Showing posts with label motivasi. Show all posts
Showing posts with label motivasi. Show all posts

Mengajar Anak Berdoa Sebelum Belajar

Paulus menulis pada rekan sekerjanya, Timotius, tentang sifat yang harus dimiliki dalam Kristus Yesus. Ia berkata, "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7). Lukas menggambarkan Yesus ketika masih kecil "makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia." (Lukas 2:52)

Tujuan yang harus kita tunjukkan pada anak kita adalah mereka mempunyai pikiran sehat, yang bisa membedakan antara kejahatan dan kebaikan, dan yang ditetapkan oleh Tuhan. Kita harus selalu menunjukkan pada anak- anak kita untuk meraih hikmat, kemampuan untuk berpikir, dan menggunakan rasio dalam situasi apa saja seperti cara berpikir Yesus.

Untuk mendapatkan ini, kita bisa mendorong anak-anak kita untuk berdoa, "Jadikan pikiran saya untuk berpikir dengan cara Engkau merancangnya, Tuhan!" Terutama, anak Anda bisa berdoa untuk kemampuan berkonsentrasi.

"Bantu saya, Bapa di sorga, untuk bisa memusatkan perhatian pada satu topik. Tolong saya untuk berkonsentrasi penuh untuk mempelajari bahan ini."

Anak Anda bisa juga berdoa untuk kemampuan menimbang dan menelusuri sebuah hal.

"Tolong saya, Bapa di sorga, untuk melihat masalah ini dari sudut pandang-Mu. Bimbing pikiran saya, Tuhan. Jangan biarkan pikiran saya melantur."

Ajari anak Anda bahwa pikirannya adalah ciptaan dan karunia Allah, dan Allah ingin kita memakai pikiran kita untuk memikirkan hal-hal yang baik dan memecahkan masalah, supaya dunia ini menjadi tempat yang lebih baik bagi semua orang.

Ajari anak Anda Filipi 4:8 dan jadikan ayat itu sebagai doa. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

"Tolong saya, Bapa di sorga, untuk melihat kebenaran-Mu di dalam hal ini. Tolong saya untuk melihat hal-hal mulia dalam pelajaran sejarah ini, untuk memusatkan pada aspek yang baik dalam kisah ini, untuk mencari keindahan dalam pelajaran sains ini."

Akhirnya, dorong anak Anda untuk berdoa sebelum memilih pelajaran baru, ulangan, atau mengerjakan pekerjaan rumah:

"Bantu saya untuk mempelajari ini semampu saya, untuk mengerti bahan ini dan bisa melihat bagaimana saya bisa menggunakannya suatu hari. Tolong saya bertanya ketika saya tidak mengerti. Beri guru saya hikmat untuk mengajar pelajaran ini, dan tolong mereka untuk bersabar ketika kami mempelajarinya. Terima kasih karena Engkau memberi saya kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang ciptaan-Mu dan prinsip-prinsip yang Kau tetapkan untuk kehidupan saya.

By Roberta Hromas
Sumber: 52 Cara Sederhana Mengajar Anak Anda Berdoa/Karisma/2009

Read more...

Warisan Seorang Ibu bagi Anaknya

Sadon hanya dapat duduk di dalam mobilnya memandang dari kejauhan pesta pernikahan anak perempuannya. Ia khawatir kehadirannya akan membuat para undangan merasa terganggu karena ia mantan penderita kusta. Ia sudah terbiasa dengan penolakan dan dianggap "najis" akibatnya penyakitnya. Sejak kecil ia menjadi bahan olokan anak-anak yang lain. Sadon juga tidak bebas berpergian karena pengemudi bis sering mengusirnya. Diperlakukan seperti sampah adalah hal yang lazim baginya.

Sadon telah banyak menderita akibat dari penyakit kusta maka sangatlah mengherankan mendengarnya berkomentar, "Saya harus berkata bahwa saya bahagia karena mendapat penyakit ini." Philip Yancey penulis buku Kristen tersohor yang sedang mewawancarainya tersentak dan kembali bertanya, "Bahagia?"

"Ya, jika bukan karena penyakit kusta, saya akan menjadi seorang pria yang mempunyai keluarga yang normal, mengejar kekayaan dan status yang lebih tinggi di dalam masyarakat. Saya tidak akan pernah mengenal orang-orang mengagumkan seperti Dr Paul Brand, dan saya tidak akan pernah mengenal Tuhan yang hidup di dalam dia."

Siapakah Dr Paul Brand yang membuat seorang penderita kusta merasa bahagia mendapat kusta karena lewat penyakitnya yang mengerikan itu ia dapat mengenal dia?

Dr Paul Brand adalah misionaris yang melayani di Sekolah Tinggi Kedokteran dan Rumah Sakit Kristen di Vellore, India selama sekitar 18 tahun. Walaupun sudah meninggalkan India dari tahun 1965, kasih dan pelayanannya bersama istrinya, Margaret meninggalkan kesan yang begitu mendalam di hati mantan pasien kusta yang dilayaninya. Seorang lagi mantan pasien yang bernama Namo menggantung foto Paul di rumahnya dengan catatan yang berbunyi, "Kiranya semangat yang ada di dalam dirinya hidup di dalam diriku."

Dr Paul Brand banyak dikenali melalui buku karangan Philip Yancey, In His Image (Sesuai Gambarnya) dan Wonderfully and Fearfully Made (Diciptakan dengan Dahsyat dan Ajaib). Konsep asli kedua buku tersebut diambil dari pengamatan dan pengalaman Paul sebagai ahli bedah dan ahli biologi. Brand merupakan salah satu tokoh yang hebat di dalam dunia medis karena sumbangannya dalam riset penyakit kusta dan prosedur pembedahan tangan yang disebut dengan namanya sebagai penghormatan atas jasanya. (Tulisan Philip Yancey tentang Dr Paul Brand dapat dibaca di dalam buku Soul Survivor.)

Siapa Paul Brand itu tidak dapat dipisahkan dari warisan kedua orang tuanya. Paul dilahirkan pada tahun 1914 di pergunungan Kolli Malai, di selatan India tempat orang tuanya, Evelyn dan Jessie Brand melayani sebagai misionaris di pergunungan terpencil yang disebut Pergunungan Maut. Di desa yang kumuh dan terbelakang, tanpa sekolah elit yang bagus Paul menemukan pendidikan awalnya dalam bidang medis. Ia sering harus membantu kedua orang tuanya merawat dan mengobati penduduk desa yang miskin dengan peralatan medis yang minim. Namun uniknya, pengalaman awalnya dengan darah dan nanah membuat Paul merasa mual dan takut. Selama bertahun-tahun ia mengelak untuk belajar kedokteran karena tidak berani untuk berurusan dengan darah, nanah dan penyakit.

Setelah ayahnya meninggal dunia di pergunungan itu karena berulang kali terserang penyakit malaria, ibunya coba membujuk Paul untuk menekuni bidang medis. Kata ibunya, "Ayahmu selalu berharap memiliki gelar dokter, bukannya hanya mengandalkan kursus pelatihan singkat. Jika saja ia memilikinya…siapa tahu, mungkin ia masih bersama kita. Ia akan tahu cara mengobati malaria itu." Ibunya meneruskan untuk memberitahu peraturan baru di India yang melarang semua orang kecuali dokter berijazah untuk praktek. Ibunya mengakhiri diskusi tentang masa depannya dengan berkata, "Paul, ayahmu selalu bermimpi kau akan meneruskan apa yang ia tinggalkan, dan kembali ke India sebagai dokter sungguhan."

Dengan tegas Paul memotong percakapan ibunya, "Tidak, saya tidak mau menjadi dokter. Saya tidak suka pekerjaan medis. Saya lebih suka bekerja di bidang bangunan. Saya bisa membangun rumah, sekolah dan bahkan rumah sakit." Paul tahu ia telah mengecewakan ibu dan almarhum ayahnya, tetapi ia masih belum bisa memberitahu ibunya dan mungkin juga belum bisa mengakui pada dirinya sendiri bahwa ia bereaksi pada darah dan nanah. Jadi akhirnya selama 4 tahun, Paul menekuni bidang bangunan, ia magang sebagai tukang kayu, tukang batu, tukang cat dan penyusun bata dan ia sangat menyukainya. Paul tidak sabar untuk kembali ke India untuk mempraktekkan keahliannya. Sebelum ia berangkat badan misi yang mengutusnya menasihatinya untuk mengambil kursus tentang higiene dan penyakit tropis seperti yang pernah diambil ayahnya.

Di sinilah tangan Tuhan mulai berkarya. Suatu malam saat ia ditugaskan untuk membantu di rumah sakit seorang gadis muda korban kecelakaan didorong ke unit gawat darurat. Di bawah lampu yang terang benderang gadis itu kelihatan sangat pucat sama seperti patung lilin karena telah kehilangan banyak darah. Paul sama sekali tidak mendeteksi denyutan di pergelangan gadis itu dan tampaknya ia juga sudah tidak bernafas. Paul yakin gadis itu sudah tewas. Seorang perawat memasang sebotol darah ke tiang logam dan seorang dokter memasukkan jarum ke vena gadis itu. Paul disuruh untuk mengamati botol darah yang mulai mengalir sementara mereka bergegas untuk mengambil lebih banyak darah.

Dengan tangan yang gemetaran Paul memegangi pergelangan tangan gadis itu dan tiba-tiba ia dapat merasakan denyut yang samar, satu getaran yang nyaris tidak terasa. Botol darahnya berikutnya tiba, dan setelah dipasang—sebuah bintik merah jambu muncul di pipi gadis itu. Perlahan-lahan bintik kecil itu menyebar menjadi kemerahan yang indah. Tubuhnya mulai bergetar dan kemudian kelopak matanya bergerak dan terbuka. Akhirnya gadis itu memandang ke Paul dan dengan sangat terkejut ia mendengar gadis itu berbicara, "Minta air."

Hal itu merupakan satu mukjizat bagi Paul. Orang mati dibangkitkan, darah dan kedokteran dapat melakukan ini! Tuhan pada malam itu dalam waktu satu jam sudah mengubah Paul, sesuai dengan doa dan pengharapan ibunya, dan ketika ia menyelesaikan kursus singkat hatinya sudah begitu didorong oleh keinginan batin untuk menekuni bidang medis.

Evelyn pernah menulis bahwa saat yang paling sulit baginya adalah ketika ia harus mengucapkan selamat tinggal kepada kedua anaknya yang harus ditinggalkan di Inggris untuk meneruskan pendidikan mereka. Katanya, "sesuatu mati di dalam saya" di hari saya harus mengucapkan selamat tinggal kepada mereka. Hal itu merupakan ujian ketaatan yang paling sulit dari Tuhan untuknya. Tetapi dengan berat hati ia tahu ia harus melakukannya dan menyerahkan kesejahteraan anak-anaknya ke dalam tangan Tuhan. Dan Tuhan memang telah dengan baik merawat dan membimbing jalan hidup kedua anaknya walaupun sejak Paul berumur 9 tahun ia harus berpisah dari orang tua.

Evelyn meninggal dunia di pergunungan di India di usia 95 tahun, di masa hidupnya ia berkesempatan menyaksikan bagaimana Paul bukan saja mengikuti jejak ayahnya menjadi misionaris di India tetapi berkat kejeniusannya dalam teknik bedah dan riset telah membuat banyak terobosan baru yang membuat hidup banyak penderita kusta menjadi lebih berarti. Tuhan telah melakukan jauh lebih banyak dari yang pernah didoakan Evelyn buat anaknya dan sesuai dengan janjiNya, Tuhan bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. (Roma pasal 8, ayat 28)

Evelyn pasti akan sangat senang jika ia dapat mendengar komentar Yancey tentang anaknya di bukunya Soul Survivor. Sebagai jurnalis, Yancey sudah mewawancarai banyak tokoh yang terkenal: peraih hadiah Nobel, Pulitzer, atlet Olympiade, musisi, politikus, pengusaha yang sukses tetapi saat ia bertemu dengan Paul merupakan pertama kalinya ia menemukan kerendahan hati yang tulus. Seorang yang jenius tetapi sangat rendah hati, yang dengan keahlian sebagai ahli bedah ternama mengabdikan diri bukan untuk memperkaya diri sendiri tetapi membantu kaum papa yang tidak dapat membalasnya dengan kekayaan materil. Kata Yancey di lain kesempatan, "Anda hanya perlu menemukan satu orang kudus untuk percaya. Dan saya sudah menemukannya." (CPM)

Read more...

Kiat Mendorong Anak Pemalu Jadi Pede

Apa yang akan Anda lakukan kalau punya anak yang sangat pemalu? Seorang anak laki yang tak nyaman ketika teman-temannya terlibat percakapan sederhana, atau seorang putri yang menatap tanah ketika diperkenalkan dengan seseorang.

Membatasi anak-anak pemalu terhadap pengalaman baru tentu mengambil risiko sosial cukup besar bagi perkembangannya. Ia tidak akan memiliki kepercayaan diri dalam situasi sosial. Bahkan membuat lingkungan pertemanan baru rasanya bagai cerita menakutkan.

Sebagai orangtua, kita dapat membantu anak-anak merasa lebih nyaman dalam sebuah kelompok dengan meningkatkan sambil mempraktekkan keterampilan sosial. Berikut beberapa solusinya seperti diulas Galtime.

Mendorong kontak mata
Ketika Anda sedang berbicara dengan anak Anda katakan, "Lihat Mama" atau "Mama ingin melihat matamu." Dengan penguatan secara sadar kemampuan dan pemberian contoh secara teratur, akan terasa mudah bagi anak untuk menggunakan kontak mata.

Tipnya, jika anak Anda tidak nyaman melakukan kontak mata, katakan padanya untuk melihat “jembatan” dari hidung pembicara. Dengan sedikit praktik, dia biasanya tidak lagi membutuhkan teknik, dan akhirnya lebih percaya diri menatap mata lawan bicara.

Ajarkan percakapan pembuka dan penutup
Bersama anak Anda, buatlah daftar percakapan pembuka yang mudah ia gunakan dengan kelompok-kelompok orang yang berbeda, seperti apa yang bisa dia katakan kepada seseorang yang baru dikenal, seorang dewasa yang belum pernah ditemuinya, atau seorang anak yang ingin bermain dengannya. Kemudian berlatihlah bersamanya sampai ia merasa nyaman dan mencoba dengan caranya sendiri.

Lebih baik untuk tidak melatihnya bicara dengan orang di ujung telepon. Karena biasanya, berbicara di telepon kurang melatih keterampilan untuk anak-anak pemalu daripada melakukannya secara tatap muka.

Melatih keterampilan dengan anak yang lebih muda
Ciptakan kesempatan bagi anak Anda untuk bermain dengan satu anak yang lebih muda, misal adik, sepupu, tetangga, atau salah satu teman anak Anda. Untuk remaja, cobalah mendorongnya untuk menjaga bayi. Ini adalah cara yang hebat untuk seorang anak pemalu mendapatkan uang serta mempraktikkan keterampilan sosial—memulai percakapan, menggunakan kontak mata—yang ia enggan mencoba dengan anak-anak seusianya.

Atur tantangan One-on-One
Dr Fred Frankel, seorang psikolog UCLA Social Skill Training Program menyarankan, "permainan satu-lawan-satu" (One-on-One) sebagai cara terbaik untuk anak-anak membangun kepercayaan diri. Ini adalah saat ketika anak Anda hanya mengajak satu anak lain untuk saling bersosialisasi.

Untuk membuat keduanya nyaman, sediakan makanan dan minuman ringan. Usahakan Anda menginterupsi pembicaraan mereka seminimal mungkin. Catatan, sebaiknya saudara kandung tidak boleh dimasukkan dalam tantangan ini dan menonton televisi seharusnya tidak menjadi pilihan bermain.

Sumber: detikcom

Read more...

Manfaat Menghafal Ayat Alkitab


Ada sedikitnya empat alasan untuk mendorong anak-anak menghafalkan ayat Alkitab:

01. Anak-anak memiliki daya ingat yang mengagumkan.
Anak-anak mudah menghafal. Bahkan, mereka sering menghafal tanpa bersusah-payah. Karena menghafal begitu mudah bagi mereka, mereka tidak pernah berhenti menghafal. Mereka akan menghafal baik apa yang dunia tawarkan kepada mereka atau pun apa yang kita tawarkan kepada mereka. Mengapa tidak memanfaatkan karunia yang Allah berikan ini demi keuntungan pertumbuhan rohani anak-anak kita? “Jendela kesempatan” ini terbuka selama kira-kira 12 tahun. Sesudah usia 12 tahun, menghafal lebih sulit - kecuali jika seorang anak sudah terlatih dan terbiasa menghafal.

02. Apa yang dipelajari pada masa kanak-kanak sering bertahan seumur hidup.
Jauh lebih sulit bagi kaum dewasa untuk menghafal ayat dibandingkan dengan anak-anak. Kita sering merasa lumpuh karena kita tidak memiliki lebih banyak ayat hafalan. Bagi banyak kaum dewasa, ayat-ayat yang mereka kenal baik (yaitu yang terlintas di pikiran sebagai suatu tanggapan otomatis) adalah ayat-ayat yang dipelajari pada masa kanak-kanak. Oleh karena itu, jangan sia-siakan kesempatan ini!

03. Menghafal ayat memberikan anak-anak penasihat dan pelindung yang senantiasa siap sedia.
Kita tidak bisa senantiasa bersama dengan anak-anak kita. Jika Firman Allah tinggal berlimpah di dalam diri mereka, mereka memiliki nasihat bijak dengan mereka sepanjang masa. Selain itu, Firman Allah jauh lebih berkuasa ketimbang kata-kata kita; ia akan melindungi mereka dari serangan musuh.

04. Menghafal ayat membuat penerapan dan tanggapan terhadap Firman lebih mudah.
Situasi-situasi yang muncul di seluruh kehidupan kita, apakah itu memperlihatkan suatu kebenaran atau menuntut sebuah kata nasihat alkitabiah (misalnya, Apakah yang kamu lakukan jika seseorang berkata kasar kepada kamu?). Seringkali dalam situasi-situasi tersebut, Roh Kudus memasukkan ke dalam pikiran sebuah ayat yang pernah kita hafalkan (misalnya, “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.”Amsal 15;1). Ini mungkin jarang terjadi ketika kita hanya menghafal beberapa ayat. Ketika kita mengakui suatu kebenaran Alkitab yang dinyatakan dalam suatu situasi, seringkali ayat tersebut menjadi begitu berkesan di dalam hati kita, dan suatu tanggapan yang saleh dapat dengan mudah kita rasakan dalam hati kita. Tanggapan tersebut bisa muncul dalam bentuk perilaku yang sepatutnya, sikap yang benar, atau dalam ibadah kepada Allah saat kita kagum dengan kebenaran Firman-Nya.

Sumber: Children Desiring God

Read more...

Menolong Anak Punya Cita-cita

Apakah Anda masih ingat cita-cita Anda ketika TK dulu? Waktu saya SD, banyak anak jika ditanya “mau jadi apa”, akan menjawab: mau jadi presiden, dokter, insinyur. Zaman sekarang anak-anak mengatakan mau jadi scientist, ahli fisika, dan sebagainya. Jarang yang mau jadi guru atau perawat. Pada akhirnya hanya sedikit anak yang terus memegang cita-citanya sampai dewasa.

Tujuan Hidup
Kita harus punya tujuan hidup yang jelas. Dengan demikian, apa pun hambatan yang menghadang, kita punya harapan untuk maju. ”Gantungkan cita-citamu setinggi bintang di langit,” kata Bung Karno dulu. Walaupun tujuan hidup berbeda dengan cita-cita, tujuan hidup membuat cita-cita kita tajam dan terarah.

Saya pun ingin menanamkan pentingnya punya tujuan hidup kepada kedua anak saya sejak mereka kecil. Saya memulainya dengan membiasakan mereka mendengar istilah ”tujuan”. Kalau kami akan melakukan sesuatu dengan anak-anak, saya selalu memikirkan tujuan kegiatan tersebut. Saat anak-anak meminta apa pun, saya juga mengajak mereka memikirkan tujuannya.

”Mengapa kamu mau membeli alat itu?” tanya saya ketika di toko peralatan olahraga Moze minta dibelikan alat untuk snorkel. Waktu Jo meminta sketch book dan berbagai jenis pinsil untuk latihan menggambar, saya mendorong dia mengisi lembaran buku itu setiap hari dan memperhatikan kemajuan sketsa-nya. Melalui pertanyaan ”apa tujuanmu” yang terus-menerus ini saya hendak membangun nilai dalam diri anak-anak bahwa apa pun yang dia lakukan, semua hendaknya bertujuan, tidak sembarang dan asal-asalan.

Minat dan Harga Diri
Mengembangkan minat anak adalah salah satu cara menemukan cita-cita. Beberapa kesukaan anak yang bisa diperdalam adalah dalam bidang seni (suara, gambar/lukis, musik, puisi). Mungkin nantinya dia akan suka science, menulis atau bahasa, tetapi bidang ini umumnya dikenali saat anak mulai mempelajarinya di sekolah.

Sebagai orang tua ada baiknya kita mengenali minat dan bakat anak serta menyesuaikan itu dengan kurikulum sekolah. Beberapa sekolah menekankan pentingnya melatih anak dengan berbagai tugas, termasuk memperlengkapi anak dengan pekerjaan rumah. Sekolah lain beda. Guru berpendapat sudah cukuplah anak belajar di sekolah. Rumah adalah tempat anak berekreasi atau mendalami hal-hal di luar kurikulum sekolah. Ada sekolah yang kurikulumnya bersifat internasional. Sekolah ini menekankan pentingnya community service, kegiatan semacam pramuka, dan lain-lain.

Dalam dunia yang penuh persaingan dewasa ini, kita perlu melatih anak-anak punya harga diri yang baik. Usahakan anak kita tidak menjadi anak yang ”biasa-biasa saja”. Paling tidak dia punya satu hal yang menonjol, yang dibanggakan, yang membuat dia tahu bahwa dia ”diperhitungkan” dalam hal itu.

Apa yang paling disukai dan yang menonjol dalam diri anak Anda? Kalau dia sangat suka olah raga bulutangkis, misalnya, dorong dia masuk klub bulutangkis. Kadang-kadang orang tua perlu berkorban mengantar-jemput, membelikan raket yang baik, atau membayar iuran. Tapi kalau anak kita menonjol di bidang itu, apalagi dia berhasil dapat piala, pengorbanan itu terasa ringan.

Mungkin nantinya anak kita tidak menjadi pemain nasional bulutangkis. Bisa jadi tahun depan kesukaannya sudah berubah ke sepak bola, mengikuti teman-temannya. Tapi yang terpenting, anak kita merasa ”aku bisa di bidang itu” dan dia bangga dengan dirinya. Itulah yang ingin kita bangun.

Demikian juga kalau anak kita suka menggambar, berenang, membangun balok, membuat bentuk-bentuk (play dough), main dengan binatang, atau bercocok-tanam. Ajarilah dia mengembangkan diri di bidang tersebut. Di perpustakaan sekolah atau toko buku tertentu kita bisa mengajak anak membaca berbagai hal yang dia sukai. Bacaan yang pas akan menambah pengetahuannya di bidang yang disukainya.

Ikutkan Kompetisi
Kompetisi adalah salah satu cara mengembangkan kemampuan anak. Ada beberapa keuntungan mengikutsertakan anak pada kompetisi. Pertama, anak akan tahu bahwa banyak anak lain yang punya minat yang sama dengan dia. Bisa jadi, anak kita bukan yang terpandai. Kedua, anak berusaha menjadi pemenang. Dia akan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Ketiga, kompetisi adalah sarana mengenalkan diri kepada ”dunia”. Siapa tahu, ada kesempatan mengembangkan diri dengan cara yang lebih baik, lewat beasiswa misalnya. Keempat, makin sering anak kita mengikuti kompetisi, mentalnya akan terasah dengan baik. Dia bisa menerima kekalahan, tetapi tidak mabuk oleh kemenangan.

Selain melatih anak dengan berbagai hal yang dilombakan, kita juga harus menyiapkan mentalnya. Tidak semua peserta menjadi juara. Karena itu, kalau sekarang bukan kesempatan kita, lain kali kita bisa merebutnya. Menang atau kalah, kita perlu mengajak anak mengevaluasi diri. Di manakah peran Tuhan dalam kemenangan atau kekalahan mereka? Anak-anak perlu mengerti hal ini.

Kri Lang Kun
Ini adalah singkatan kritis, melangkah, tekun, yang diperkenalkan Prof Yohanes Surya dalam ceramahnya di komunitas kami LK3 (Layanan Konseling Keluarga dan Karir). Intinya, anak perlu ditempatkan pada kondisi kritis, dimotivasi melangkah dan memelihara ketekunan sampai akhir. Jika anak kita sudah mulai menemukan tujuan hidup dan cita-citanya, peran orang tua diperlukan untuk menajamkan visi ini.

Anak kami Josephus menjelang 15 tahun. Waktu SD dia bilang ingin menjadi guru matematika kalau sudah besar. Tapi di kelas 6 dan SMP cita-citanya berubah. Dia ingin jadi ahli sejarah atau arsitek. Ketika di kelas 3 SMP Jo melewati tes minat-bakat, hasilnya mengatakan, Jo punya potensi menjadi konsultan. Dia memiliki kemampuan intrapersonal yang baik.

Di kelas 10 kemampuan Jo dipertajam. Dia menyukai dunia seni, khususnya visual art dan musik. Tetapi Jo tetap suka sejarah. Maka, di kelas 11 ini, dia ingin sekali punya group band, melatih kemampuan lukisnya, dan mendalami bidang sejarah.

Sebagai orang tua kami mendukung cita-cita Josephus. Agar Jo bisa menjaga visi dan tujuan hidupnya dengan baik, kami menempatkannya pada kondisi kritis. Artinya, kami mendorong Jo menceriterakan cita-citanya kepada sebanyak mungkin orang. Mulai dari tante dan om-nya, serta keluarga terdekat, guru dan teman-teman; dan kepada siapa saja yang menanyakan cita-citanya.

Kemudian kami bersama-sama menolong Jo memikirkan langkah-langkah yang harus dikerjakannya agar cita-citanya tercapai. Untuk mengembangkan bakat gambar, Jo perlu latihan gambar setiap hari. Dia perlu membawa sketch book dan pensil ke mana pun. Jo juga perlu membaca surat kabar, mendengar berita TV dan menganalisanya, termasuk membaca buku-buku yang berkaitan dengah perkembangan sejarah dan politik.

Tidak perlu menunggu sampai tahun ajaran baru dimulai. Banyak hal yang bisa dilakukan sekarang untuk memulai langkah. Jo sudah memiliki perencanaan. Guru-guru di sekolah membantu dan mengarahkannya merumuskan langkah tersebut. Kini, tinggallah Jo harus menjalaninya dengan tekun, terus-menerus; kemudian mengevaluasi langkah tersebut.

Bagaimana dengan Anda? Mari kita mulai membantu anak memiliki cita-cita dan tujuan hidup. Kemudian mendampingi mereka untuk menjalani krilangkun mereka. *

By Julianto Simanjutan & Roswitha | Sumber: Membangun Harga Diri Anak, Pelikan

Read more...

recent comments


Cari di ezramos.blogspot.com...

recommended links

     » Christian Men's Network Indonesia
     » Wanita Bijak
     » Christian Parent
     » All About Parenting
     » Focus On The Family
     » Children’s Ministry Online
     » Jesus for Children
     » Salvation Kids
     » Kid Explorers
     » CBH (Children's Bible Hours)
» Blog ini didedikasikan untuk kedua anak yang kami kasihi, Ezra dan Amos serta kepada seluruh orangtua Kristen yang memiliki anak-anak agar mereka tetap memegang teguh komitmen dan tanggung jawab atas kehidupan anak-anak yang telah Tuhan percayakan kepada mereka. God bless you!

"Hai anakku, jika hatimu bijak, hatiku juga bersukacita." (Ams. 23:15)

meet the parents

Add me Add me

  © 2008 Blogger template by Ourblogtemplates.com

Back to TOP