlah untuk mengerjakan hal-hal yang menyenangkan hati Allah.

Kedua, berusahalah untuk mengetahui kehendak Allah (ay. 17). Ada dua jenis kehendak Allah, umum dan khusus. Kehendak umum berlaku sama bagi semua manusia yaitu agar umat Tuhan memuliakan nama-Nya, sedang kehendak khusus berbeda-beda bagi setiap pribadi. Berusahalah mencari tahu apa yang Tuhan ingin lakukan secara khusus dalam peran dan status kita masing-masing dan jadilah mitra kerja-Nya bagi Kerajaan Sorga. (HT)

Hidup itu rentan, jagalah dengan hati-hati agar tidak jatuh dan hancur berkeping-keping.

Read more...

Dusta Demi Kebaikan

Ayat bacaan: Yosua 2:1-24
“Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya.” (Kolose 3:9)

Kisah Rahab yang berbohong untuk melindungi pengintai Israel dari kejaran raja Yerikho seringkali menjadi dasar pembenaran melakukan kebohongan untuk alasan kebaikan. Orang-orang menyebutnya sebagai bohong putih (white lies). Apalagi kitab Ibrani dan Yakobus memuji perbuatan Rahab (Ibr. 11:31, Yak. 2:25) dan menjadikannya sebagai teladan iman.

Dusta/bohong adalah suatu pernyataan tentang sesuatu yang bukan sebenarnya (palsu) dengan maksud untuk menipu. Allah secara tegas melarang hal ini dan menjadikannya bagian dari Sepuluh Perintah Allah (Kel. 20:16). Dusta merupakan hal yang dibenci Tuhan (Ams. 6:16-19) dan kekejian bagi-Nya (Ams. 12:22). Allah serius dengan hal ini bahkan Dia tak segan menghukum mati Ananias dan Safira karena dusta mereka (Kis 5:1-11).

Menyimak kasus Rahab, apakah ada situasi di mana berbohong itu diizinkan? Tidak ada. Rahab berbohong atas inisiatifnya sendiri, Allah tidak menganjurkan demikian. Andaikata Rahab tidak berbohong pun, Yosua dan pasukannya tetap terlindungi dan tetap akan merebut Yerikho. Kemenangan Yosua bukanlah karena peran Rahab, melainkan karena pimpinan Allah.

Kebohongan Rahab menunjukkan sisi lemah manusia yang memiliki natur dosa dan merupakan sifat dari manusia lama. Rahab adalah penyembah berhala, perempuan sundal bermoral rendah sehingga berbohong bukan hal besar baginya. Rahab diselamatkan karena imannya yang percaya sekalipun hanya mendengar tentang perbuatan Allah yang dahsyat bagi bangsa Israel. Iman itulah yang mendorongnya untuk membantu orang Israel. Rahab berbohong untuk menyelamatkan dirinya dan keluarganya karena rasa takut dan gentar pada Allah Israel. Tapi hal ini bukanlah suatu bentuk toleransi terhadap dusta. Dalam konteks masa kini, apa yang harus dilakukan jika menjumpai situasi seperti Rahab? Mintalah hikmat Tuhan untuk melakukan hal yang benar tanpa berdosa pada-Nya. (HT)

Apapun bentuk dan alasannya, dusta tetaplah dusta.

Read more...

Kasih, Suatu Pilihan dan Komitmen

Ayat bacaan: Ulangan 30:11-20
“Karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya.” (Ulangan 30:11-20)

Cinta itu buta—adalah sebuah ungkapan yang diterima bahkan dipercaya oleh banyak orang pada masa kini. Dengan alasan tersebut, banyak hal yang kemudian dimaklumkan atau dibenarkan terjadi, jika seseorang sedang dimabuk cinta. Ada banyak mitos tentang cinta di tengah kehidupan manusia, seolah-olah cinta adalah sesuatu yang terjadi begitu saja dalam diri kita. Ketika seseorang sedang jatuh cinta, kita tidak mengerti mengapa tiba-tiba menjadi salah tingkah dan jantung berdebar kencang, ketika bertemu dengan orang yang membuatnya jatuh cinta. Ada sesuatu hal terjadi yang mempengaruhi metabolisme tubuh orang tersebut sehingga tingkah lakunya berbeda dari biasanya. Maka dari itu, seringkali orang berucap, “Ya harap maklum saja, ‘kan lagi jatuh cinta.”

Ketika menggunakan istilah “jatuh cinta”, sebenarnya kata yang lebih tepat adalah rasa “tertarik.” Ketertarikan tentu nantinya akan memimpin kepada kasih, tetapi, ketertarikan itu bukanlah kasih. Makanya tidak heran, ada pasangan yang berpisah atau bercerai karena unsur ketertarikannya kepada pasangannya sudah hilang seiring dengan berjalannya waktu. Tapi, berbeda dengan orang yang mengasihi, ia tetap akan mengasihi karena mengasihi adalah suatu pilihan yang dibuat dengan penuh kesadaran dan komitmen sebagai dasarnya.

Pada bacaan hari ini, kita menemukan suatu tantangan yang diajukan oleh Musa kepada bangsa Israel. Musa memerintahkan agar bangsa Israel memilih, mau mengasihi dan mendengarkan suara Allah, atau tidak. Tuhan tidak memaksa umat-Nya untuk mengasihi-Nya, itu sepenuhnya diserahkan kepada manusia untuk menentukan pilihannya. Walaupun kita memilih untuk tidak mengasihi Allah, dan hidup kita mengalami kehancuran, Allah tetap takkan pernah memaksa kita untuk mengasihi-Nya. Seperti halnya bangsa Israel, tantangan yang sama sedang diajukan kepada kita, maukah kita mengasihi Tuhan, Allah kita, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya? (EL)

Mengasihi adalah sebuah pilihan dan sebuah komitmen. Oleh karena itu, setiap kita diperhadapkan pada pilihan, apakah kita mau mengasihi atau tidak mau.

Read more...

Melakukan Sebelum Mengajarkan

Ayat bacaan: Matius 5:17-48
“...tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 5:19b)

Sebuah pepatah mengatakan, “Lakukan apa yang kukatakan, tetapi jangan lakukan apa yang aku lakukan.” Namun, kekristenan tidaklah demikian. Sangat menarik bila memperhatikan Matius 5:19b, “tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan.” Jika melihat secara seksama, kita akan menemukan bahwa sebelum kata “mengajarkan,” ada kata yang mendahuluinya, yaitu “MELAKUKAN.”

Setiap dari kita yang mendengarkan kebenaran firman Tuhan dituntut untuk melakukan sebelum mengajarkan. Demikian pula di dalam Kitab Ezra 7:10, mencatat pemikiran yang serupa, sebab dikatakan, “Sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat TUHAN dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang Israel.” Perhatikan urutannya, kita melihat tekad Ezra untuk meneliti, dan ketika mengetahui kebenaran firman Tuhan, ia lebih dulu melakukan, dan mempraktikkannya dalam keseharian hidupnya. Kemudian, barulah ia mengajarkannya kepada bangsa Israel.

Bukankah seharusnya setiap orang Kristen juga harus mencerminkan perilaku yang sama seperti Kristus? Sama seperti yang tertulis di Matius 5:16b, “supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Apa tujuan kita melakukan semua ini? Bukan untuk dipuji, bukan juga untuk diagungkan, tetapi untuk satu tujuan, agar Tuhan dimuliakan dalam segala segi kehidupan kita.

Dalam perikop ini, kita melihat bahwa kita dituntut melakukan hal-hal yang tidak lazim, hal-hal yang menurut ukuran dan pemikiran kita sulit untuk dilakukan. Tetapi, bukankah hal itu yang membedakan kita dari orang lain, dari mereka yang belum mengenal Kristus, Sang Penebus? Dengan kuasa dan pertolongan Roh Kudus, kita pasti dapat melakukan kebenaran firman Tuhan. Karena itu, penting bagi kita semua untuk meminta tuntunan dan penyertaan Roh Kudus setiap hari, agar kita tidak sekadar mendengar firman Tuhan atau membaca Alkitab tapi berlalu begitu saja; tetapi lebih penting lagi, kita bertekad untuk melakukannya. Lakukanlah firman Tuhan terlebih dahulu dan ajarkanlah kemudian. (EL)

Melakukan firman Tuhan adalah jauh lebih indah daripada menjadi pengajar, yang hanya memberitakan dan kemudian melupakannya.

Read more...

Datanglah Kepada Yesus

Ayat bacaan: Lukas 5:12-16
“Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: ‘Aku mau, jadilah engkau tahir.’ Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.” (Lukas 5:13)

Dr. Paul Brand dalam bukunya, The Gift of Pain, berkata, “Jika ada hadiah yang dapat saya berikan pada orang kusta, maka itu adalah rasa sakit.” Mengapa demikian? Sebagai seorang dokter misionaris yang melayani para penderita kusta di India selama 18 tahun, beliau sangat paham dengan masalah yang dihadapi pasiennya. Menurut Dr. Brand, hilangnya bagian tubuh dari penderita kusta, sebagian besar disebabkan karena ketidakmampuan mereka merasakan sakit (karena syaraf tidak berfungsi). Akibatnya, ketika bagian tubuh yang sakit itu terkena panas api, terlindas sesuatu atau digigit tikus ketika sedang tidur, para penderita kusta ini tidak merasakan apa-apa. Sungguh suatu penyakit yang mengerikan.

Penulis Injil Lukas yang merupakan seorang dokter, mendeskripsikan kepada kita tentang seorang penuh kusta yang bertemu Yesus. Dari uraian Dr. Paul Brand di atas, kita mengerti bahwa sebenarnya orang ini memiliki penyakit yang sulit, bahkan mustahil untuk disembuhkan. Ketika melihat Yesus, ia tersungkur dan memohon kepada-Nya. Orang kusta ini tahu pasti kepada siapa ia harus minta tolong. Ia datang kepada Yesus, ia meminta pertolongan-Nya dengan sikap yang penuh kerendahan hati, dengan sujud tersungkur kepada Yesus. Ia tahu, hanya Yesus lah yang bisa menyembuhkannya. Karenanya, ia berkata kepada Yesus, “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku” (ay. 12). Jadi, semuanya terserah kepada Yesus, apakah orang kusta ini akan tahir atau tidak. Dia tahu Yesus mempunyai kuasa untuk menyembuhkan dirinya. Dia tahu, hanya Yesus yang sanggup melakukannya. Tapi sekali lagi, Yesus juga memiliki kuasa dan Ia berhak untuk mengatakan tidak.

Belajar dari peristiwa ini, pada saat kita menghadapi persoalan atau pergumulan yang seolah-olah tidak ada jalan keluar, marilah kita datang dengan kerendahan hati, memohon agar Yesus menolong kita. Tanggalkan segala kepandaian, kemampuan dan kesombongan kita, dan berkatalah, “Tuhan, jika Tuhan mau, Tuhan dapat menolong aku.” (EL)

Jika engkau tahu bahwa Tuhan dapat menolong persoalanmu, namun engkau tidak mempercayai apa yang Tuhan kerjakan bagimu, bagaimana engkau dapat berkata, engkau mempercayai-Nya?

Read more...

recent comments


Cari di ezramos.blogspot.com...

recommended links

     » Christian Men's Network Indonesia
     » Wanita Bijak
     » Christian Parent
     » All About Parenting
     » Focus On The Family
     » Children’s Ministry Online
     » Jesus for Children
     » Salvation Kids
     » Kid Explorers
     » CBH (Children's Bible Hours)
» Blog ini didedikasikan untuk kedua anak yang kami kasihi, Ezra dan Amos serta kepada seluruh orangtua Kristen yang memiliki anak-anak agar mereka tetap memegang teguh komitmen dan tanggung jawab atas kehidupan anak-anak yang telah Tuhan percayakan kepada mereka. God bless you!

"Hai anakku, jika hatimu bijak, hatiku juga bersukacita." (Ams. 23:15)

meet the parents

Add me Add me

  © 2008 Blogger template by Ourblogtemplates.com

Back to TOP