Showing posts with label peran ibu. Show all posts
Showing posts with label peran ibu. Show all posts

Melihat dan Belajar

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya. —Amsal 22:6a

Saat seorang wasit berdiri di belakang plate pada suatu pertandingan softball putri, ia mendengar ibu dari seorang pemain mulai berteriak: “Ganti wasitnya! Ganti wasitnya!” Dengan segera, orangtua lain mengikuti teriakan itu.

Wasit itu tersenyum, lalu berbalik ke arah kerumunan penonton dan membalas teriakan mereka, “Ganti orangtuanya! Ganti orangtuanya!” Kecaman para orangtua itu pun langsung berhenti.

Betapa penting orangtua memberikan contoh yang baik, karena anak-anaknya memperhatikan mereka. Orangtua Kristen dapat mendorong kebiasaan dan perilaku yang baik dengan melakukan hal-hal berikut ini:

Berdoa untuk dan dengan mereka—supaya mereka belajar bagaimana berbicara kepada Allah. “Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur (Kolose 4:2).

Membaca dan mengajarkan Alkitab kepada mereka—sehingga mereka belajar tentang kebenaran Allah. “Haruslah engkau mengajarkannya [semua perintah Allah] berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apa bila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ulangan 6:7).

Menceritakan tentang Yesus kepada mereka—dan memimpin mereka untuk beriman kepada-Nya. “Sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yoh. 3:3).

Cara terbaik untuk memberikan contoh yang baik bagi anak-anak kita adalah dengan hidup sesuai iman kita di hadapan mereka. Ketika mereka memperhatikan kita—mereka belajar tentang nilai hidup utama yang kita pegang.

Perhatikanlah dirimu dan pikirkan anakmu—
Waktumu dan pikiranmu adalah haknya;
Bagaimana kau menjawab Tuhan ketika Dia bertanya,
“Orangtua seperti apakah dirimu?”—NN.


Anak-anak mungkin tak mewarisi bakat orangtuanya, tetapi akan menyerap nilai hidup mereka.

(disadur dari Renungan Our Daily Bread 30 Januari 2011)

Read more...

Komunikasi Tepat supaya Anak Bersikap Baik

Jika Anda ingin si kecil bersikap dengan baik, perhatikan cara Anda mengomunikasikan keinginan Anda itu. Menurut pengarang How to Behave So Your Preschooler Will, Too!, Sal Severe PhD, komunikasi adalah faktor terpenting agar si kecil bisa belajar bersikap dengan baik. Cara Anda mengomunikasikan ekspektasi dan keinginan akan membuat banyak perbedaan.


Bayangkan diri Anda ada di posisi si kecil. Jika ia mendengar suara orangtuanya mengatakan sesuatu dengan nada melengking atau tidak menyenangkan, apakah pesan yang disampaikan bisa dimengerti? Tentu sulit untuk dicerna. Tetapi kadang, dengan nada lembut pun si kecil seakan tidak mau mengerti. Bagaimana cara berkomunikasi yang efektif dengan anak? Dr Severe menyarankan beberapa langkah, antara lain:

Nada positif
Katakan pada si kecil apa yang Anda ingin ia lakukan ketimbang apa yang Anda tak ingin ia lakukan. Misal, "Tolong keringkan air mata kamu," ketimbang, "Jangan cengeng!" atau "Berhenti nangis!" Contoh lainnya, ketimbang mengatakan, "Berhenti mengeluh", katakan, "Mintanya dengan nada sopan, dong." Saat anak Anda mengikuti instruksi Anda, berikan pujian. Ingat untuk memuji sikapnya, bukan anak secara keseluruhan. Jika Anda mengatakan, "Kamu anak yang baik saat kamu main manis sama adik kamu," pesan yang ditangkap anak adalah ia bukan anak baik kalau tidak main manis dengan adiknya. Alih-alih, katakan, "Mama bangga dengan cara kamu berbagi sama adik kamu. Pilihan kamu bagus, Nak."

Rencanakan sikap bagus
Anak-anak perlu tahu ekspektasi yang Anda harapkan darinya sejak dini. Biarkan ia tahu ke mana Anda dan ia akan pergi, apa aturannya, dan apa yang akan terjadi jika ia bersikap baik atau nakal. Jika ia tahu keadaan apa yang akan ia hadapi, ia akan jauh lebih baik dalam mengikuti instruksi Anda.

Jangan lupa untuk membawa tas aktivitas untuk si kecil jika Anda berencana pergi jauh, ke restoran, atau tempat lainnya yang membutuhkan si kecil untuk banyak duduk. Jika Anda membawa mainan atau hal lain yang membuat si kecil sibuk, Anda akan menghindari banyak problem potensial. Menurut dr Severe, barang-barang yang dibawa akan lebih efektif jika barangnya masih baru untuk anak. Jika Anda sempat, berbelanjalah mainan atau buku anak dalam jumlah banyak, dan simpan. Keluarkan satu per satu jika Anda ingin si kecil tenang.

Pesan positif
Anak-anak percaya apa pun yang dikatakan oleh orangtua mereka. Jika Anda mengatakan bahwa si kecil susah belajar mendengarkan, ia akan berlaku seperti itu. Jika Anda katakan bahwa Anda yakin ia bisa belajar mendengarkan dan patuh sama apa kata mama, ia akan berusaha membuktikan Anda benar. Tanamkan ide dalam dirinya bahwa ia bisa melakukan apa yang Anda minta. Mereka akan belajar untuk memenuhi permintaan Anda.

Berikan pujian atas hal-hal bagus yang ia lakukan. Semakin banyak Anda mendorong ia melakukan sikap yang baik, makin ia ingin membuat Anda bangga. Kebanyakan anak ingin melakukan hal-hal yang benar setiap saat. Fokuskan pada hal-hal yang positif dan Anda akan melihat tingkah positif itu lebih sering.

Contohkan
Setiap orangtua pasti ingin anaknya patuh sejak pertama diminta. Tetapi banyak pula orangtua yang mengatakan "Nanti dulu," atau, "Sebentar" atau mendengar si anak bicara tetapi tidak seksama? Jika Anda ingin si kecil menjadi pendengar yang baik, maka contohkan bagaimana menjadi pendengar yang baik. Anda harus mencontohkan hal-hal semacam ini. Sebisa mungkin, setiap kali anak Anda mengajak bicara, berhenti melakukan apa yang sedang Anda lakukan, buat kontak mata dengan si kecil, dan dengarkan sungguh-sungguh apa yang ia katakan. Tak hanya ia akan berlaku sama kepada Anda, hal ini juga akan membangun kepercayaan dirinya, dan membuatnya merasa dihargai.

Putar kembali
Akan membantu untuk Anda belajar mengerti jika Anda memintanya mengatakan kembali apa yang Anda ingin ia lakukan. Contoh, "Kita mau main ke tempat Tante Rina, di sana kamu boleh main di taman belakangnya sama Bella. Tapi, kita cuma setengah jam saja di sana. Kalau Mama panggil kamu untuk pulang, kamu datangi mama, dan kita siap-siap pulang ya? Nah, coba kamu ulangi apa yang mama bilang tadi." Ia akan mencoba mengulang instruksi Anda. Ini akan memastikan si kecil mengerti apa yang diharapkan dari dia.

Harapan yang realistis
Ingat, anak Anda adalah anak-anak. Anak balita atau usia prasekolah butuh banyak waktu Anda untuk diperhatikan. Ingat juga bahwa perubahan akan memakan waktu. Tetap positif dan konsisten dan Anda akan melihat perubahan pada sikap anak.

Belajar untuk berkomunikasi secara efektif dengan si kecil adalah hal krusial untuk meminta si anak melakukan apa yang Anda inginkan. Dengan kesabaran dan praktik, komunikasi Anda akan membaik, begitu pun sikap si anak. (Kompas)

Read more...

13 Tips Jauhkan Anak dari Pornografi

Kasus video porno artis sempat mengguncangkan masyarakat. Tak hanya orang dewasa, anak-anak kecil pun kerap mendengar mengenai masalah itu, antara lain lewat tayangan media, teman-teman, atau orang sekitar. Tak heran jika para orangtua merasa khawatir anaknya terekspos materi pornografi yang sudah sangat bebas. Di bawah ini adalah beberapa poin yang bisa Anda terapkan supaya anak terhindar dari pornografi:

1. Tunjukkan wewenang Anda sebagai orangtua.
Lakukan hal ini secara bijaksana dan lembut. Tunjukkan bahwa Anda tetap orangtuanya walau hubungan Anda dengannya terjalin seperti sahabat.

Sebagai orangtua, Andalah yang berhak mengambil keputusan akhir tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan keamanan anak. Anda berhak mengetahui siapa saja temannya, di mana ia berada, dan apa yang sedang ia lakukan.

2. Berikan contoh yang baik.
Orangtua adalah yang pertama kali akan dicontoh anak di rumah. Jika ingin anak berperilaku baik, Anda juga harus melakukan hal yang sama. Jangan malah ikut-ikutan mengunduh video porno.

3. Pasang pengaman di komputer atau televisi.
Saat ini tersedia banyak software yang bisa digunakan untuk mencegah dibukanya situs-situs porno di internet atau saluran-saluran khusus dewasa di televisi. Pasanglah software itu di rumah sebagai pengamanan.

4. Kontrol "password" internet.
Jangan berlakukan sistem otomatis pada sambungan internet di rumah, melainkan terapkan sistem manual. Saat anak masih kecil, yang boleh mengetahui password ini hanya Anda dan suami. Ganti password secara teratur supaya keamanannya terjaga.

5. Letakkan komputer atau televisi di ruang publik.
Maksudnya, ruangan yang dipakai bersama-sama anggota keluarga lain, misalnya ruang keluarga. Dengan demikian, Anda bisa mengawasi apa saja yang sedang ditonton atau diakses anak.

Hindari memberikan komputer atau televisi pribadi sepanjang anak belum membutuhkannya. Namun, jika ia memilikinya, Anda harus mengetahui password komputer atau akun jaringan sosialnya supaya tetap bisa melakukan pengawasan terhadap anak.

6. Buat aturan soal internet.
Selain menentukan waktu pemakaian internet, tentukan juga apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menggunakan internet. Poin-poin berikut ini, dari www.protectyourkids.info, bisa Anda terapkan padanya:
* Jangan pernah memberikan informasi pribadi di forum umum.
* Jangan membalas e-mail, obrolan, atau diskusi yang membuatnya merasa tidak nyaman.
* Jangan memberikan informasi atau foto kepada orang tak dikenal.
* Jangan memberikan password kepada orang lain, kecuali orangtua.
* Jangan klik link apa pun dari orang tak dikenal.
* Jangan langsung memercayai orang yang baru saja dikenal. Mereka bisa saja berbohong. Jadi,
ia mesti selalu berhati-hati.
* Jangan mau diajak bertemu secara langsung oleh orang yang dikenal lewat internet.
* Jangan membeli barang apa pun atau memberikan informasi tentang kartu kredit tanpa seizin
orangtua.
* Selalu beri tahu orangtua jika ada seseorang atau suatu hal di internet yang membuatnya tidak
nyaman.
* Selalu ikuti aturan penggunaan internet dari orangtua.

7. Jangan berikan ponsel canggih.
Kalau anak memang membutuhkan ponsel, berikan ponsel yang paling sederhana, tanpa kamera, video, ataupun internet. Ponsel seperti itulah yang ia butuhkan saat ini. Katakan padanya bahwa fungsi utama ponsel adalah untuk berkomunikasi. Jika memerlukan internet, ia bisa gunakan komputer di rumah.

8. Dampingi saat menonton televisi atau menggunakan internet, terutama untuk yang masih kecil.
Sebaiknya Anda yang memegang remote control-nya. Setiap kali muncul adegan yang kurang pantas, segera ganti salurannya dan tunjukkan ketidaksukaan Anda. Tujuannya agar anak menjadi terbiasa dan tahu bahwa yang seperti itu memang tidak pantas. Ia pun tak akan tertarik pada hal-hal semacam itu meskipun sedang tidak berada dalam pengawasan Anda. Lakukan tindakan yang sama pada media lain. Ketika ia sudah lebih besar, Anda bisa berdiskusi soal seks dan memberikan penjelasan lebih mendalam.

9. Sediakan waktu untuk keluarga.
Banyak orang mengakses pornografi karena merasa bosan dan tidak memiliki kegiatan lain. Inilah sebabnya keluarga sebaiknya menghabiskan waktu bersama-sama, setidaknya sekali seminggu. Ajak anak ke taman, makan di luar, atau yang lainnya, supaya ia terhibur. Diskusikanlah dengannya supaya ia terhibur. Diskusikanlah dengannya mengenai kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi rasa bosan. Dengan demikian, ia tidak berpaling ke televisi atau internet untuk mencari hiburan.

10. Sertakan mereka dalam kegiatan bermanfaat.
Daftarkan anak dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Pilihan lain adalah bekerja sama dengan para orangtua di sekolah atau lingkungan rumah. Anda bisa menyediakan aktivitas kecil-kecilan untuk mereka, misalnya, mendirikan klub membaca atau melukis.

11. Periksa teman anak.
Bukan tidak mungkin anak mendapatkan materi pornografi dari temannya. Jadi, tidak ada salahnya jika Anda cermat memilih dengan siapa ia bisa bergaul. Kalau tahu bahwa teman anak suka dengan hal-hal berbau pornografi, bicaralah dengan orangtua teman anak tersebut.

Sebagai sesama orangtua, katakan bahwa Anda menginginkan yang terbaik untuk masa depan kedua anak. Apabila cara ini tidak berhasil, jauhkan anak dari sang teman.

12. Libatkan diri dalam kegiatan akademis anak.
Cari tahu apa saja yang diajarkan dan yang sedang terjadi di sekolah. Anda bisa berbicara dengan wali kelasnya. Utarakan keprihatinan Anda tentang isu pornografi. Bekerja samalah dengannya beserta orangtua lain untuk mencegah murid-murid terekspos pada hal itu di sekolah. Contohnya, dengan memasang sistem pengaman pada komputer-komputer di sekolah.

13. Beri penjelasan secara baik-baik dan dengan tenang.
Jika anak ketahuan sedang melihat materi pornografi, jangan langsung marah. Tanyakan baik-baik alasannya. Berilah penjelasan mengapa hal itu tidak pantas untuknya.

(Majalah Sekar/Tassia Sipahutar)

Read more...

Pornografi Merusak Otak Anak

Pornografi menjadi keprihatinan para orangtua. Betapa tidak? Kecanggihan teknologi seperti internet, bahkan telepon seluler berperangkat multimedia, membuat pornografi dengan mudah berada dalam genggaman tangan dan masuk ruang pribadi anak. Keprihatinan tersebut tidak berlebihan mengingat pornografi menimbulkan kerusakan.

Sejauh mana pornografi mengganggu otak anak? Kepala Subbidang Pemeliharaan dan Peningkatan Kemampuan Intelegensia Anak Kementerian Kesehatan yang juga meneliti tentang itu, Gunawan Bambang, mencatat, ada dua sistem dalam otak manusia, yakni responder (pada sistem limbik) dan director (bagian otak depan atau prefrontal cortex/PFC).

Sistem direktori (director) terkait dengan kemampuan berpikir rasional. PFC, antara lain, bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan, menentukan prioritas, menimbang risiko, kemampuan penilaian, dan analisis. Namun, PFC belum sepenuhnya berkembang pada masa remaja. Bagian itu baru sepenuhnya berkembang saat seseorang mencapai usia 24-25 tahun.

Sementara sistem limbik yang berada di perbatasan dengan struktur di sekeliling regio basal serebrum bertanggung jawab, antara lain, mengatur perilaku, hasrat, emosi, memori, motivasi, dan homeostasis.

Sistem responder antara lain mengajak seseorang untuk senang, memuaskan diri, dan merasakan kenikmatan. ”Bagi anak, stimulasi sangat mudah karena anak dominan belajar dengan melihat ketimbang rangsang berpikir. Itu pula yang membuat anak sulit membedakan antara fakta dan fantasi serta tindakan yang boleh dan tidak boleh,” ujar Gunawan, akhir pekan lalu.

Saat seorang anak menyaksikan materi pornografi, sistem responder lebih banyak berperan dan jauh lebih besar peluang berkembangnya. Hal itu karena pornografi lebih ke arah kesenangan, sedangkan otak depan masih kurang berkembang. Dalam pembuatan keputusan pada otak anak terkait pornografi bisa diibaratkan pertarungan antara sistem responder dan direktori yang belum komplet berkembang.

Dalam sebuah seminar internasional dan pelatihan bertajuk ”Penanggulangan Adiksi Pornografi; Meningkatkan Kesadaran Masyarakat untuk Memelihara Kesehatan Otak dari Bahaya Pornografi”, pakar adiksi pornografi dari Amerika, Mark Kastleman, mengungkapkan, stimulasi oleh pornografi merangsang pelepasan hormon dopamin dan endorfin. Jumlah reseptor di dalam otak juga terus bertambah yang dapat menggiring seseorang menjadi kecanduan.

Kedua bahan kimia otak itu menimbulkan perasaan senang dan lebih baik melalui repetisi dan stimulasi neurotransmiter. Jika paparan pornografi diteruskan, otak akan membutuhkan dopamin semakin besar guna mempertahankan kadar rasa senang yang sama. ”Sama saja dengan adiksi lain, seperti alkohol dan heroin. Mereka menjadi mengidamkan kembali perasaan itu. Keadaan normal (tanpa pornografi) membuat mereka ’sakau’ dan depresi. Biasanya mereka merasa malu dan bersalah sehingga ingin berhenti tetapi tidak bisa,” ujarnya.

Dopamin dan endorfin akan sangat bermanfaat untuk membuat orang sehat dan menjalankan hidup dengan lebih baik saat normal. Namun, terkait pornografi, otak mengalami rangsangan berlebihan. Otak tak bekerja dengan normal dan tidak dapat merespons lagi, akibatnya otak mengecil. Pada anak dan remaja yang bagian otak logikanya belum berkembang, pornografi akan sangat berpengaruh dan rentan menyebabkan adiksi (kecanduan) serta merusak tumbuh kembang otak anak.

Tanda tanda

Dalam sebuah seminar yang sama, Randall F Hyde PhD dari Department of Clinical Psychology, Brigham Young University, Amerika, mengatakan, terdapat perubahan-perubahan pada anak yang mengalami masalah dengan pornografi. Tanda-tanda adanya pornografi dalam kehidupan anak antara lain anak menjadi depresi, mudah tersinggung, menarik diri, dalam berbahasa menjadi lebih mengarah pada seks, dan mengisolasi diri.

Randall mengatakan, dapat dikatakan seseorang kecanduan jika seks atau pornografi menjadi faktor menentukan untuk membentuk hidup seseorang. Adiksi terjadi jika kebutuhan itu harus dipenuhi secara reguler dan pengurangan tak lagi dapat ditoleransi. Orang adiksi tak dapat merasakan kesenangan normal dan harus mendapatkan ”candu”-nya agar dapat senang kembali. ”Saat itu, seseorang ingin berhenti, tetapi tidak bisa,” ujarnya.

Namun, menurut Randall, kecanduan pornografi dan keseimbangan fungsi otak dapat dipulihkan melalui berbagai terapi dan biasanya tidak dibutuhkan obat-obatan. ”Berbeda dengan kecanduan narkotika yang bersifat toksik sehingga racun harus dikeluarkan dari tubuh,” ujarnya.

Mark berpendapat senada, pada dasarnya otak dapat dibentuk dan berubah (neuro-plastic). Orang yang sudah kecanduan pornografi biasanya merasa cuma ada dua pilihan, yakni melawan keinginan itu atau menyerah pada pornografi. Kedua cara itu tidak efektif dan membuat mereka justru semakin terjebak.

Adiksi merupakan gejala permukaan. Harus dipelajari pemicu yang berasal dari lingkungan dan emosi. Setelah pemicu tersebut diketahui dan dapat dikontrol, orang itu dapat mulai menggali permasalahan yang lebih dalam, seperti citra diri, perawatan diri, masalah relasi, dan memotivasi kerja sistem responder otak antara lain dengan mencari aktivitas pengganti lebih baik guna mengalihkan diri dari godaan.

Guna menangkal pornografi, pendidikan dan pola asuh juga sangat berpengaruh untuk melatih sistem direktori anak agar memahami kesehatan seksual, batasan-batasan, akuntabilitas, dan keamanan. Di sisi lain, kebutuhan sistem responder juga perlu dipenuhi agar anak tidak mendapatkannya dari tempat lain, termasuk pornografi.

Kebutuhan ini dapat dipenuhi, antara lain, dengan koneksi dan relasi yang baik antara individu dan orang lain sekitarnya. Perlu juga disediakan outlet kesenangan yang positif, pengalaman yang kaya, dan yang menyenangkan bagi anak.
Kompas-Indira Permanasari)

Read more...

Ajarkan Anak Etika Ber-SMS

Sekarang banyak anak-anak menggunakan telepon selular. Alat komunikasi tersebut dapat pula berfungsi untuk alat bersosialisasi bagi anak Anda.

Namun, anak-anak perlu diajari bertanggungjawab menggunakan benda pintar itu. Berikut lima etika ber-SMS yang perlu diajarkan kepada buah hati Anda.

1. Penggunaan ponsel jangan sampai menggantikan percakapan
seringkali anak Anda menggunakan ponsel untuk berkirim pesan pendek, baik kepada teman sekolah, kakak, adik, atau mungkin kepada Anda. Jangan sampai keasyikan ber-SMS mereka menggantikan waktu interaksi mereka dengan sekitarnya.

2. Hindari SMS sambil bicara
Berbicara sembari menegetik sms sama kasarnya dengan menjawab kasar lawan bicara melalui telepon. Coba tanyakan kepada putra-putri anda, bagaimana rasanya jika seseorang memotong pembicaraan mereka. Atau, ketika mereka bicara dan yang diajak bicara justru asyik ber- SMS.

3. Jangan membalas sms ketika sedang kesal
Anak Anda perlu memahami, ketika mengirim sms itu artinya mereka tak dapat menarik kembali pesan yang dikirim. Mintalah mereka untuk bersikap tenang sebelum membalas SMS. salah-salah kalimat yang dikirim anak Anda mengandung kata-kata kasar. Minta dia tenang sebelum datang komentar sinis.

4. Jangan meminta maaf lewat sms
Jangan biasakan buah hati untuk meminta maaf kepada orang lain lewat SMS. Biasakan mereka meminta maaf dengan bertemu dan bertatap muka langsung. Beri pengertian padanya, meminta maaf lewat SMS bukan hanya tak baik, namun ada kesan kurang tulus apabila permintaan maaf itu dikirim lewas SMS. Ini juga bisa membantu pembentukan karakter anak Anda dan membangun rasa percaya diri.

5. Ada waktu dan tempat untuk ber-SMS
Tak seharusnya mengirim SMS ketika belajar dalam kelas, di tempat ibadah, saat makan malam, atau di bisokop. Ajari pula anak untuk tidak mengirim SMS saat mengemudi atau berkendara. (VIVAnews)

Read more...

Menjaga Anak Aman dari Bahaya Internet

Internet telah banyak menunjukkan potensi bahaya pada anak-anak. Akun pemangsa anak, penjualan online obat-obat berbahaya, dan berbagai macam muatan seksual adalah masalah yang sangat nyata di Internet. Banyak orangtua yang hati-hati dan membatasi apa yang anak-anak mereka lakukan dengan komputer, tetapi ada banyak yang tidak. Ada orangtua yang tidak peduli bahkan tidak menyadari potensi risiko buruknya.

Pada awal November Family Online Safety Institute mengadakan konferensi tahunan di Washington, DC. dengan topik: “Internet Freedom, Safety & Citizenship: A Call to Action” (Kebebasan Internet, Keamanan & Kewarganegaraan: Sebuah Panggilan Untuk Melakukan Tindakan). Konferensi ini berfokus terutama pada apa yang dilakukan anak-anak dengan teknologi komunikasi.

Konferensi tahun ini dihadiri hampir 500 peserta, termasuk pembicara dari beberapa perusahaan ternama, seperti Microsoft dan Yahoo. Selain dari mereka yang hadir dalam konferensi, lebih dari 500.000 orang membaca acara tersebut melalui Twitter seolah-olah konferensi sedang berlangsung, menurut Marian Merritt dari blog Symantec.

Saat acara sedang berlangsung, 1485 orang mengirimkan hashtag Twitter tunggal, #fosi2010. (Hashtag atau # adalah keyword atau tag yang ada pada pesan twitter). Dari 1485 “tweet” di Twitter, sebuah perangkat digunakan untuk melihat berapa banyak orang membaca tweet. Penghitungan akhir berjumlah 575.394 orang. (Salah satu peserta, Denise Terry dari SafetyWeb.com menggunakan alat yang disebut “TweetReach” untuk menemukan jumlah ini)

Perangkat ini menampilkan beberapa pertanyaan serius. Jika lebih dari setengah juta orang dapat ditarik oleh sebuah ‘hashtag’ hanya dalam beberapa hari, maka berapa banyak orang yang benar-benar membaca informasi anak-anak kita? Berapa banyak orang sebenarnya sedang melakukan kontak dengan anak-anak kita? Dan apa yang kita ketahui tentang orang-orang ini? Hal ini sangat mungkin jika satu anak membuat posting topik yang sesuai, mereka juga dapat berhubungan dengan setengah juta orang lebih dalam satu atau dua hari.

Anak-anak kita sekarang terhubung lebih dari yang mungkin kita pikirkan. Dengan munculnya media sosial dan koneksi Internet yang semakin cepat, orang-orang kini sangat erat terhubung ke seluruh penjuru dunia. Percakapan digital sekarang terjadi secara real-time, dan tidak lagi terbatas pada komputer di rumah. Wi-Fi hotspot dan ponsel cerdas telah membawa teknologi ke manapun kita pergi.

Jadi, bagaimana kita melindungi anak-anak kita dari pengaruh hal-hal tertentu di Internet? Untungnya, ada banyak alat yang dirancang untuk mengatasi masalah ini.

Sebagian besar sistem operasi sekarang hadir dengan kontrol orangtua. Windows 7 sekarang hadir dengan berbagai macam peralatan untuk orang tua, baik bagi program dan bagi konten web. Membatasi program dapat membantu melindungi komputer dari malware atau virus yang menggunakan program lain untuk mendapatkan akses ke sistem komputer. Filter website bisa digunakan dalam banyak hal, seperti memblokir akses ke situs dewasa atau situs perjudian.

Mac OS X dan Ubuntu Linux, dua-duanya dibuat dengan alat pengatur untuk pengawasan orangtua.
Ada juga berbagai layanan yang dapat membantu melindungi pengguna internet dengan jenis perlindungan yang berbeda.

OpenDNS memiliki alat ampuh yang disebut “Family Shield”. Tool/alat ini tidak perlu diinstal, dan bisa digunakan tak peduli apakah Anda menggunakan Windows, Mac, atau Linux. Ia memblok komputer dari situs-situs yang tidak diinginkan, seperti situs dewasa, situs phising, atau website yang dikenal untuk menyebarkan virus. Tool ini juga membuat sulit untuk menerobos perlindungan, seandainya pengguna dengan sengaja berusaha untuk masuk ke sebuah website yang telah diblokir.

Mereka menawarkan versi gratis, serta versi berbayar. Versi berbayar dilengkapi dengan filter lagi.
Ada banyak produk lainnya yang tersedia untuk membantu kita melindungi diri dari isi yang tidak diinginkan.

Selain dari solusi ini, banyak layanan online yang mulai menawarkan keamanan dan pilihan privasi. Kebanyakan mesin pencari utama memiliki filter konten, terutama ketika mencari gambar atau video.
Di sisi lain, seperti YouTube, bahkan tidak mengizinkan konten dewasa di situs mereka. Di YouTube, pengguna diperlukan untuk mendaftar dan login untuk memverifikasi usia mereka sebelum mendapatkan akses ke konten yang ditandai sebagai porno atau menye-rang kalangan tertentu.

Selain itu, orang bisa langsung memblokir situs-situs di perambah web yang mereka gunakan. Mozilla Firefox, Safari, dan Internet Explorer semua memiliki kemampuan untuk memblokir situs-situs yang tidak diinginkan.

Setiap alat yang digunakan untuk memblokir atau filter konten web merupakan langkah ke arah yang benar. Namun, ada satu cara yang sangat efektif untuk menjaga anak-anak tetap aman, yang tidak memerlukan teknologi: yaitu dengan berbicara dengan mereka dan mendidik mereka.

Ada banyak organisasi yang memberikan orang, sumber-sumber untuk melindungi diri mereka (para orangtua) dan anak-anak mereka saat menggunakan internet. The Family Online Safety Institute, misalnya, menawarkan sumber-sumber untuk membantu orang tua. Informasi ini dibuat dalam bentuk pendidikan. Informasi ini meliputi cara-cara untuk mendidik anak-anak Anda secara efektif dan bahan bacaan yang dapat diberikan orang tua kepada anak-anak untuk dibaca sendiri.

Banyak anak-anak sekarang yang tidak bisa lepas dari komputer. Hal ini dapat memberi mereka ‘bingkai’ alami saat menggunakan komputer, bila dibandingkan dengan orangtua yang tidak belajar menggunakan komputer sampai akhir hayatnya nanti.

Untungnya, ada banyak orang di luar sana mencari jalan ke luar bagi anak-anak. Organisasi seperti SafetyWeb dan the Family Online Safety Institute dapat membantu orangtua untuk memahami bahaya penggunaan internet dan mendapatkan alat untuk membantu menjaga keluarga mereka agar aman. (The Epoch Times)

Read more...

Televisi Memicu Anak Aktif secara Seksual

Studi yang dilakukan Children's Hospital Boston menemukan bahwa anak-anak yang sering menonton tayangan televisi atau film dewasa akan tumbuh aktif secara seksual di usia dini.

Studi dilakukan terhadap 754 anak yang dipantau secara berkala sejak usia enam, 12, hingga 18 tahun. Seluruhnya adalah anak-anak yang terpapar tayangan berformat dewasa. Dan, seluruhnya menyatakan tumbuh aktif secara seksual begitu memasuki usia puber.

"Televisi dan film adalah salah satu sumber utama informasi tentang hubungan seks untuk remaja. Penelitian kami menunjukkan bahwa sikap seksual mereka bisa timbul lebih awal," kata salah satu peneliti, Dr Hernan Delgado, seperti dikutip dari laman Modernmom.

Anak-anak usia 6-8 tahun yang terbiasa menonton tayangan dewasa memiliki risiko 33 persen lebih tinggi mengalami aktif seksual di usia dini dibandingkan mereka yang tak pernah melihat tayangan dewasa.

"Anak-anak tidak punya pengalaman hidup maupun perkembangan otak untuk bisa membedakan antara realitas mereka bergerak menuju fiksi yang berarti hanya untuk menghibur," David Bickham, staf ilmuwan di Pusat Media dan Kesehatan Anak, menambahkan.

"Anak-anak belajar dari media, dan ketika mereka menonton media dengan referensi seksual. Penelitian kami menunjukkan mereka lebih cenderung untuk terlibat dalam aktivitas seksual lebih awal dalam hidup." (VIVAnews)

Read more...

Bahaya Selalu Menuruti Kemauan Anak

Apakah Anda termasuk orang tua yang kerap mengikuti keinginan anak, alias orangtua penurut? Hati-hati, hal ini bisa menumbuhkan perilaku manja dan egois pada si kecil.

Memang, jika berada dalam situasi saat anak ngotot, seringkali orangtua terpaksa menuruti keinginan untuk menghindari konflik lebih besar. Terutama jika sedang ada di ruang publik. Anak sangat pintar, dan bisa 'memanipulasi' untuk mendapatkan keinginanannya. Sehingga, terkadang orangtua terjebak dalam situasi selalu menuruti keinginan anak.

Ingin mengubah kebiasaan ini? Cobalah lakukan 3 hal berikut untuk mendisplinkan anak, dan agar Anda tidak menjadi orangtua terlalu penurut:

1. Tenang dan tegas
Menghadapi anak-anak yang menangis atau marah, Anda harus tetap tenang. Anak-anak sangat fokus pada ekspresi wajah, nada suara dan bahasa tubuh Anda. Jika mereka marah atau khawatir, mereka hampir tidak mendengar kata-kata Anda. Jangan berteriak atau membentaknya, karena mereka berhenti untuk mendengarkan dan tidak merasa takut.

Jadi, Anda harus tenang dan tegas. Tatap matanya dan lihat dengan tajam, tunjukkan kalau Anda tidak menyukainya. Mintalah padanaya dengan baik, untuk berhenti melakukan hal yang tidak baik.

2. Konsisten
Jika Anda memiliki peraturan baik di rumah maupun di luar rumah, usahakan untuk selalu menerapkannya. Bila sewaktu-waktu Anda membiarkannya, anak-anak malah bingung dan beranggapan tidak masalah jika melanggar peraturan. Konsistensi sangat penting agar anak tidak membuat Anda menurutinya.

3. Konsekuensi
Pekerjaan orangtua adalah memuji anak saat mereka melakukan hal baik dan memberikan hukuman jika anak melanggar peraturan. Hal ini untuk menunjukkan pada anak setiap hal memiliki konsekuensi. Jangan segan untuk memberikan hadiah atau sekedar pujian, jika anak mendapat nilai bagus atau membantu mengerjakan pekerjaan rumah.

Lalu, jika dia melakukan kesalahan berikanlah hukuman yang sesuai dengan kesalahannya. Dengan begitu anak menghargai Anda sebagai orangtua dan menaruh hormat, bukan hanya sekedar rasa takut. (VIVAnews)

Read more...

Dampak Pubertas Dini pada Perilaku Anak

Waspadai perilaku anak laki-laki yang terlalu agresif. Bila anak memiliki kelakuan buruk, hal itu bisa mengubah tingkat stres yang berhubungan dengan masa pubertas yang datang terlalu dini atau justru terlambat.

Para ilmuwan yang dipimpin Profesor Elizabeth Susman, dari Pennsylvania State University, menemukan, anak laki-laki yang mengalami pubertas dini memiliki tingkat alpha amilase rendah dan kadar kortisol lebih tinggi. Akibatnya akan mempengaruhi perilaku mereka menjadi antisosial. Sedangkan pada anak perempuan tidak terdapat pengaruh serupa.

Para peneliti menguji perilaku 135 anak laki-laki dan perempuan usia 8 - 13 tahun dengan tanda-tanda antisosial. Di antaranya, tindakan agresif, suka melanggar aturan, sering membangkang, mencari perhatian dan gangguan perilaku. Tes juga meliputi sampel air liur untuk menentukan tahap pubertas anak.

Menurut Prof Susman yang dimuat dalam jurnal Psychoneuroendocrinology, masa pubertas memberikan risiko biologis serta perilaku antisosial. Pasalnya, saat memasuki pubertas, anak laki-laki menghasilkan hormon testosteron yang mempengaruhi tingkat stres.

"Dibandingkan anak perempuan, anak laki-laki memiliki lebih banyak hormon biologis penyebab perilaku antisosial," katanya seperti dikutip dari laman Telegraph.

Dia menyarankan agar orangtua jeli memperhatikan tanda-tanda awal dan akhir pubertas pada anak-anak mereka. "Orang tua dan penyedia layanan kesehatan harus menyadari pubertas menyebabkan tidak hanya perubahan biologis tapi juga perilaku anak." (VIVAnews)

Read more...

Ayo, Ajak Bayi "Membaca"

Membacakan buku pada bayi tidak hanya menjadi pengisi aktivitas dengan bayi, tetapi juga memiliki manfaat untuk perkembangan bayi Anda. Karena itu, segeralah ajak bayi Anda membaca.

Mengajak bayi membaca akan meningkatkan kosakata bayi, merangsang imajinasinya, dan meningkatkan kemampuan komunikasi si kecil. Makin sering Anda mengajak bayi berbicara, makin baik perkembangan bahasanya.

Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa, bahkan kecerdasan, berkaitan dengan jumlah kata yang didengar bayi setiap harinya. Dalam sebuah studi, bayi-bayi yang orangtuanya rajin mengajaknya berbicara (sekitar 2.100 kata setiap hari) memiliki skor lebih tinggi dalam sebuah tes standar yang dilakukan saat mereka berusia 3 tahun.

Anda bisa mulai mengajaknya bercakap-cakap dengan memperkenalkan anggota tubuhnya atau menyebutkan benda-benda yang dilihatnya ketika Anda mengajak si bayi berjalan-jalan di sekitar rumah. Membacakan cerita juga menjadi salah satu cara interaksi verbal yang menyenangkan.
Kapan mulai membacakan cerita pada bayi? Sebenarnya tidak ada kata terlalu dini. Para ahli dari American Academy of Pediatric merekomendasikan orangtua untuk membacakan cerita kepada bayi berusia 6 bulan dengan suara keras setiap hari. Di usia 6 bulan biasanya bayi sudah mulai menikmati gambar-gambar menarik dan berwarna.

Jim Trelease, pengarang buku Read Aloud Handbook, menyatakan, orangtua sudah bisa mulai membacakan buku sejak bayi lahir. Apalagi, kegiatan membaca bersama ini bisa meningkatkan ikatan antara orangtua dan bayi.

Pada bulan-bulan awal kehidupan bayi, Anda tidak perlu bingung memilih tema cerita yang akan dibacakan. Pada periode ini bayi lebih tertarik pada irama suara yang didengarnya, bukan isi kalimatnya. Jadi Anda bisa membacakannya berbagai material bacaan, mulai dari buku cerita anak, majalah, bahkan novel yang sedang Anda baca.

Seiring bertambahnya usia, Anda bisa mulai memperkenalkannya pada buku-buku cerita bergambar dan beraneka warna. Ketika membacakan, peluk bayi sehingga ia merasa nyaman. Bacakan dengan suara ekspresif, misalnya, menirukan suara sesuai karakter tokoh cerita. Jangan takut bosan membaca cerita yang sama terus-menerus karena bayi justru menyukai pengulangan. (kompas.com)

Read more...

Cara Kreatif Agar Anak Mau Dengarkan Anda

Sekarang ini orangtua perlu meningkatkan kreativitas komunikasi dengan anak-anak di rumah. Tujuannya supaya anak tetap mau terbuka dan mendengarkan nasihat orang tua. Selain itu, untuk menjaga komunikasi tetap intensif.

Sebagai contoh, sekarang ini banyak anak lebih memilih bentuk komunikasi elektronik sebagai sarana untuk mempertahankan dan memperkuat hubungan. Media komunikasi ini menggantikan percakapan langsung melalui tatap muka dan kontak mata.

Nah, jika ingin semua saluran komunikasi tetap terbuka dan anak-anak bisa memahami, Anda harus berbicara dalam 'bahasa' mereka. Tapi, juga tergantung pada usia anak dan tingkat kematangannya. Berikut adalah beberapa teknik kreatif yang dapat digunakan orang tua agar 'didengar' anak, dikutip dari Hybridmom.

Percakapan elektronik
Jika buah hati pintar mengoperasikan komputer dan menghabiskan banyak waktunya membangun hubungan via online, kemungkinan besar ia akan menerima Anda. Coba kirimi dia email, pesan instan, pesan teks, tweets untuk mengingatkannya.

Jika Anda benar-benar kreatif dan perlu untuk menggambarkan sesuatu, cobalah menggunakan YouTube untuk menjelaskan maksud Anda kepada anak Anda. Misalnya, "Hai Sayang, di sini adalah cara yang tepat untuk melipat cucian dan merapikan lemari baju sendiri.”

Walau mungkin pesan ini tidak akan langsung dilakukannya, dia pasti menghargai usaha Anda.

Dekati anak
Terkadang orangtua sampai berteriak untuk memberitahu sesuatu kepada anak. Cara ini bisa jadi tidak memberikan pengaruh positif ke anak. Jadi, usahakan untuk berada setara dengan anak. Misalnya, berbicara secara perlahan namun tegas, atau merendahkan tubuh Anda agar dia merasa mendapatkan perhatian. Cara ini baik sekali untuk mendorong anak mau mendengarkan nasihat Anda.

Teman berkhayal
Anak kecil menyukai dunia imajinasi. Mereka bisa asyik sendiri dengan boneka dan mainannya. Mereka bisa berbicara, tertawa, atau bersikap seolah-olah sedang bersedih bersama mainan kesayangannya. Berbicara dengan mereka 'melalui' mainan dapat menembus jauh lebih dalam ke diri anak.

Memotivasi
Anak, biasanya akan merespon secara baik pesan dari orang tua yang disampaikan dalam bentuk humor. Misalnya, melalui suara yang konyol atau sambil menyanyi.

Untuk mencapai hasil yang baik, sangat penting untuk menjaga komunikasi dengan anak Anda secara terbuka dan mengalir. Anda perlu tahu apa saja mainan, kegiatan, persahabatan, dan apa saja yang paling memotivasi dirinya. (VIVAnews)

Read more...

Kecerdasan Anak Tergantung Sentuhan Ibu

Cara pengasuhan orangtua terutama ibu berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan fisik dan mental anak. Terbukti dari penelitian terbaru yang menyimpulkan, semakin baik pola pengasuhan ibu, semakin baik pula kualitas tumbuh kembang si kecil.

Studi dilakukan Profesor Ali Khomsan, Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor terhadap pola asuh anak.

Studi berlangsung selama 2009-2010 di sembilan provinsi dengan 2.334 responden. Dari sini diketahui, pengasuhan mayoritas anak di Indonesia dilakukan ibu. Hasilnya, dari 80 persen anak yang diasuh baik, 78 persen di antaranya berada dalam status gizi normal atau sehat.

Lebih jauh lagi, anak dengan gizi sehat jauh lebih cerdas dibandingkan anak dengan gizi kurang atau menderita infeksi. "Umumnya, anak yang sering dibawa ke Posyandu peluang bergizi baik lebih besar karena tumbuh kembangnya terpantau," kata Ali dalam acara "Ayo ke Posyandu - 'Tumbuh, Aktif, Tanggap' Membantu Pola Asuh Anak", belum lama ini.

Namun, Posyandu sebagai ujung tombak kesehatan anak dan ibu masih perlu perbaikan. Dari 242.124 posyandu di seluruh Indonesia, hanya 40 persen yang berfungsi baik. Posyandu baru menjangkau 50 persen anak. Kader Posyandu terlatih pun hanya 30 persen.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amaliasari Gumelar, menambahkan, peran orangtua sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Prioriotas kesejahteraan anak akan terlihat saat si kecil dewasa kelak.

"Periode emas yang dilalui dengan perhatian, kasih sayang, gizi yang baik, serta dukungan lingkungan menjadikan generasi di masa datang makin bermutu," katanya. (VIVAnews)

Read more...

Tips Membaca Alkitab Bersama Anak

Jadwal anak anda sehari-hari mungkin terdiri dari mandi, tidur siang dan tidur malam. Tapi pasti selalu masih ada waktu 5 menit yang kosong untuk membaca Alkitab. Berikut adalah poin-poinnya:

Tentukan waktu membaca Alkitab yang rutin. Cobalah untuk melakukannya pada waktu yang kira-kira sama setiap harinya, mungkin setelah sarapan atau sebelum makan malam.

Bacalah cerita-cerita dari Alkitab anak-anak.
Gunakan Alkitab anak-anak atau Alkitab bergambar. Jangan terlalu panjang-panjang ceritanya, cukup yang singkat saja. Beberapa anak senang memegang Alkitab pada saat anda membacakannya. Menggunakan boneka tangan untuk bercerita pasti sangat menyenangkan.

Perkenalkan bahan-bahan cerita lainnya. Buku mewarnai yang berisi cerita Alkitab juga merupakan cara yang baik sekali untuk membagikan suatu cerita.

Peragakan menggunakan benda-benda yang ada di sekitar kita. Apabila di cerita Alkitab tersebut terdapat benda-benda yang terdapat di rumah anda, gunakanlah. Benda pendukung yang dapat dilihat membuat sebuah cerita menjadi nyata bagi anak-anak. Jika anda sedang membaca mengenai bahtera Nuh, ambil bantal kursi untuk dijadikan bahtera, lalu taruh mainan binatang-binatangan di atasnya.

Nyanyikan lagu-lagu yang menyenangkan dan riang. Anda bisa memulai waktu membaca Alkitab dengan menyanyikan lagu-lagu rohani yang anda bisa dapatkan di toko-toko buku Kristen. Melompat-lompatlah dan bertepuk tangan.

Berikan ayat untuk dihafal. Pilihlah sebuah ayat dari Alkitab dan hapalkan setiap hari sampai anak anda dapat mengingatnya. Latihlah dengan cara meminta dia mengisi kata yang hilang.

Buatlah doa yang mudah dan ringan bagi anak anda. Pada awalnya, anda harus memberikan contoh doa yang simpel. Seperti, "Terima kasih, Tuhan untuk matahari. Terima kasih untuk hari ini. Amin." Setelah beberapa saat, tanyakan pada anak anda apakah ada yang ingin dia doakan.

Bersabarlah. Kadang-kadang, waktu membaca Alkitab harus dipersingkat karena anak-anak mengantuk atau sedang tidak mood. Tujuannya adalah supaya tetap berkomitmen untuk tetap mempertahankan rutinitas membaca Alkitab yang positif sebanyak mungkin. Hal itu akan menjadi bagian dari hari-hari anak anda yang berkata: "Mari ambil waktu untuk bersenang-senang dengan Tuhan!"

by Lynne M. Thompson

Read more...

"First Decree"

“Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ulangan 6:7)

Seorang guru sekolah begitu gemas mendengar seorang anak muridnya menyanyi sebuah lagu dengan notasi yang salah. Lalu, karena ia juga seorang guru seni suara, dia berusaha mengoreksi murid tersebut. Dia memberitahu anak itu bahwa cara dia menyanyikan lagu itu salah, tidak seperti not yang seharusnya ketika lagu itu digubah.

Pada mulanya anak itu membantah dan berkeras hati bahwa apa yang dia nyanyikan itu benar, karena sesuai dengan apa yang diajarkan oleh orangtuanya. Guru ini berusaha meyakinkan dan menunjukkan buku nyanyian yang ada notnya, dan memberi contoh menyanyikan lagu itu secara benar. Akhirnya, anak itu menyadari bahwa apa yang ia nyanyikan selama ini memang salah, dan ia mau belajar menyanyi lagu itu dengan benar. Anak itu mengikuti setiap not dari buku dan mencoba menyanyi dengan benar. Setelah berulang kali mencoba dan berjuang keras, akhirnya anak ini mulai bisa mengoreksi kesalahannya. Tetapi anehnya, setelah ia berdiam beberapa lama, kemudian mencoba lagi menyanyikan lagu itu, maka ia kembali menyanyi seperti yang pertama, yang salah, dan sulit lagi untuk mengoreksi ke yang benar. Perlu perjuangan lagi untuk mengingat lagi bagaimana menyanyi yang benar. Inilah masalah “dekrit pertama” atau yang lebih dikenal sebagai “first-decree” (FD).

“Dekrit Pertama Pendidikan” merupakan hal yang sedemikian penting di dalam kita mendidik dan mengajar anak. Namun, tema ini sangat sedikit dibicarakan dan dimengerti, khususnya oleh orangtua dan para insan pendidikan. Bahkan ketika disebutkan, sedikit orangtua atau para pendidik yang mengerti apa yang dimaksud dengan “first decree” atau “dekrit pertama” pendidikan ini. Seolah-olah hal ini bisa diabaikan begitu saja, dan tidak dipedulikan, karena adanya asumsi pendidikan bisa diproses sekehendak hati pendidik.

Apa itu First Decree (FD)?
First Decree adalah pengajaran pertama yang diterima oleh seorang (anak), yang tertanam, sehingga merupakan suatu konsep atau kebenaran asasi bagi dirinya. Semakin kecil anak itu, semakin banyak FD yang dimasukkan kepadanya. Saat itu begitu banyak kebenaran-kebenaran yang baru bagi dirinya, yang akhirnya membentuk paradigma kehidupannya. Contoh mengajar menyanyi seperti di awal tulisan ini adalah contoh yang paling sering dialami seorang anak. Tetapi bukan hanya itu. Jika seorang anak diberitahu bahwa warna hijau itu adalah biru dan warna biru adalah hijau, maka akan sulit untuk mengoreksi kesalahan konsep warna itu pada usia dewasa nanti.

Setiap kali diberitahu bahwa itu bukan hijau, tetapi biru, ia akan mengiyakan, tetapi tidak lama ia akan kembali lagi menyebut warna itu sebagai hijau. Butuh perjuangan keras untuk betul-betul bisa berubah dan kembali kepada apa yang benar.

Pentingnya First Decree
Pertama-tama, FD sangat berpengaruh pada seluruh kehidupan seseorang, karena akan membentuk paradigma hidupnya. Banyak orang menganggap enteng FD, karena dianggap hal yang lumrah. Orang salah menyanyi, bagi kebanyakan orang, dianggap bukan hal serius. Apalagi di era postmodern seperti sekarang, maka relativitas dan semangat non-akurat menjadi ciri khas masyarakat pragmatis. Manusia tidak mau berjuang untuk mencari kebenaran secara akurat, dan puas dengan apa yang ia anggap benar, walaupun itu tidak benar. Akibatnya, ia sangat mudah tertipu, karena tidak terbiasa lagi untuk mencari hal-hal yang benar dan akurat.

Kedua, yang juga sangat bermasalah, kesalahan-kesalahan FD seringkali menyangkut aspek yang cukup sentral dalam kehidupan, seperti problematika iman (believe) dan pendekatan (approach). Dua aspek ini merupakan hal yang sangat serius. Ketika anak-anak di sekolah diajarkan bahwa semua agama sama, tidak perlu dibeda-bedakan, maka ia akan bertumbuh menjadi seorang relativis dan humanis. Ia tidak lagi melihat bahwa setiap agama itu unik, dan setiap agama pasti mengandung unsur klaim kemutlakkan sebagai kebenaran. Maka tidak mungkin semua agama sama. Di sini manusia sudah ditipu paradigmanya sejak kecil. Akibatnya, ketika ada orang yang mengatakan, “kita harus betul-betul secara serius memilah dan memilih agama atau iman yang benar,” ia akan segera menentang dan menunjukkan sikap tidak suka. Sangat sulit untuk merubah konsep dasar seperti ini. Banyak sekali FD yang ditanamkan secara salah kepada seseorang, yang akhirnya membuat orang tersebut mudah sekali jatuh ke dalam dosa, atau mudah sekali tertipu oleh orang jahat, ataupun sangat sulit mengerti kebenaran firman Tuhan.

Ketiga, seperti telah disinggung di butir pertama dan kedua, kita segera bisa melihat bahwa FD begitu penting, karena bukan menyangkut satu permasalahan tunggal, tetapi akan mempengaruhi orang lain, karena apa yang kita tanamkan akan menjadi keyakinan di dalam diri orang itu, dan dia akan memakainya untuk meyakinkan orang lain lagi. Seorang yang mendapatkan pendidikan yang salah di masa kecil, maka ia akan menganggap hal itu sebagai kebenaran, dan ia akan meyakinkan orang lain akan hal itu. Seorang yang dari kecil dididik bahwa tidak ada Allah, maka ia akan berusaha meyakinkan orang lain, bahwa memang tidak ada Allah. Hal ini terpaksa ia lakukan, karena ia tidak ingin apa yang ia yakini akhirnya terbukti salah. Maka ia akan berusaha sekuat tenaga agar membuat semua orang setuju dengan pemahamannya, yang sebenarnya salah.

Penanaman First Decree pada Anak
Setelah kita menyadari akan betapa pentingnya penanaman FD pada anak khususnya, maka kita perlu memikirkan beberapa hal di dalamnya. Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat produktif untuk menangkap semua pengetahuan dan pengertian. Konsep-konsep penting dalam kehidupan manusia dimulai dari masa kanak-kanak. Di situlah seorang anak membangun seluruh paradigma hidupnya kelak. Maka, para ahli setuju bahwa usia “balita” (di bawah lima tahun), merupakan waktu yang sangat krusial untuk menanamkan nilai-nilai pada anak. Tetapi bukan sekadar nilai-nilai, iman Kristen melihat pentingnya menanamkan iman itu sendiri. Iman yang sejati adalah basis kemutlakan yang sangat dibutuhkan oleh anak untuk menjadi kompas hidupnya. Jika dasar imannya diletakkan pada dirinya sendiri, seumur hidup ia akan menghancurkan dirinya.

1. Penanaman FD yang benar pada anak akan membangun keutuhan integritas hidupnya. Hal ini sangat penting di dalam menggarap pertumbuhan anak yang sesuai dengan kebenaran Tuhan. Kita percaya, jika seseorang dibangun dengan pemikiran yang pragmatis dan duniawi, maka di dalam dirinya ada suatu “faktor perusak” (defeating factor) yang akan meledakkan dirinya di suatu saat kelak dalam hidupnya. Hidup yang terbangun di dalam kebenaran Firman akan membuat seluruh hidup akan terintegrasi secara baik. Hidup sedemikian akan membangun moralitas dan kehidupan yang mulia di masa depan. Alkitab mencatat bagaimana Musa dari kecil dididik oleh ibunya dengan Firman, maka ia tidak tergeser imannya ketika menjadi anak angkat puteri Firaun (Tong, 1991, hlm. 21). Di dalam kehidupan bergereja, seorang anak yang terbangun dengan FD yang baik akan sangat mudah dipertumbuhkan, karena tidak mengalami konflik yang terlalu banyak di dalam dirinya. Seorang anak yang dibangun dengan FD yang salah, akan mengalami konflik untuk dibawa kembali kebenaran, dan membutuhkan perjuangan berat untuk melakukan koreksi. Inilah yang banyak dialami oleh setiap kita sebagai orang percaya, yang mendapatkan pengajaran atau penanaman FD yang salah di masa lalu.

2. Seorang anak yang kita tanam dengan FD yang baik, akan sangat menghemat waktunya untuk bertumbuh. Ada banyak waktu yang terbuang di dalam pertumbuhan seseorang ketika ia harus banyak sekali mengoreksi konsep-konsepnya yang salah. Itupun terkadang masih harus berhadapan dengan banyak kendala, akibat kesulitan orang-orang yang mau mengoreksi atau menolong dia.

Peranan Orangtua dan Guru
Dua pemeran penting di dalam penanaman FD adalah orangtua dan guru. Tuhan menyerahkan tugas tanggung jawab yang sangat berat kepada orangtua untuk menanamkan konsep-konsep kebenaran firman Tuhan kepada anak-anak sejak usia dini. Firman Tuhan di awal makalah ini mengajarkan bagiamana orangtua harus secara intens mengajarkan kebenaran firman kepada anak-anak. Mereka harus mengerti kebenaran dari sejak dini. Jika mereka diajarkan hal yang salah, akan sangat sulit dan dibutuhkan perjuangan yang sangat berat untuk mengoreksi kebenaran.

Sangat disayangkan saat ini, kedua peran penting ini begitu banyak diabaikan. Banyak orangtua dengan tanpa rasa bersalah menyerahkan tugas penanaman FD kepada pembantu atau suster yang memelihara anaknya. Ia tidak melihat bahwa penanaman FD akan berdampak seumur hidup, sementara sang pembantu suatu saat akan meninggalkan anak itu dan tidak pernah bertanggungjawab atas apa yang ia tanam. Seorang filsuf dan pendidik yang luar biasa (Prof. Nicholas Wolterstroff, Ph.D, ed.)bersaksi, ”...begitu
indahnya penanaman pengalaman kehidupan Kristen di dalam keluarga yang begitu saleh, menjadi dasar kehidupan seseorang sepanjang hidupnya kemudian.” (Wolterstroff, 2002, hlm. 10-11)

Demikian pula begitu banyak guru yang berpikir bahwa dia hanya seorang yang mencari sesuap nasi (dan semangkuk berlian—Red.), membagi pengetahuan yang ia tahu tanpa pertanggungjawaban bagaimana ia sedang menggarap satu pribadi manusia, yang nantinya akan membawa konsep itu seumur hidupnya. Seolah-olah tugas guru hanyalah satu dari sekian banyak profesi yang lain.

Orangtua dan guru harus sungguh-sungguh menyadari bahwa tugas menanam FD yang baik dan benar merupakan tanggung jawab besar yang Tuhan percayakan kepada Anda. Tugas ini begitu mulia karena membentuk paradigma, karakter, dan khususnya iman dari anak-anak yang Tuhan percayakan kepada kita. Seorang guru sekolah minggu yang sungguh-sungguh mengasihi dan mendidik anak-anak dengan baik, sampai ia dicintai oleh anak-anak, pastilah ia tidak akan menjadi hamba Tuhan yang gagal (Tong, 1991, hlm 19). Seorang guru yang baik, pastilah akan dikenang dan dihormati oleh murid-muridnya kelak. Pdt. Dr. Stephen Tong menegaskan bahwa guru yang baik adalah yang dia sendiri telah menjadi murid kebenaran (Tong, 1993, hlm 69).

Penutup
Jika selama ini kita tidak peduli dengan First Decree, mungkin karena kurangnya pengetahuan dan pengertian akan pentingnya tugas ini, kiranya kini kita boleh lebih secara serius memikirkan dan mengaplikasikan di dalam pendidikan kita. Jika selama ini kita tidak terlalu peduli akan pentingnya keakuratan akan kebenaran dan membiarkan semua pragmatis, kini kita perlu mulai memikirkan bahwa kebenaran harus dibedakan dari ketidakbenaran. Kita harus menanamkan FD yang paling benar, yang akurat, yang sesuai dengan Firman Tuhan. Seperti Pdt. Dr. Stephen Tong tegaskan, “ kebenaran itu bukanlah pengetahuan, tetapi kekuatan” (Tong, 1993, hlm. 41).

Jika selama ini kita tidak melihat pentingnya peran orangtua dan guru dalam menanamkan FD, kini kita perlu bertobat dan berbalik untuk menebus kesalahan kita dengan sungguh-sungguh menggarap panggilan mulia ini di dalam panggilan pendidikan Kristen yang benar. Soli Deo Gloria. *

By Pdt Sutjipto Subeno, M.Div | Sumber: Buletin LOGOS Edisi 5, 2008

Read more...

Berilah Anak Anda Hati yang Berpaut kepada Allah

Apakah yang harus Anda lakukan supaya dapat memberi kepada anak Anda kasih yang matang dan penuh gairah kepada Allah, agar mereka memiliki hidup rohani yang bertumbuh? Bagaimanapun juga, sudah merupakan rencana Allah bahwa orangtua maupun para pendidik bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan nilai-nilai hidup rohani yang sejati kepada anak-anak mereka. Jadi, jawabannya dimulai dari diri Anda sendiri.

Teladan apa yang telah Anda tunjukkan di pentas kehidupan keluarga Anda? Iman Timotius yang tulus mula-mula terdapat di dalam diri neneknya, Lois, dan ibunya, Eunike (2 Timotius 1:5). Anak-anak Anda tidak akan menangkap apa yang tidak ada pada Anda. Sesungguhnya, jika kehidupan rohani Anda sendiri saja lemah, maka hal ini hanya akan membuat mereka kebal terhadap hal-hal rohani, sehingga mereka tidak dapat menerima apa yang sebenarnya harus mereka terima.

Kata-kata Paulus dalam 2 Timotius 3:14,15 menunjukkan bahwa sasaran kita yang sesungguhnya adalah tahap yang ketiga dari tiga tahap yang ada. Yang pertama ialah pengetahuan (informasi yang dapat diandalkan tentang Allah). Yang kedua ialah belajar (penerapan pribadi dari kebenaran-kebenaran Allah itu). Dan yang ketiga ialah hikmat (suatu pola dalam memandang sesuatu yang sesuai dengan sudut pandang Allah). Orangtua yang berhasil dalam menolong anak-anak mereka untuk mencapai tahap yang ketiga biasanya adalah orang-orang yang aktif dalam beberapa aspek kunci. Namun sebelum memperhatikan beberapa saran yang praktis, marilah pertama-tama secara pribadi kita memeriksa diri kita sendiri.

1. Apakah kehidupan rohani saya pantas untuk ditiru? Apakah saya suka berdoa secara pribadi sebagai seorang juru syafaat yang mendoakan berbagai kebutuhan keluarga saya?

2. Apakah saya mempunyai kehausan yang wajar untuk perkara-perkara rohani, atau apakah berdoa, pemahaman Alkitab, dan kegiatan-kegiatan gereja itu hanya sekadar kebiasaan rutin atau sesuatu yang sebenarnya tidak mutlak harus dilakukan?

3. Apakah tindakan disiplin saya terhadap anak saya itu menimbulkan di dalam dirinya suatu rasa hormat yang seimbang terhadap kekuasaan atau wewenang yang akan menolong dia untuk secara sukarela bersedia taat kepada kekuasaan Allah?

4. Apakah saya mengajak anak saya untuk membuka firman Allah waktu membicarakan masalah-masalahnya, waktu membahas sifat-sifat positif yang perlu diraih, waktu membahas peristiwa-peristiwa dunia yang memprihatinkan anak itu, atau waktu menjawab pertanyaan-pertanyaannya tentang hidup ini?

5. Apakah kalau anak saya datang kepada saya untuk mengemukakan apa yang dibutuhkannya, respon saya yang wajar ialah berdoa diiringi dengan melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan? Apakah dia melihat saya sebagai orang yang selalu membawa pertama-tama berbagai persoalan yang dihadapi kepada Allah? Apakah keluarga kita suka berdoa bersama-sama secara wajar dan spontan pada waktu-waktu tertentu selain daripada waktu makan atau waktu hendak tidur malam?

Penyelidikan psikologi menunjukkan bahwa sekitar 85% dari kepribadian anak Anda pada waktu ia menjadi dewasa sudah terbentuk pada waktu anak itu menjelang umur enam tahun. Jadi, kesempatan terbaik Anda agar dapat dengan berhasil mengasihi dan menertibkan anak Anda secara efektif ialah selama enam tahun pertama itu, yang juga merupakan tahun-tahun yang kritis itu. Kemudian, untuk menangani 15% yang tersisa, berikut ini ada beberapa saran:

1. Jika Anda belum pernah menyerahkan anak Anda kepada Allah secara khusus dengan menyebutkan namanya, lakukan hal ini sekarang juga. Serahkanlah anak Anda kepada-Nya dan akuilah bahwa anak itu akan berada di dalam tangan Anda hanya untuk sementara waktu saja.

2. Bimbinglah anak Anda kepada Kristus. Sedini mungkin jelaskanlah Injil secara sederhana dan dengan bahasa yang dapat ia mengerti. Supaya sejak kecil sekali anak Anda dapat mengerti dengan jelas bahwa dirinya adalah orang berdosa dan bahwa satu-satunya jalan untuk mendapat pengampunan dosa dan hidup yang kekal ialah dengan percaya bahwa Tuhan Yesus sudah mati di kayu salib untuk menanggung hukuman dosanya. Terangkan juga bahwa dengan menerima Tuhan Yesus di dalam hidupnya ia akan diberi kesanggupan untuk dapat mentaati firman Allah dengan kekuatan Roh Allah sendiri.

3. Berdoalah untuk anak Anda setiap hari. Usahakanlah untuk selalu mengetahui berbagai kebutuhannya yang khusus sehingga Anda dapat berdoa untuk dia secara spesifik. Biarlah anak Anda mengetahui bahwa Anda berdoa untuk dia. Jangan lupa untuk senantiasa menunjukkan berbagai jawaban doa yang diperoleh dalam kehidupan anak Anda. Seringlah berdoa untuk kepentingannya di masa yang akan datang, seperti waktu liburan, teman hidup, dan anak-anak mereka kelak.

4. Binalah suatu suasana yang seimbang antara gelak tawa, petualangan, kejutan, saling memperhatikan, musik indah, buku-buku yang bermutu, dan kawan-kawan yang baik. Buatlah agar mereka betah tinggal di rumah Anda. Salah satu cara untuk menguji kenyamanan suasana rumah Anda ialah dengan melihat apakah anak-anak tetangga suka berkumpul di situ!

5. Sering-seringlah menyediakan waktu untuk bergaul dan untuk saling berbagi pengalaman rohani sebagai satu keluarga, rancanglah saat itu sedemikian rupa supaya dapat dinikmati dan masih dalam jangkauan perhatian anak Anda. Ajaklah dia untuk ikut berpartisipasi. Sesuaikan bahan pembicaraannya dengan batas-batas kemampuan anak Anda. Berilah anak Anda penghargaan untuk ayat-ayat Alkitab yang dihafalkannya.

6. Sediakan waktu untuk kebaktian keluarga yang dilakukan secara spontan. Jika ada kejadian menggembirakan atau yang patut dirayakan, bersyukurlah kepada Allah dengan menyanyi dan berdoa bersama.

7. Libatkan anak Anda dalam kegiatan Kristen yang efektif seperti retret dengan pemuda gereja, berkemah di waktu libur, dan acara-acara pramuka atau acara muda-mudi yang disponsori oleh gereja Anda.

8. Jawablah pertanyaan-pertanyaan anak Anda tentang perkara-perkara rohani dengan serius. Jangan menertawakannya jika ia ingin mengetahui apakah nyamuk itu akan masuk surga; pakailah pertanyaan itu sebagai kesempatan untuk membicarakan tentang janji kehidupan yang kekal yang dikaruniakan oleh Allah kepada kita di dalam Yesus Kristus. Jika Anda belum mengetahui jawabannya, akuilah dengan terus terang; lalu selidikilah Alkitab bersama untuk memperoleh keterangan yang lebih lanjut.

9. Pakailah kesempatan hari libur atau peristiwa-peristiwa istimewa lainnya untuk berbicara tentang iman Anda. Mungkin tidak ada saat yang lebih baik untuk membicarakan tentang kasih Allah kepada umat manusia selain pada malam Natal, atau tentang kekuasaan-Nya pada hari Paskah? Bahkan hari ulang tahun pun dapat dijadikan kesempatan untuk menekankan keunikan dan betapa berharganya orang yang sedang berulang tahun itu di dalam pemandangan Allah, dan hari ulang tahun pernikahan adalah saat yang wajar untuk membahas rencana Allah tentang pernikahan.

10. Tolonglah anak Anda agar ia mengenal dengan baik dan merasa betah berada di gereja Anda dengan para anggota gereja yang lain, dengan berbagai upacara kebaktian, dan segala macam kegiatannya.

11. Usahakanlah supaya anak Anda mengetahui atau membaca riwayat hidup tokoh-tokoh Kristen dan terbuka terhadap musik Kristen masa kini yang mengandung amanat yang jelas.

12. Gantungkanlah peta dunia pada dinding di rumah Anda dan pelajarilah secara teratur daerah-daerah yang dilanda bala kelaparan, pergolakan politik, dan kebutuhan rohani. Mintalah keterangan dari kelompok-kelompok utusan Injil tentang apa yang sedang dilakukan Allah di berbagai negara.

13. Undanglah para utusan Injil dan orang-orang yang mengabdikan diri sepenuhnya untuk melayani Tuhan berkunjung ke rumah Anda. Doronglah anak Anda untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui bagaimana Allah telah memanggil orang-orang itu.

14. Tempelkanlah potret-potret para utusan Injil yang pernah Anda jumpai di tempat yang mudah terlihat di ruang keluarga Anda. Berkirimlah surat dengan mereka. Berdoalah bagi mereka dan sebagai keluarga berilah persembahan untuk kebutuhan mereka.

15. Dalam masa liburan keluarga kunjungilah badan-badan misi atau kelompok pelayanan di dalam kota atau di daerah tempat Anda berlibur.

16. Perhatikanlah kawan-kawan anak Anda yang belum mengenal Kristus. Berdoa dan buatlah rencana untuk dapat bergaul bersama-sama dengan mereka supaya terbuka kesempatan untuk menceritakan berita Injil kepada mereka. Usahakanlah agar Anda dan anak Anda siap dan mengetahui apa yang harus dikatakan apabila terbuka kesempatan itu.

17. Dalam masa remaja, anak Anda sudah harus mempunyai iman yang mampu berdiri sendiri terlepas dari iman Anda sendiri. Seorang anak remaja cenderung untuk mulai mempertanyakan banyak hal yang dahulu sudah diterimanya. Jangan panik. Berdoa dan sediakanlah buku-buku yang dapat memberikan jawaban yang mantap bagi pertanyaan-pertanyaannya, dan perhadapkan dia dengan orang-orang rohani yang terampil berkomunikasi dengan anak-anak remaja. Anda sendiri harus terbuka untuk dengan tenang membahas semua ini dengan anak Anda; di atas segalanya dan lebih daripada sebelumnya, praktekkanlah apa yang Anda ajarkan.

Dalam Amsal 22:6, Allah berjanji Anda dapat memberikan kepada anak Anda hati yang berpaut kepada Dia. Hal ini merupakan proses pertumbuhan bersama yang berjalan terus setiap hari yang akan memberikan kegembiraan yang segera dan keuntungan yang kekal. *

Sumber: j-hop.org/BIC Hongkong

Read more...

Alkitab dan Tugas Mengasuh Anak

Segera setelah selesai menciptakan bumi dan segala isinya, Allah memberi perintah kepada Adam dan Hawa untuk "beranak cucu dan bertambah banyak". Tidak seperti perintah lainnya, perintah ini dipatuhi dan dunia segera dipenuhi dengan manusia. Pada zaman Perjanjian Lama, keluarga besar dianggap sebagai sumber berkat istimewa dari Allah dan keluarga yang tidak memiliki anak dianggap sebagai aib (Mzm. 127:3-5; Yer. 22:30; Kej. 30:22-23; Rahel, Sarah, Hana, Mikal, dan Elizabet adalah beberapa wanita di dalam Alkitab yang sulit memiliki anak). Di era di mana populasi penduduk sudah sedemikian padat, banyak orang yang memilih untuk membatasi jumlah anggota keluarganya, tetapi anak-anak masih tetap dianggap sangat penting. Yesus menunjukkan perhatian khusus kepada anak-anak dan Yesus juga memuji kesederhanaan dan kepercayaan anak-anak (Luk. 18:15-17).

Ajaran Alkitab tentang anak dan bimbingan untuk para orang tua dibagi dalam dua kategori: pendapat tentang anak serta pendapat tentang orangtua dan menjadi orangtua.

Anak-anak
Di dalam Alkitab, anak-anak dipandang sebagai karunia dari Allah yang bisa membawa kebahagiaan dan kesedihan. Anak-anak harus dikasihi, dihargai, dan dihormati seperti orang dewasa; mereka penting dalam kerajaan Allah dan mereka tidak untuk dimusnahkan (Mzm. 127:3, Mat. 18:10, Mzm. 103:13, Tit. 2:4, Mat. 18:1-6). Anak-anak juga diberi tanggung jawab: menghargai dan menghormati orang tua, peduli terhadap mereka, mendengarkan mereka, dan patuh kepada mereka (Kel. 20:12; Mar. 7:10-13; Ams. 1:8, 4:1, 13:1, 23:22; Ef. 6:1). Efesus 6:1-3 mengatakan, "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu—ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi."

Dalam tulisannya yang lain, Paulus juga memberi kritikan tajam kepada anak-anak yang tidak patuh (Rm. 1:30, 2Tim. 3:1-5), namun tulisan ini tampaknya tidak berarti anak-anak harus selamanya patuh. Jika orang tua meminta anak untuk melakukan hal-hal yang tidak alkitabiah, yang harus diingat adalah hukum Allah selalu memiliki prioritas yang lebih tinggi daripada perintah manusia (Kis. 5:29). Selanjutnya, meskipun anak-anak yang sudah dewasa meninggalkan orangtua mereka dan bersatu dengan pasangannya untuk membangun keluarga baru tetapi keluarga ini tidak pernah terbebas dari tanggung jawab untuk menghormati orangtua mereka.

Orangtua
Ayah dan ibu memiliki tanggung jawab untuk memberi teladan perilaku orang Kristen dewasa, mengasihi anak-anak mereka, peduli terhadap kebutuhan mereka, mengajar anak-anak dan mendisiplin mereka dengan sungguh-sungguh (Tit. 2:4, Ul. 6:1-9, Ams. 22:6, 2Kor. 12:14, Kol. 3:21). Efesus 6:4 mengatakan, "janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan."

Dalam bukunya, "The Measure of a Family" (Ventura, Calif.: Regal, 1976, 83-94), Gene A. Getz menyebutkan, kita membangkitkan amarah anak bila kita melakukan pelecehan secara fisik atau pun psikologis (dengan berlaku kasar dan gagal memperlakukan mereka dengan hormat), mengabaikan mereka, tidak memahami mereka, terlalu berharap kepada mereka, tidak mengasihi mereka bila mereka tidak melakukan suatu kebaikan, memaksa mereka menerima tujuan-tujuan dan cita-cita kita, dan menolak untuk mengakui kesalahan kita. Sebaliknya, kita seharusnya "membesarkan mereka" dengan menjadi contoh bagi anak-anak kita dan memberi pengarahan serta dorongan. Semua ini lebih mudah untuk didiskusikan daripada dicapai. Anak-anak, seperti juga orangtua, memiliki perbedaan kepribadian, sedangkan pengarahan yang alkitabiah dalam hal mengasuh anak tidaklah sedetil yang diinginkan oleh banyak orang.

Namun pada zaman Perjanjian Lama, ada bagian yang menyatukan semua prinsip dan merangkum ajaran Alkitab dalam hal mengasuh anak. Meskipun bagian ini ditulis untuk bangsa Israel sebelum mereka memasuki tanah perjanjian, paragraf berikut ini sangat praktis digunakan dalam membesarkan anak dan bimbingan bagi para orangtua di zaman modern ini.

"Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu. Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ul. 6:1-7)

Menjadi orangtua kristen meliputi hal-hal berikut ini:
Mendengarkan
Orang tua yang baik mau mendengarkan perintah Allah dan mengerti perintah itu dengan sungguh-sungguh sehingga "tertanam dalam hati" dan menjadi bagian dari diri. Pembelajaran ini diperoleh melalui keteraturan dalam mempelajari firman Tuhan, yaitu Alkitab, dengan pertolongan Roh Kudus sehingga firman Tuhan itu menjadi jelas bagi kita.

Mematuhi
Pengetahuan saja tidaklah cukup. Selain mendengarkan, orang tua harus terus mematuhi ketetapan dan perintah Allah. Bila orang tua tidak menunjukkan keinginan untuk mematuhi Allah, pada gilirannya anak-anak mereka juga tidak akan memiliki keinginan untuk mematuhi orang tua mereka.

Mengasihi
Kita mengasihi Allah dan menyerahkan diri kita seutuhnya kepada-Nya dengan sepenuh hati, jiwa, dan kekuatan kita. Perhatikan bahwa penekanannya di sini adalah untuk orang tua. Di samping kepentingan mereka, anak-anak tidak ditonjolkan dalam Alkitab. Meskipun kita bisa membaca bahwa Yesus tumbuh secara psikologis (dalam hikmat bijaksana), fisik (bentuk tubuh), rohani (dalam hubungan-Nya dengan Allah), dan sosial (dalam hubungan-Nya dengan orang lain), kita hanya mengetahui sedikit tentang masa kecil-Nya. Masa kecil memang penting, tetapi keberadaan anak-anak bersama orang tuanya hanyalah sementara. Selanjutnya mereka akan meninggalkan orang tua mereka seperti yang Allah perintahkan. Orang tua terlebih dahulu ada sebagai individu yang mengasihi dan melayani Allah. Jika kita diberi anak, mengasuh mereka merupakan bagian dari tujuan hidup kita, tetapi membesarkan anak bukanlah satu-satunya tujuan hidup kita.

Mengajar
Ada empat cara dalam mengajar.
Dengan rajin
Meskipun mengasuh anak bukanlah satu-satunya tugas orang tua dalam hidup ini, tetapi ini menjadi tanggung jawab yang penting yang tidak dapat diremehkan.

Dengan berulang-ulang
Alkitab menunjukkan bahwa mengajar bukanlah usaha yang hanya sekali dilakukan. Mengajar harus dilakukan orang tua dengan berulang-ulang siang dan malam.

Secara alami
Pada saat kita duduk, berjalan, berbaring, dan bangun kita harus mencari kesempatan untuk mengajar. Ibadah keluarga sangat mendukung dalam hal ini, tetapi orangtua harus mengajar setiap kali ada kesempatan.

Secara pribadi
Tindakan seseorang memiliki dampak yang lebih besar dari perkataannya. Hal ini mengembalikan kita kepada pasal pertama kitab Ulangan. Pada saat orangtua mendengar, mematuhi, dan mengasihi, mereka memberi teladan kepada anak-anak mereka yang menguatkan apa yang dikatakan di rumah.

Perhatikan kata "di rumah". Teman-teman sebaya dan guru adalah orang-orang yang penting, tetapi hal-hal terpenting dalam proses pengajaran dan mengasuh anak terjadi di rumah.

By Gary R. Collins, Ph.D, "Christian Counseling: a Comprehensive Guide" (Word Publishing, Dallas 1988) — e-KONSEL

Read more...

Menjadi Orangtua Kristen

Orangtua Kristen - Memilih
Orangtua Kristen mempunyai tugas yang sulit dalam membesarkan anak-anak mereka dalam dunia "kebenaran". Zaman dahulu, anak-anak tumbuh dalam masyarakat yang dengan jelas menentukan apa yang benar dan apa yang salah. Orangtua dipandang sebagai figur yang berkuasa atas hidup anak-anak mereka. Sekarang, oleh karena perubahan zaman, anak-anak kita melakukan konsep tindakan tidak bermoral, anti-keluarga, dan anti-orang tua, baik di sekolah dan di media—sesuatu yang tidak pernah terjadi pada zaman dahulu.

Orangtua menunjukkan perhatian yang semakin meningkat kepada anak-anak mereka karena anak-anak itu terdorong untuk menghindari peraturan-peraturan yang ketat dan kebenaran yang alkitabiah. Pada saat penerapan hukum Allah disebutkan, berbagai organisasi sibuk memperingatkan orangtua agar tidak memaksakan nilai-nilai mereka sendiri terhadap anak-anak. Tetapi, para orangtua Kristen memahami kebohongan dalam kejahatan yang mengubah kebenaran Allah. Alkitab mengatakan, "... kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orangtua," (Roma 1:30). Pemberontakan dan ketidaktaatan yang saat ini terjadi, merupakan akibat dari hancurnya kekuasaan orangtua. Sekarang ini, orangtua harus memilih siapa dan apa yang akan membentuk kehidupan anak-anak mereka. Tanpa diragukan lagi, Allah masih menganggap orangtua bertanggung jawab kepada anak-anak mereka, yaitu untuk mengajar dan mendisiplinkan mereka.

Orang tua Kristen - Mengajar
Pada masa Perjanjian Lama Musa mengingatkan bangsa Israel akan tanggung jawab mereka kepada anak-anak dan cucu mereka. "Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu." (Ulangan 4:9). Kita semua harus percaya bahwa anak-anak kita akan mengambil pilihan yang tepat berdasarkan pelajaran yang diajarkan. Jika anak kita menemukan uang di halaman, apa yang akan dilakukannya? "Tongkat ukur" jenis apa yang akan digunakan anak sebagai tolok ukur dalam melakukan kejujuran? Mungkin anak itu akan bertanya bagaimana ayahnya mengembalikan kelebihan uang kembalian yang diberikan oleh kasir.

Pada saat mengajar anak-anak kita, kita tidak hanya memberikan daftar peraturan yang harus ditaati saja. Kita juga harus menggunakan "action speak" (tindakan nyata) dengan melatih mereka sesuai dengan standar Allah. Dengan hidup yang benar orangtua memberikan pemahaman kepada anak-anak mereka tentang bagaimana peraturan yang Allah berikan telah membangun seluruh hidup kita. Dengan demikian, pada saat anak-anak kita dewasa, mereka akan membangun kebiasaan untuk melakukan hal-hal yang benar, melayani Allah melalui keputusan yang mereka ambil sendiri.

Setiap orangtua mempunyai tujuan untuk melihat anak-anak menerima tanggung jawab atas keputusan yang mereka ambil sendiri. Bila anak-anak kita belajar dari kesalahan mereka dan menerima koreksi yang benar, itu berarti kita telah mendidik mereka dengan benar. Seorang ayah mencoba mengambil jalan pintas dalam menjelaskan tanggung jawab dengan mengatakan, "Bukan apa yang kamu lakukan, tetapi apakah kamu terjebak atau tidak. Dan bila kamu terjebak ... kamu harus mau membayar konsekuensinya!" Jelas tidak ada jalan pintas untuk mengajar anak-anak. Ajaran orangtua merupakan suatu perjalanan yang sulit, yang dimulai sejak lahir dan terus berlangsung selama bertahun-tahun. Mungkin sering kali anak-anak kita mengambil keputusan yang salah atau bahkan memilih untuk menolak ajaran kita. Inilah masa-masa di mana disiplin benar-benar diperlukan.

Orang tua Kristen - Mendisiplin
Setiap beberapa tahun, teori-teori tentang displin yang "benar" selalu berubah, namun Alkitab tidak pernah berubah. Jika anak-anak tidak patuh, mereka harus menerima koreksi (pembenaran). Alkitab mengajarkan bahwa hal ini harus dilakukan dengan tongkat dan teguran. "Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya" (Amsal 29:15). Sering kali orangtua bosan dalam mendisiplin anak-anak yang masih kecil. Terkadang hari-hari tertentu menjadi hari yang penuh dengan omelan dan kemarahan. Para orangtua pun bertanya-tanya apakah mereka sudah menghancurkan setiap kesempatan untuk membangun hubungan yang penuh kasih dengan anak-anak mereka. Bahkan mereka mungkin tergoda untuk menyerah. "Hanya Tuhan yang tahu apa yang harus dilakukan terhadap anak ini," gerutu mereka. Ya, hanya Tuhan!

Allah memilih setiap orang tua dengan sangat teliti. "Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, ...." (Kejadian 18:19). Allah memercayakan anak-anak kepada Anda supaya Anda merawat mereka dengan sungguh-sungguh. Dia ingin Anda tahu itu, koreksi yang tegas akan melatih anak-anak Anda supaya mematuhi Dia. "Hai anak-anak, taatilah orangtuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan" (Kolose 3:20). Koreksi yang konsisten dan penuh kasih akan membantu anak-anak Anda untuk belajar kebenaran yang alkitabiah, seperti disiplin diri. Allah tahu Abraham akan membesarkan anak-anaknya dengan takut akan Tuhan, maka dari itu Tuhan memberkati dia. Dengan menerapkan standar Allah kita juga dapat menerima berkat Allah sebagai orangtua.

Sumber: www.allaboutparenting.org/SABDA

Read more...

Ajari Anak Berterima Kasih


Bagi anak kecil, perintah untuk menjadi orang yang tahu berterima kasih tidak bisa otomatis terjadi begitu saja. Orangtua harus mengusahakan hal ini. Kebiasaan untuk mengatakan "terima kasih" juga adalah sesuatu yang sangat baik bagi perkembangan kehidupan sosial seorang anak.

Tapi tujuan utama dari pendidikan "terima kasih" sebenarnya bukan untuk menjadikan seorang anak sebagai burung beo yang hanya sering mengucapkan terima kasih saja, tapi menjadikannya sebagai seorang anak yang tahu makna hidup dengan ucapan syukur.

Nah, bagaimana caranya supaya hal itu bisa terjadi?
Tunjukkan pada seorang anak bagaimana hidup dengan penuh ucapan terima kasih itu.
Pertama, jangan jadi orang dewasa yang suka mengeluh. Jangan suka memberi komentar-komentar penuh keluhan dan kekecewaan didepan anak anda.
Kedua, biasakan untuk memiliki waktu berdoa bersama dengan anak anda. Dan pada saat itu, ucapkan syukur pada Tuhan. Beri anak anda suatu pengertian bahwa dari Tuhan-lah segala sesuatu yang ada, dan karena itulah kita harus mengucap syukur.
Ketiga, biasakan memuji dan menghargai anak jika ia melakukan sesuatu yang baik.
Keempat, biasakan mengucapkan kata terimakasih pada orang-orang disekitar anda, terutama orang-orang yang biasanya diacuhkan. Seperti pada tukang parkir atau pembantu.
Kelima, biasakan untuk memberi kepada orang lain yang membutuhkan.

Ciptakan suasana rumah yang penuh ucapan syukur.
Pertama, biasakan makan bersama dengan keluarga. Dan sebelum semuanya makan, berdoalah bersama.
Kedua, ciptakan momen seminggu sekali untuk berkumpul di rumah, dan bercerita tentang berkat-berkat yang sudah dialami masing-masing orang selama satu minggu tersebut.
Ketiga, biasakan mengungkapkan rasa terimakasih tidak hanya dengan kata-kata tapi juga dengan perbuatan. Misalnya dengan menuliskan ucapan terimakasih di kertas dan menempelkannya di pintu kamar setelah mendapat bantuan tertentu.

Libatkan anak anda dalam kegiatan memberi. Memberi membantu anak untuk tidak fokus hanya pada dirinya sendiri tapi juga kepada orang lain di sekitar mereka.
Pertama, berikan mainan, boneka, atau baju bekas anak kepada anak yatim atau anak jalanan. Beri pengertian kepada anak anda, bahwa mainan dan baju lama-nya itu bisa membawa kegembiraan bagi anak-anak yang lain.
Kedua, bawa anak anda berkunjung ke tetangga atau teman yang sudah tua yang biasanya menyukai mendapat kunjungan dari anak-anak. Dengan begitu, ia belajar untuk memberikan waktunya untuk orang lain.
Ketiga, sekali waktu minta anak anda membawakan kue bikinan rumah atau oleh-oleh ke rumah tetangga atau ke teman-temannya di sekolah.
Keempat, pada saat Natal atau tahun baru, minta anak anda untuk menulis keinginan mereka akan hadiah apa yang mereka inginkan untuk diri sendiri dan juga untuk orang lain, seperti untuk teman mainnya atau untuk kakak dan adiknya.

Berani mengatakan tidak.
Sangatlah baik untuk bisa memberikan semua kebutuhan anak anda. Tapi tidaklah baik untuk memberikan semua yang mereka inginkan.

Jangan mudah menyerah terhadap rengekan anak. Jika anak mulai sering merengek dan mengeluh, sebaiknya diacuhkan saja sampai dia berhenti sendiri.
Ada cara lain:
Pertama, Berhentikan rengekan dan keluhan sebelum kebiasaan itu dimulai, dengan cara memenuhi kebutuhan dasarnya dengan baik secara fisk maupun emosional.
Kedua, biasakan anak untuk membantu orang tua sejak dini. Jangan biasakan anak untuk "tidak ada kerjaan" dalam waktu lama. Membantu di dapur, membersihkan kamarnya sendiri, dll, membuatnya memiliki empati sejak dini dan membuatnya lebih mudah mengucap syukur atas apa yang ia miliki.
Ketiga, gunakan setiap kesempatan untuk memberikan pelajaran pada anak. Contohnya, jika anak mengeluh tentang lauk makanan karena menginginkan yang lebih enak yang harus dipesan di restoran tertentu, biarkan dia lapar hari itu. Tidak semua yang ia inginkan harus terlaksana.
Keempat, jangan lupa beri pujian jika anak anda sudah bisa lebih sabar dan mulai sering berterimakasih.

Jangan memaksa.
Anak-anak tetaplah anak-anak. Sebagian besar anak-anak memang masih memiliki sifat egois dan suka mengeluh serta sulit berterimakasih karena tingkat kedewasaan rendah yang membuatnya tidak bisa memikirkan perasaan orang lain. Tapi jangan menyerah untuk memberikan mereka pendidikan tentang terima kasih.

Memiliki anak yang tahu berterima kasih pasti akan sangat membanggakan.

Sumber: CBN

Read more...

Keluarga dan Doa

Kesatuan inti dari persekutuan dalam tubuh Kristus adalah keluarga. Secara rohani kita berkata bahwa keluarga merupakan tempat utama untuk mengajarkan pentingnya tugas berdoa yang dipercayakan kepada kita.

Helen Shoemaker mengatakan bahwa keluarga itu laksana sebuah orkes kecil. Seorang pemimpin atau dirigen diperlukan, agar setiap alat musik dapat dimainkan dengan nada yang tepat. Hanya keluarga yang “bernada tepat” sajalah yang mampu menciptakan keharmonisan bunyi di telinga mereka sendiri, supaya terdengar indah merdu di kalangan masyarakat. Tentu, hanya Bapa Sorgawi yang dapat menjadi Pemimpin orkes keluarga yang berdaulat dan tetap, dan kita memohon pada-Nya untuk melakukan hal ini ketika kita menyelenggarakan doa keluarga. Ada beberapa saran yang perlu disampaikan kepada setiap anggota keluarga mengenai hal ini:

1. Sisihkanlah waktu tertentu untuk mengadakan doa keluarga.
Penting untuk disadari bahwa doa keluarga itu menentukan harkat atau ukuran bagi kehidupan keluarga. Inilah sebabnya kita perlu menyisihkan waktu untuk bersekutu sekeluarga bersama Tuhan setiap hari. Donald Demaray mengutarakan pandangan ini: “Doa keluarga tidak meninggalkan bekasnya yang kosong melompong, melainkan ia mengaliri jalan kehidupan keluarga itu sendiri. Sesungguhnya, ini suatu jalan hidup.”

2. Latihlah putra-putri Anda berdoa.
Tahun-tahun pertama dalam hidup seorang anak, merupakan masa pembentukan kepribadiannya yang utuh. Alkitab berkata: “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu” (Ams. 22:6). Prinsip ini dapat diterapkan dalam hal berdoa, sebagaimana itu berlaku dalam perkara atau latihan yang lain. Bukankah kira-kira lebih dari seabad yang lalu, Horace Bushnell berkata “Biarlah setiap ibu dan ayah menyadari bahwa ketika anak mereka berumur sekitar tiga tahun, orang tua telah membentuk lebih dari separuh watak anak itu.” Kiranya doa juga diajarkan kepada putra putri kita sebelum mereka mencapai usia tiga tahun. Jikalau, kita berbuat demikian, maka benih kuasa doa telah ditanamkan sebagai bekal mereka selama hayat di kandung badan.

3. Selalu doakan putra putri Anda.
Hal terpenting yang harus kita perbuat bagi anak-anak kita adalah dengan mendoakan mereka setiap hari. Dibandingkan dengan doa, tiada suatu perkara pun yang lebih penting bagi perkembangan rohani mereka. Salah satu waktu yang paling baik untuk berdoa bagi mereka ialah pada saat anak-anak itu sudah tertidur lelap. Ibu yang tekun dan penuh kasih, yang mendoakan anak-anaknya akan melihat “buah yang tetap” di masa mendatang. Professor Hallesby mengatakan, “Kawan, jika Anda tak dapat meninggalkan harta kekayaan bagi putra putri Anda, janganlah khawatir. Dan jangan juga bersusah payah setengah mati untuk mengumpulkan harta bagi mereka. Sebaliknya perhatikanlah dan doakanlah mereka siang malam.” Itu berarti dengan doa-doa, Anda meninggalkan bagi mereka harta yang tak ternilai, yang mengikuti mereka sepanjang umur.

4. Nantikanlah jawaban doa keluarga.
Apabila suatu keluarga mulai berdoa bersama, maka mereka akan melihat hasilnya. Mungkin beberapa jawaban doa baru akan kelihatan atau terbukti beberapa hari setelah doa dinaikkan. Helen Shoemaker mengatakan bahwa ada 3 bentuk jawaban doa yang khusus dapat diharapkan: Pertama, orang yang berdoa bersama akan mampu melihat sesamanya dengan kacamata yang baru. Kita akan menyadari bahwa setiap anggota keluarga memerlukan sesuatu dan masing-masing memiliki masalahnya sendiri. Kedua, perasaan akan pentingnya menciptakan tujuan bersama. Doa bersama menolong kita untuk menentukan sasaran-sasaran sebagai keluarga. Lewat doa bersama, pembentukan watak juga terjadi.

Mereka berdoa bersama, mereka juga bertumbuh dan berkembang bersama. Dan serentak menuju kedewasaan. Akhirnya, doa keluarga menolong mengembangkan kesatuan hati dalam doa dengan saudara seiman di seluruh dunia. Helen Shoemaker berkata bahwa dengan berdoa bersama kita diajar untuk bekerja dengan berdaya cipta, dan sebagai sebuah regu kita ikut serta memenuhi keperluan manusia. Kita dapat naikkan bersama segala permohonan tentang keperluan sehari-hari di seluruh dunia yang berkenaan dengan penginjilan dunia. *

Sumber: Sahabat Gembala/Yayasan Kalam Hidup, Bandung

Read more...

recent comments


Cari di ezramos.blogspot.com...

recommended links

     » Christian Men's Network Indonesia
     » Wanita Bijak
     » Christian Parent
     » All About Parenting
     » Focus On The Family
     » Children’s Ministry Online
     » Jesus for Children
     » Salvation Kids
     » Kid Explorers
     » CBH (Children's Bible Hours)
» Blog ini didedikasikan untuk kedua anak yang kami kasihi, Ezra dan Amos serta kepada seluruh orangtua Kristen yang memiliki anak-anak agar mereka tetap memegang teguh komitmen dan tanggung jawab atas kehidupan anak-anak yang telah Tuhan percayakan kepada mereka. God bless you!

"Hai anakku, jika hatimu bijak, hatiku juga bersukacita." (Ams. 23:15)

meet the parents

Add me Add me

  © 2008 Blogger template by Ourblogtemplates.com

Back to TOP