Pentingnya Mengajarkan Tanggung Jawab

Banyak orang muda sekarang ini tidak tahu atau tidak mau tahu apa artinya bertanggung jawab kepada Allah. Mereka membiarkan diri mereka masuk ke dalam pencobaan dan jatuh ke dalam dosa tanpa pernah memikirkan konsekuensinya. Sikap seperti ini tidak terjadi begitu saja, melainkan terbentuk melalui proses yang panjang. Sejak bayi, anak-anak kita terus mengolah segala macam informasi dari dan tentang dunia di sekitar mereka. Pikiran mereka yang terus berkembang, menerima tak terhitung banyaknya pesan setiap hari. Dan lebih khusus lagi, mereka dengan teliti mengamati orangtua mereka, untuk kemudian mereka jadikan dasar untuk bertindak.

Ajarkanlah kepada anak-anak Anda kebenaran Allah sedini mungkin
Mau atau tidak mau, sadar atau tidak sadar, sesungguhnya Anda sedang mengajarkan anak-anak Anda melalui contoh yang Anda berikan. Cara Anda hidup dan meresponi situasi di sekitar Anda dan juga hubungan Anda dengan Tuhan, sungguh akan memberikan dampak yang besar kepada mereka. Kita harus mengajarkan anak-anak kita bagaimana memercayai Allah dan firman-Nya. Mereka juga harus memahami bahwa Allah mengasihi mereka tanpa syarat. Dengan cara bagaimana kita mengajarkannya? Dengan mengasihi mereka tanpa syarat! Kemudian, sama seperti bapa yang dikisahkan dalam kisah anak yang hilang (Lukas 15), kita perlu mengampuni mereka setiap kali mereka melakukan kesalahan.

Banyak anak-anak Kristen menjalani masa-masa pertumbuhan mereka tanpa memahami jati diri mereka di dalam Kristus. Saudaraku, mereka perlu menyadari bahwa mereka dikasihi oleh Allah, mereka telah dibeli dengan harga yang mahal, mereka telah dimeteraikan bagi kekekalan, dan mereka telah diselamatkan melalui anugerah Allah yang tak ternilai. Tidak pernah sedetik pun mereka berada di luar pemikiran dan perhatian Allah. Sama seperti kita, mereka tidak pernah sendirian, karena Allah yang sama yang mengasihi kita dengan kasih yang kekal, Dia juga mengasihi mereka.

Selain itu, kita pun perlu mengajarkan kepada anak-anak kita:
Bagaimana membagikan iman mereka.
Bila mereka tahu apa yang mereka percaya, dan mengapa mereka memercayainya, maka mereka akan dengan rela hati memberitakan kepada orang lain tentang kasih dan kesetiaan Allah.

Bagaimana caranya berdoa.
Doa mengubah segala sesuatu—doa mengubah kita dan cara kita memandang situasi yang tengah kita hadapi. Ketika kita mengajarkan tentang doa kepada anak-anak kita, sesungguhnya kita sedang meletakkan fondasi yang kuat kepada mereka untuk belajar memercayai Allah dalam setiap aspek kehidupan mereka.

Bagaimana menghasilkan tuaian yang baik.
Anak-anak kita perlu memahami bahwa apa yang mereka tabur, itulah yang akan mereka tuai. Bila mereka menabur kasih dan sukacita, demikian pula Allah akan memberkati mereka dengan kasih dan sukacita yang berkelimpahan.

Bagaimana mengelola keuangan secara alkitabiah.
Bagaimana kita memberi kepada Allah dan sesama, itu akan menggambarkan seberapa besar tingkatan iman kita. Prinsip Alkitab ini dapat kita temui di dalam Lukas 6:38: “Berilah dan kamu akan diberi.” Juga, membawa persembahan “buah sulung” kepada Allah merupakan tanda bahwa kita rindu untuk mengenal dan menaati-Nya.


Pelajaran terpenting yang dapat dipelajari seorang anak
Ada satu prinsip lagi yang perlu diajarkan para orangtua, dan hal ini merupakan dasar dari semua hal yang disebutkan di atas. Inilah yang disampaikan secara bersamaan oleh anak saya Andy dan Becky, sebab mereka menilai hal ini sebagai hal yang terpenting dalam hidup mereka: Ajarkanlah anak-anak Anda untuk bertanggung jawab kepada Allah.

Di dalam Roma 14:10-12, rasul Paulus menulis: “… Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. Karena ada tertulis: ‘Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku dan semua orang akan memuliakan Allah.’ Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungjawaban tentang dirinya sendiri kepada Allah.” Anda tentu tidak menginginkan anak-anak Anda memandang Allah sebagai Pribadi yang menyeramkan, namun di sisi lain, Anda perlu mengajarkan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang mereka pikirkan, katakan maupun lakukan, dan bahwa setiap tindakan mereka selalu mengandung konsekuensi.

Baru-baru ini ada seorang muda bercerita kepada saya bagaimana ia begitu dipengaruhi oleh kata-kata guru SD-nya, meskipun sudah lewat bertahun-tahun yang lampau. “Guru itu berkata kepada saya, ‘Setiap keputusan yang kau ambil pasti mengandung konsekuensi. Karena itu engkau harus bertanggung jawab untuk setiap tindakanmu. Setiap keputusan yang kau buat hari ini akan berdampak pada kehidupanmu di masa yang akan datang.” Seringkali, kita tergoda untuk membuat keputusan yang cepat tanpa berhenti sejenak dan merenungkan apakah tindakan dan pilihan yang kita buat ini akan berdampak pada diri kita, dan lebih penting lagi, pada hubungan kita dengan Allah.

Ketika seorang remaja memberontak terhadap orangtuanya, sesungguhnya ia sedang memberontak terhadap Tuhan (Lukas 15:18). Selama perintah yang diberikan orangtua tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Allah, maka perintah itu harus ditaati oleh si anak.

Meski demikian, ada begitu banyak anak, khususnya remaja, yang mengabaikan otoritas ini, karena memang seperti itulah yang diajarkan kepada mereka di rumah oleh orangtua mereka. Orangtua melakukan kesalahan yang sama, seringkali dengan konsekuensi yang luar biasa, tetapi tidak mau mengakui bahwa mereka harus bertanggung jawab kepada siapapun, paling tidak kepada Allah. Dan yang menyedihkan, banyak orang Kristen yang terjerat ke dalam perangkap yang sama dan berakhir dengan melakukan dosa.

Tuhan telah memberikan kehidupan untuk kita nikmati (1 Timotius 6:17). Tetapi Dia tidak akan pernah berkompromi dengan nilai-nilai yang kita tahu sebagai benar atau salah. Jika anak-anak kita merasa bahwa mereka dapat melanggar otoritas di atas mereka tanpa harus menanggung akibatnya, maka mereka pasti akan mengalami kesulitan ketika harus berinteraksi dengan guru, atasan, dan orang-orang yang memegang otoritas. Kehidupan mereka akan seperti benang kusut yang dipenuhi dengan sikap masa bodoh dan tidak dapat menghargai otoritas.

Seorang ibu menceritakan kepada saya tentang anaknya yang mencuri kue sebelum makan malam. Pada awalnya ia tidak terlalu menghiraukan hal ini. Bahkan ia bersama suaminya hanya menertawakan kejadian itu. Sampai ketika mereka menghadiri pertemuan orangtua murid di sekolah anak mereka. Di situlah mereka diberitahu tentang anak mereka yang kerap mencuri dan berbohong.

Sang ayah kemudian menyadari bahwa anaknya itu selama ini tidak pernah mengenal otoritas di dalam hidupnya. Ketika seorang anak menyadari bahwa ia bertanggung jawab bukan hanya kepada orangtuanya di bumi, melainkan terlebih lagi kepada Allah, maka ia tidak akan berani memberontak.


Mengajarkan tanggung jawab kepada anak bukan perkara mudah
Mengajarkan anak-anak Anda untuk bertanggung jawab kepada Tuhan, pasti akan menuntut risiko dan kesabaran. Ketika Andy masih remaja, ia datang kepada saya dan memberitahukan tentang beberapa hal yang ingin dilakukannya. Saya terkejut mendengarnya. Namun saya tidak berkata tidak, sebab saya tahu bahwa hal itu hanya akan menanamkan keinginan untuk memberontak di dalam pikirannya. Saya hanya memintanya untuk mendoakan hal itu terlebih dahulu. Ia pun menuruti saran saya dan tidak lama kemudian kembali lagi, kali ini malah dengan keyakinan yang lebih besar bahwa Allah menyetujui rencananya itu.

Meskipun saya tidak setuju, saya memutuskan untuk menyerahkannya kepada Tuhan. Saya menjelaskan kepadanya tentang ketidaksetujuan saya, tetapi saya tidak mau memaksanya untuk berhenti. Saya ingin Allah saja yang menunjukkan kepadanya apa yang benar. Allah memang seringkali memakai para orangtua untuk memberitahukan mana yang benar dan yang salah. Namun bila kita memaksa anak kita untuk melakukan persis seperti yang kita inginkan, maka tanpa kita sadari kita sedang menanamkan benih pemberontakan di dalam diri mereka.
Tidak lama berselang, Andy datang lagi kepada saya, meminta waktu untuk bicara. Segera ia memberitahukan saya tentang apa yang telah ia lihat dan betapa ia merasa bersalah telah masuk ke dalam situasi itu. Bahkan ia melanjutkan bahwa ia percaya Allah memanggilnya untuk masuk ke dalam pelayanan, dan bahwa ia tidak akan pernah kembali ke dalam kegiatan seperti itu lagi. Saya sangat bersyukur kepada Allah, lebih daripada yang dapat Anda bayangkan!

Bila waktu itu saya berkata, “Kamu tidak boleh melakukan itu, titik!” mungkin saja ia akan tetap menuruti ucapan saya. Namun di dalam dirinya akan muncul benih pemberontakan yang akan terus bertambah besar sampai suatu saat akan meledak.

Sekarang, langkah-langkah apa yang perlu Anda ambil untuk membentuk sikap tanggung jawab di dalam diri anak-anak Anda?
1. Berikanlah tanggung jawab kepada mereka untuk menetapkan standar dan batasan bagi hidup mereka sendiri.
Jangan salah paham dulu saya tidak bermaksud bahwa mereka dapat bebas dari bimbingan orangtua. Melainkan, inilah cara mereka untuk dapat mulai menyadari bahwa Allah terlibat di dalam setiap aspek kehidupan mereka. Dulu anak-anak saya sering datang kepada saya untuk meminta pendapat tentang situasi yang tengah mereka hadapi. Dan seringkali saya berkata kepada mereka, “Apakah kamu sudah meminta kepada Allah untuk menunjukkan jalan yang benar?” Betapa sering saya menanyakan hal itu, sampai-sampai Andy berkata kepada saya, “Aku tahu Ayah pasti akan berkata seperti itu!” Rasanya saya ingin tertawa mendengarnya. Ya, melalui doa, seorang anak belajar untuk memercayai Allah, bergantung pada-Nya, dan mendengarkan suara-Nya yang akan menuntun dia kepada jalan-Nya.

2. Biarkanlah mereka mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab untuk keputusan yang mereka ambil.
Saya mengenal seorang ayah yang tidak pernah mengizinkan anaknya untuk mengambil keputusan apapun. Kini anak itu sudah beranjak dewasa, dan ia berkomentar, “Anda tahu dampak apa yang ditimbulkannya terhadap saya? Saya seringkali mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, karena selama ini setiap keputusan dibuat oleh ayah saya.”
Tidak ada anak yang tidak pernah melakukan kesalahan, namun kita tahu bahwa kesalahan itu justru akan membantu mereka belajar mengambil keputusan yang benar. Ingatkah Anda kisah tentang anak yang hilang? Anak itu pergi meninggalkan rumah, hidup berfoya-foya, dan segera harta bendanya ludes. Akhirnya ia menyadari bahwa kasih ayahnya, itulah yang paling ia perlukan. Maka ia pun pulang. Kini, banyak anak-anak yang masih mengembara seperti itu, menjauhi Bapa surgawi yang mengasihi mereka. Atau mungkin, apakah saat ini Anda dalam situasi seperti itu? Bila ya, ketahuilah bahwa Anda dapat pulang sekarang. Allah menantikan Anda dengan tangan terentang, siap untuk memeluk Anda dalam kasih-Nya yang tak bersyarat.

3. Prinsip terpenting yang dapat Anda praktikkan adalah dengan menjalani kehidupan yang penuh tanggung jawab kepada Allah.
Jika Anda pulang sambil membawa belanjaan, dan Anda menceritakan dengan senangnya tentang kasir yang memberikan uang kembali lebih dari yang seharusnya, maka anak Anda akan mencatat hal ini dan berpikir, Ternyata mencuri kecil-kecilan itu tidak apa-apa.
Banyak orang berpikir bahwa mereka dapat melanggar perintah Allah namun tetap luput dari konsekuensinya. Hal ini sama sekali salah! Cepat atau lambat, akibat dosa akan menimpa mereka. Sedihnya, banyak anak-anak yang percaya bahwa melakukan “dosa yang kecil” tidak akan berdampak apa-apa, dan ketika mereka dewasa, mereka bingung mengapa mereka terus-menerus mengalami kekecewaan dan kegagalan dalam hidup mereka.

Alkitab berkata, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu” (Amsal 22:6). Bila anak-anak Anda telah menyadari bahwa Allah adalah otoritas tertinggi bagi mereka, maka mereka akan mulai memahami kebutuhan untuk hidup bagi Dia saja.

By Charles F Stanley | Sumber: Sentuhan Hati

0 komentar:

recent comments


Cari di ezramos.blogspot.com...

recommended links

     » Christian Men's Network Indonesia
     » Wanita Bijak
     » Christian Parent
     » All About Parenting
     » Focus On The Family
     » Children’s Ministry Online
     » Jesus for Children
     » Salvation Kids
     » Kid Explorers
     » CBH (Children's Bible Hours)
» Blog ini didedikasikan untuk kedua anak yang kami kasihi, Ezra dan Amos serta kepada seluruh orangtua Kristen yang memiliki anak-anak agar mereka tetap memegang teguh komitmen dan tanggung jawab atas kehidupan anak-anak yang telah Tuhan percayakan kepada mereka. God bless you!

"Hai anakku, jika hatimu bijak, hatiku juga bersukacita." (Ams. 23:15)

meet the parents

Add me Add me

  © 2008 Blogger template by Ourblogtemplates.com

Back to TOP