Media, Ancaman Bagi Keluarga

Seiring dengan kemajuan sains, teknologi menjadi sesuatu yang sangat umum. Secara khusus, media massa semakin mendapat tempat dalam masyarakat, apalagi dalam zaman globalisasi ini. Media telah menjadi tempat yang subur untuk mengeruk keuntungan secara materi maupun menyampaikan ideologi. Media sendiri sebenarnya bersifat netral. Media bisa dipakai untuk kebaikan maupun kejahatan. Dalam kotbah minggu ini kita hanya akan menyoroti sisi negatif media, tanpa bermaksud bersikap negatif terhadap media. Allah memberi manusia rasio untuk berpikir, jadi tidak ada alasan untuk membenci media massa.

Media membawa banyak pengaruh negatif. Semua pengaruh tersebut dalam dikelompokkan menjadi dua aspek: pola/gaya hidup dan nilai hidup. Dalam kaitan dengan pola hidup, media turut membentuk masyarakat yang konsumtif (boros) dan hedonis (mengutamakan kesenangan). Bahaya terbesar berhubungan dengan nilai hidup. Banyak filosofi hidup, nilai moral dan world-view duniawi yang disampaikan melalui iklan dan film. Bagaimana kita sebagai keluarga menyikapi hal ini? Mari kita belajar dari nasihat Paulus di 1 Korintus 15:33-34.

Analisa konteks
Sebagai komunitas Kristen yang ada di tengah bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, jemaat Korintus pasti bersentuhan dengan praktik dan nilai hidup kafir di sekitar mereka. Sayangnya, mereka ternyata tidak kebal terhadap hal itu. Keseluruhan surat 1 Korintus menyiratkan bahwa mereka seringkali terpengaruh dengan pola hidup duniawi: mereka melakukan percabulan yang melewati batas (5:1), mengandalkan dan menerima prinsip keadilan sekuler (6:1-11), terjebak perilaku penyembah berhala (8:1-11:1). Dalam kaitan dengan teks yang kita bahas, mereka terjebak pada filsafat dunia yang menolak kebangkitan orang mati (15:12). Mereka kemungkinan besar terpengaruh filsafat epikurianisme yang menolak kebangkitan dan menekankan kesenangan hidup (15:32).

Nasihat
Jangan sesat (ayat 33)
Tense present yang dipakai di sini seharusnya diterjemahkan “berhentilah disesatkan”. Orang Korintus memang sudah disesatkan (bnd. ayat 12 “bagaimana ada di antara kamu yang mengatakan...”). Selanjutnya, kata planasthe (“sesat”) bisa berbentuk pasif (disesatkan) atau middle (menyesatkan diri). Seandainya planasthe berarti pasif berarti jemaat Korintus hanya secara pasif dipengaruhi, sedangkan kalau middle berarti sebagian dari mereka ikut aktif menyesatkan jemaat. Makna kedua ini tampaknya didukung ayat 12.

Paulus selanjutnya menjelaskan bahwa kesesatan ini muncul akibat pergaulan yang buruk. Kalimat di ayat 33b ini sebenarnya berasal dari Menander dalam Thais. Ungkapan ini tidak berarti orang Kristen harus mengisolasi dari dunia (band. 5:6). Kata “pergaulan” (homilia) lebih merujuk pada “percakapan”. Dalam konteks ini, Paulus mengingat bahwa interaksi intelektual jemaat Korintus dengan para penganut Epikurianisme merupakan penyebab kesesatan mereka.

Pergaulan buruk itu bisa merusakkan kebiasaan yang baik. Versi Inggris menerjemahkan “kebiasaan” di sini dengan “moral” (NASB/RSV), “manner” (KJV) atau “character” (NIV). Mengapa pergaulan buruk bisa merusak sesuatu yang baik? Karena konsep seseorang tentang kebangkitan mempengaruhi sikap hidup manusia. Paulus sendiri mengatakan kalau tidak ada kebangkitan ia tidak akan mau berkorban untuk injil. Sebaliknya, ia akan hidup dalam kesenangan saja (15:32). Jemaat di Tesalonika pun pernah tidak mau bekerja apa-apa (2Tes. 3:6, 10) karena terpengaruh konsep kedatangan Tuhan yang salah (2Tes. 2:1-17).

Sadar sebaik-baiknya (ayat 34a)
Kata Yunani eknepho (“sadar”) hanya muncul sekali dalam Perjanjian Baru, karena itu kita perlu mencari artinya dari Septuaginta (LXX). Di LXX eknepho dipakai dalam dua konteks: sadar dari tidur atau sadar dari kemabukan. Eknepho yang berarti sadar dari tidur dipakai di Habakuk 2:7 dan 19, sedangkan eknepho dalam konteks kemabukan dipakai di Kejadian 9:24; 1Sam. 25:37 dan Yoel 1:5. Berdasarkan rujukan pada “makan dan minum = pesta” di ayat 32, kata eknepho di sini sebaiknya dipahami sebagai sadar dari kemabukan.

Seandainya ini benar, kata eknepho menyiratkan bahwa jemaat Korintus benar-benar sudah tidak sadar kalau mereka sedang dikontrol oleh konsep yang salah. Sama seperti orang mabuk yang tidak sadar dan dikontrol oleh alkohol, demikian pula jemaat Korintus secara tidak sadar telah dikuasai pemikiran yang salah. Paulus menasehatkan mereka untuk sadar. Bentuk aorist eknepsate yang dipakai Paulus mengindikasikan penekanan pada kesungguhan tindakan ini. Makna yang ingin disampaikan adalah “mereka harus sungguh-sungguh sadar dengan sebaik-baiknya”.

Berhenti berdosa (ayat 34b)
Tense present yang dipakai dalam kalimat perintah larangan “jangan berdosa” di bagian ini seharusnya diterjemahkan “berhentilah berdosa”. NIV dan NASB memilih “stop sinning”, sedangkan RSV memakai “sin no more”. Dari sini kita bisa melihat bahwa konsep yang salah tentang kebenaran sudah merupakan suatu dosa. Manusia tidak hanya berdosa dengan tindakan aktif yang nyata (melanggar suatu perintah), tetapi juga melalui pikiran mereka. Dalam 1 Yohanes 5:21 bahaya ajaran sesat disamakan dengan bahaya penyembahan berhala. Mengapa? Karena ajaran sesat bisa membentuk konsep tentang Allah yang berbeda dengan Allah yang ada di dalam Alkitab. Berdasarkan hal ini, kita perlu berhati-hati dan belajar firman secara lebih mendalam supaya tidak disesatkan dan berdosa dengan pikiran kita. Tidak heran, gereja sepanjang abad selalu berusaha menjaga kemurnian ajaran melalui katekisasi, pendalaman Alkitab maupun pembacaan pengakuan iman.

Aplikasi
Berikut ini adalah beberapa langkah praktis yang bisa ditempuh untuk mencegah atau meminimalisasi pengaruh media dalam keluarga:
1. Jangan meletakkan TV di dalam kamar, karena hal ini akan memberi kesan: (a) TV begitu penting sampai dibawa ke kamar tidur; (b) tidak ada kontrol yang optimal seandainya anak-anak salah menggunakan fasilitas itu.
2. Sebaliknya, letakkan TV atau komputer yang berakses internet di suatu tempat yang sering dilalui orang, misalnya ruang keluarga/ruang tamu.
3. Belilah software-software tertentu yang bisa mencegah masuknya situs-situs porno secara otomatis ke email/internet kita. Selain itu, sekali-kali lacak situs apa saja yang dibuka anak melalui fasilitas history yang terdapat pada browser.
4. Beri pengertian yang benar tentang keuntungan dan bahaya media bagi anak-anak secara objektif.
5. Dampingilah anak-anak menonton TV sambil memberikan masukan tentang apa yang sedang ditonton.

Sumber: GKRI Exodus

0 komentar:

recent comments


Cari di ezramos.blogspot.com...

recommended links

     » Christian Men's Network Indonesia
     » Wanita Bijak
     » Christian Parent
     » All About Parenting
     » Focus On The Family
     » Children’s Ministry Online
     » Jesus for Children
     » Salvation Kids
     » Kid Explorers
     » CBH (Children's Bible Hours)
» Blog ini didedikasikan untuk kedua anak yang kami kasihi, Ezra dan Amos serta kepada seluruh orangtua Kristen yang memiliki anak-anak agar mereka tetap memegang teguh komitmen dan tanggung jawab atas kehidupan anak-anak yang telah Tuhan percayakan kepada mereka. God bless you!

"Hai anakku, jika hatimu bijak, hatiku juga bersukacita." (Ams. 23:15)

meet the parents

Add me Add me

  © 2008 Blogger template by Ourblogtemplates.com

Back to TOP