Dusta Demi Kebaikan
Ayat bacaan: Yosua 2:1-24
“Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya.” (Kolose 3:9)
Kisah Rahab yang berbohong untuk melindungi pengintai Israel dari kejaran raja Yerikho seringkali menjadi dasar pembenaran melakukan kebohongan untuk alasan kebaikan. Orang-orang menyebutnya sebagai bohong putih (white lies). Apalagi kitab Ibrani dan Yakobus memuji perbuatan Rahab (Ibr. 11:31, Yak. 2:25) dan menjadikannya sebagai teladan iman.
Dusta/bohong adalah suatu pernyataan tentang sesuatu yang bukan sebenarnya (palsu) dengan maksud untuk menipu. Allah secara tegas melarang hal ini dan menjadikannya bagian dari Sepuluh Perintah Allah (Kel. 20:16). Dusta merupakan hal yang dibenci Tuhan (Ams. 6:16-19) dan kekejian bagi-Nya (Ams. 12:22). Allah serius dengan hal ini bahkan Dia tak segan menghukum mati Ananias dan Safira karena dusta mereka (Kis 5:1-11).
Menyimak kasus Rahab, apakah ada situasi di mana berbohong itu diizinkan? Tidak ada. Rahab berbohong atas inisiatifnya sendiri, Allah tidak menganjurkan demikian. Andaikata Rahab tidak berbohong pun, Yosua dan pasukannya tetap terlindungi dan tetap akan merebut Yerikho. Kemenangan Yosua bukanlah karena peran Rahab, melainkan karena pimpinan Allah.
Kebohongan Rahab menunjukkan sisi lemah manusia yang memiliki natur dosa dan merupakan sifat dari manusia lama. Rahab adalah penyembah berhala, perempuan sundal bermoral rendah sehingga berbohong bukan hal besar baginya. Rahab diselamatkan karena imannya yang percaya sekalipun hanya mendengar tentang perbuatan Allah yang dahsyat bagi bangsa Israel. Iman itulah yang mendorongnya untuk membantu orang Israel. Rahab berbohong untuk menyelamatkan dirinya dan keluarganya karena rasa takut dan gentar pada Allah Israel. Tapi hal ini bukanlah suatu bentuk toleransi terhadap dusta. Dalam konteks masa kini, apa yang harus dilakukan jika menjumpai situasi seperti Rahab? Mintalah hikmat Tuhan untuk melakukan hal yang benar tanpa berdosa pada-Nya. (HT)
Apapun bentuk dan alasannya, dusta tetaplah dusta.
0 komentar:
Post a Comment